"Aw!" pekik Lyanne. Ada serangga yang menggigit kulit sikutnya. Cukup geli, tapi ujungnya terasa perih.
"Kau kenapa?" ujar Devan.
Devan berbincang banyak dengan Lyanne mengenai Sesha. Tentu saja tanggapan Lyanne hanya tersenyum pahit. Hatinya panas mendengar hal itu. Namun, ia senang jika lelaki itu senang. Walaupun itu terpaksa.
"Uhm, tadi, ada serangga yang menggigitku. Aku tak apa, kok." Lyanne terkekeh kecil.
Sorot mata Devan yang sebelumnya khawatir, kini menjadi lega. "Syukurlah, kau tak apa."
"Dev, kau tahu? Ada seseorang yang berarti bagiku. Tatapannya sungguh meneduhkan. Aku suka senyumnya, bagaimana ia bicara padaku. Sungguh, aku bersyukur sekali aku dapat mengenalinya. Andai saja aku menjadi miliknya, itu akan sungguh berarti bagiku. Memang begini, ya, menjadi penggemar rahasia," jelas Lyanne secara terang-terangan, tapi tak bermaksud.
"Ah, mungkin aku tidak seperti itu. Bukankah begitu?" ujar Devan tak tahu.
"Uhm ... kau kemarin kembali bersama Sesha?" tanya Lyanne—sengaja mengalihkan pembicaraannya.
Senyum Devan terkesan malu-malu. Pipinya merona seketika. Ia mengangguk kecil. "Iya."
"Kau tidak berniat mencari yang lain?"
Lalu, Devan membalas, "Hm, 'seseorang' itu adalah orang yang sama, Sesha. Dia menjadi lebih baik sekarang, aku semakin yakin jika ia benar-benar mencintaiku."
Tanpa sengaja, Lyanne mengerucutkan bibirnya. Hal itu diketahui Devan dengan cepat. Lelaki itu segera berucap sesuatu yang cukup mengurangi rasa kecewa Lyanne.
"Tapi, kau begitu berarti juga dalam hidupku," balas Devan tersenyum.
"Kau masih menganggapku, kan?" Ada rasa kecewa berlebih pada nada bicara Lyanne.
Pandangan Devan yang semula menatap senja, kini menatap Lyanne begitu dalam. "Ingat, bukan berarti jika aku kembali bersama Sesha, aku melupakanmu. Aku takkan pernah begitu."
"Dev ..., kau yakin?" Entahlah, kepercayaan Lyanne pada Devan terasa berkurang.
Dengan cepat, Devan merangkul bahu Lyanne begitu sayangnya. "Aku yakin. Aku tak pernah berbohong padamu, kan?"
"Tapi, jangan seperti ini. Aku tak mau Sesha melihatmu denganku seperti ini. Sudahlah, Devan. Aku duluan pulang." Lyanne menggoyangkan bahunya di mana tangan Devan yang asyik merangkulnya. Ia berdiri dan menatap Devan selama beberapa detik. "Maafkan aku, Dev."
"Anne, kau kenapa?"
"Tidak, aku tak apa."
"Apa aku salah jika aku kembali pada Sesha?" Ujaran Devan membuat keduanya tertegun. Lalu ia berdiri menghadap Lyanne.
"Bukan begitu--"
Devan mengernyit heran dan menukas ucapan gadis itu. "Anne?" Dengan segera, ia memeluk sahabatnya.
Selama beberapa detik, mereka berpelukan. Rasa kecewa dalam diri Lyanne. Juga rasa aneh yang menelusup ke hati Devan. Pelukan tanpa perasaan, bagi Lyanne.
Lyanne memukul dada bidang Devan dengan pelan. Ia melepaskan pelukannya, lalu menatap sahabatnya. Tatapannya frustrasi, hatinya serasa patah. Ia meringis, ada perasaannya yang menyesal.
"Salahkah jika aku mencintaimu, Devan?" Ya, Lyanne muak. Ia lelah, hatinya terus tergerogoti rasa menyesal. Ia terus memikirkan, apa sesuatu yang lebih dari Sesha? Hingga Devan begitu mudahnya kembali menerima gadis itu?
Namun, cinta tak butuh alasan.
Dan, mengapa Lyanne menyesal?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Devanne [Short Story]
Short Story-Completed- Setiap pertemuan berkesan yang terjadi saat senja terbentuk. A short story by @Rede-fine