"Hujan seperti ini, kau masih mau menemuiku?" tanya Lyanne menatap Devan khawatir.
"Karena aku berniat. Jadi, ya, seperti ini," balas Devan. "Hujan sepertinya mereda, ayo ke sana!" ajaknya menuju bangku pertemuan mereka dikala senja.
Ada kekhawatiran pada Lyanne akan kondisi Devan yang pakaiannya belum mengering. Lembap yang berujung pada dingin yang menusuk kulit. "Kau yakin?"
"Tentu saja!" balas Devan semangat. Kemudian, menarik lengan Lyanne berujung menggenggam tangannya.
Devan menarik Lyanne dengan dirinya yang terus tertawa. Lyanne juga tertawa, ia merindukan hal ini. Rindu akan masa kecilnya yang tak mengenal keadaan—juga tak mengenal perasaan aneh itu.
Hampir saja Lyanne terjatuh akibat licinnya rerumputan yang bermandikan tetesan air. "Devan!" geramnya.
Devan hanya terdiam menatap Lyanne yang tersenyum dan tertawa. Ia kemudian berlari, Lyanne mengejarnya. Hujan kembali deras, tapi mereka tak peduli.
"Berhenti, Dev!" pinta Lyanne kembali pada rasa khawatirnya.
Dengan terpaksa, Devan memberhentikan langkah larinya. Ia membalikkan tubuhnya. Ada Lyanne yang sedang sesenggukan. Gadis itu sedikit membungkuk. Rambutnya telah lepek.
Perasaan kegelisahan kini menyeruak pada diri Devan. Ia segera berlari menghampiri Lyanne. Ia juga sedikit membungkukkan badannya untuk menyamakan tingginya.
Lyanne mendongak, menatap Devan begitu dalam. "Pulanglah, aku takut kau sakit," pinta Lyanne tersenyum. "Aku akan pulang juga."
Tangan Devan menyentuh sebelah pipi Lyanne. Mengelusnya perlahan meskipun pipi Lyanne dipenuhi oleh licinnya air pada permukaannya. "Kau semakin kurus, ya?"
Lyanne tersenyum miris. "Benarkah? Padahal, aku makan teratur seperti biasa."
"Kau mungkin sedang banyak pikiran?" tanya Devan.
"Hm, tidak sepertinya," balas Lyanne. "Duduk di tempat biasa sepertinya menyenangkan!"
Sorot mata Devan tampak senang. "Ayo! Banyak hal yang ingin kubicarakan."
"Tapi ..., kau tidak kedinginan?"
Devan menunduk. "Kau sendiri? Mungkin, kau harus menghangatkan tubuhmu sesegera mungkin. Aku mengkhawatirkanmu ...."
"Tak apa, Dev. Justru aku sangat menikmati waktu seperti ini. Ini seperti deja vu. Kau dan aku seperti masa-masa menjadi anak kecil!" Lyanne senang, persetan dengan rasa dingin yang telah menguasai tubuhnya.
"Jika begitu ...," Devan tersenyum tulus, "kau mau berpelukan?" Kedua alis Devan terangkat naik.
Tentu saja Lyanne tak menolaknya. Ia segera berhambur ke pelukan Devan. "Kenapa kita selalu berpelukan akhir-akhir ini? Dan mengapa kita memulainya?"
"Karena aku mencintaimu, Anne. Lebih dari 'sahabat'."
***
sebenernya ini bakal fast up, cuma grgr akunya males aktif aja :D
Puasanya semangat, yuhu! 🤯🤩
KAMU SEDANG MEMBACA
Devanne [Short Story]
Short Story-Completed- Setiap pertemuan berkesan yang terjadi saat senja terbentuk. A short story by @Rede-fine