sepuluh

82 12 13
                                    

"Dev, bangun!" Lyanne mengguncangkan tubuh Devan. Gadis itu hanya tertawa kecil melihat Devan yang tertidur begitu pulas.

Devan bergumam. Dengan perlahan, ia membuka kedua matanya. Tampaklah Lyanne dengan tampilan yang cantik, seperti biasanya.

"Kau menungguku, ya? Maaf, aku tadi sangat lelah, hingga aku tertidur," ucap Lyanne. "Ikut aku, ayo!"

Apa yang dilakukan Devan, yaitu merenggangkan semua otot tubuhnya. Ini sudah malam, tapi keadaan kota cukup terang. Langit malam juga tampak lebih indah daripada biasanya.

Tangan Lyanne beralih menggenggam tangan Devan tanpa rasa malu. Lalu, gadis itu tersenyum malu. Pipinya memerah akibat Devan menatapnya lembut.

Kedua insan itu melangkah bersama. Dengan kedua tangannya yang saling menggenggam. Juga senyum yang menghiasi bibir mereka masing-masing. Suasana malam yang syahdu, semakin mengesankan hari ini.

Lyanne memberhentikan langkahnya di bukit yang indah. Tempat lain selain pertemuannya dengan Devan di halaman rumahnya. Bukit yang selalu ia kunjungi setiap hari Minggu.

"Ada sesuatu yang perlu kau pasangi padaku." Lyanne menunjukkan flower crown yang ia bawa sedari tadi.

Namun, Devan tidak menyadarinya karena gadis itu berhasil membuatnya tidak tahu. Ya, Lyanne menyembunyikan benda itu di balik punggungnya.

"Anne?" Devan tak mengerti.

Lyanne tersenyum penuh arti. "Pakaikan ini padaku," pintanya.

Dengan pikirannya yang bingung, Devan menerima flower crown itu. Kumpulan bunga berwarna-warni yang berada pada flower crown tersebut sangat memesonakan siapapun yang melihatnya.

Mata Devan menatap Lyanne dengan tenang. Kemudian, kedua tangannya memasangkan flower crown tersebut pada bagian atas kepala Lyanne. Devan merasa senang, Lyanne lebih cantik dengan aksesoris itu.

Dengan cepat, Lyanne memeluk Devan dengan erat. Menghirup aroma lelaki itu dalam-dalam. Menenggelamkan wajahnya pada bahu Devan. Ia mencintai detik ini, salah satu detik terindah dalam hidupnya.

"I love you, Anne." Kedua tangan Devan mengelus lembut punggung Lyanne.

"Love you, too."

"Kenapa kau memutuskan hubunganmu dengan Sesha?" tanya Lyanne.

Devan menghela napasnya. Membuat gelitikan kecil di antara leher dan bahu Lyanne. "Karenamu."

"Why?"

"Bohong saja, jika aku mencintai Sesha. Aku berusaha melupakan perasaanku padamu, tapi tak bisa. Jadi ..., kau mau menjadi kekasihku?" Devan tersenyum dalam pelukannya dengan Lyanne.

Lyanne menghela napas, lalu tersenyum. Ia tak menanggapi, terlalu fokus menyadarkan wajahnya pada bahu Devan.

"Anne?" Tangan Devan bergerak menyentuh tengkuk, lalu dagu Lyanne. Ia menaikkan dagu gadis itu. Kedua mata Lyanne terpejam, sembari tersenyum.

"Anne?" panggil Devan sekali lagi. Ia mencoba melepaskan pelukannya. Namun, sesuatu yang tak disangka olehnya terjadi begitu cepat.

Tubuh Lyanne segera tumbang ke pelukan Devan.

***


Devanne [Short Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang