Changbin mengacak rambutnya, "pemulihan patah tulang bukan biasanya berbulan-bulan ya dok ?" Tanya changbin.
Dokter mengangguk, "tapi hebatnya kamu cuma sebulan" ujarnya, "mungkin dari awal emang tidak terlalu parah"
Changbin berdecak, kata dokter barusan, ia sudah bisa pulang hari jumat, yang mana itu artinya lima hari lagi.
Yang ada di pikiran changbin hanya satu, chaeyoung.
Mungkin saja perempuan itu akan kesepian tanpa dirinya. Karena biasanya memang perempuan itu sendiri.
Ada satu hal yang changbin masih belum mengerti
"Dok ?" Panggil changbin, dokter itu menoleh.
"Dokter tau pasien son chaeyoung ?" Tanya changbin.
Dokter itu tampak berpikir, "pasien kanker pankreas disebelah kamar kamu ini ?" Tanya dokter itu.
Changbin mengangguk, "saya boleh nanya sesuatu tentang dia dok ?" Tanya changbin.
"Dia bukan pasien saya, tapi karena dia sudah cukup lama disini, banyak cerita tentang dia yang beredar" jelas dokter itu, "mau nanya apa ?"
"Orang tuanya... kemana ya dok ?" Tanya changbin pelan.
Dokter tersebut sedikit terkejut mendengarkan pertanyaan changbin,
"Orang tuanya kan sudah tidak ada"
💞
Changbin membuka pintu kamar chaeyoung pelan, takut-takut perempuan itu ternyata sedang tidur.
"Changbin ?"
Changbin sedikit tersentak, "gue kira lo tidur" ujarnya changbin.
Chaeyoung yang semula tiduran itu sekarang mendudukkan dirinya, "gak pake tongkat ?" Ujarnya lalu tersenyum.
Changbin menaikkan bahunya sekilas, "udah gapapa katanya" ujarnya.
Chaeyoung mengngguk, "bagus deh, biar cepet keluar dari rumah sakit" ujarnya.
"Chaeng..." panggil changbin sedih.
"Eh bin" panggil chaeyoung,
Changbin menaikkan sebelah alisnya, "kenapa ?" Tanyanya.
Chaeyoung diam sejenak lalu ia menghela nafasnya, "potongin rambut gue yuk ?" Ujar chaeyoung sambil berusaha tersenyum.
Kening changbin berkerut, "maksud lo ?"
Chaeyoung mengangguk pelan,
"Rambut gue udah mulai rontok"
Changbin bener bener langsung nyesek dengernya, tapi dia tetep berusaha untuk senyum di depan chaeyoung.
Changbin ngangguk, "ayo gue potongin" ujar changbin.
💞
"Padahal gue manjangin rambut dari tahun lalu" ujar cheyoung sedih.
"Lama ya manjangin rambut ?" Tanya changbin sambil menyisir rambut chaeyoung yang bakal dia potong setelah ini.
Chaeyoung mengngguk, "lama, gak liat apa lo rambut gue panjang banget" kata chaeyoung, "tapi tipis, udah rontok banget"
Changbin menghela nafasnya, rambut chaeyoung memang tipis banget. Dia agak heran sama dirinya sendiri, kenapa dia gak pernah sadar kalo rambut chaeyoung setipis ini.
"Kenapa lo biarin panjang ?" Tanya changbin lalu mulai memotong rambut chaeyoung.
Chaeyoung tampak berpikir, "gue emang pinginnya bakal gue diemin sampe botak sendiri"
Pergerakan tangan changbin berhenti, entah kenapa denger omongan chaeyoung barusan bikin hatinya perih banget.
"Tapi gue putusin buat motong karena rontokkan rambutnya panjang banget, ngeri" jels chaeyoung lalu ketawa.
Dengar chaeyoung ketawa, malah bikin hati changbin makin perih.
Changbin mengusap matanya, air matanya keluar begitu saja.
"Potongin rambut gue yang bener bin" kaya chaeyoung, "jangan malah nangis"
Changbin mengusap kedua matanya, ia mengangguk, "maaf" katanya lalu kembali berusaha fokus ke rambut chaeyoung.
"Lo punya adik gak bin ?" Tanya chaeyoung.
Changbin menggeleng, "gue anak tunggal"
Chayeoung mengangguk, "pantes ya lo manja sama mama lo" katanya lalu terkekeh.
Changbin tersenyum tipis, "kalo lo ?"
"Anak tunggal juga" jawab chaeyoung, "padahal kayaknya seru ya kalo punya saudara"
Changbin mencibir, "kata siapa, temen gue punya saudara berantem mulu" kata changbin.
"Wajar kali" balas chaeyoung lalu sedetik kemudian dia berpikir.
"Mikirin apa ?" Tanya changbin yang sadar kalo chaeyoung tiba-tiba diam.
"Setelah gue pikir pikir kayaknya sih enakan jadi anak tunggal" kaka chaeyoung.
Alis changbin ternagkat satu, "kenapa gitu ?" Tanyanya.
"Iya kan kalo begini ceritanya, adik gue bakal sama siapa dong ? Gue gak bakal bisa nemenin dia ter-"
Omongan chaeyoung terhenti ketika changbin memeluknya dari belakang,
"Bin ?" Panggil chaeyoung bingung.
"Jangan pesimis" ujar changbin pelan, "lo bilang katanya gue akhir akhir ini bikin lo semangat hidup, terus kenapa lo pesismis ? Kan ada gue"
Chaeyoung diam, tangannya terangkat untuk mengelus tangan changbin yang memeluknya dari belakang itu, "gue bukannya pesimis" kata chaeyoung.
"Lo pesimis" ujar changbin.
Chaeyoung menggeleng, "engga ko-"
"Jelas banget lo itu pesimis son chaeyoung" tegas changbin, "omongan lo dari tadi bener bener keliatan kalo lo pesimis" ujar changbin lalu melepas pelukannya.
Changbin membalikkan badan chaeyoung agar mereka saling berhadapan, "dengerin gue" kata changbin sambil memegang bahu chaeyoung.
Changbin menatap mata chaeyoung dalam, "semangat selama gue nyemangatin lo" kata changbin.
Chaeyoung diam untuk beberapa saat, "berarti kalo lo udah gak nyemangatin gue lagi, gue boleh pesimis ?"
Changbin mengangguk, "Boleh" kata changbin.
"Tapi itu gak bakal terjadi karena gue bakal selalu nyemangatin lo, pegang omongan gue"