sebelas - End

139 9 34
                                    

"Anne? Tidak, tidak!" Devan menangkap tubuh Lyanne dengan cepat. Ia tak masalah terhadap beban tubuh Lyanne yang lebih ringan. Namun, ia memikirkan Lyanne yang sudah tak bernyawa—ia menepis pikiran itu.

Lelaki itu menurunkan tubuhnya. Duduk dengan menekuk kedua lututnya, untuk menumpu berat tubuhnya. Ia menaruh kepala Lyanne pada sebelah pahanya. Mengelus pipi Lyanne dengan pelan.

Kedua mata Devan memerah. Air matanya mulai menumpuk pada bagian bawah kelopak matanya. Ia menjambak rambutnya frustrasi. Ia memandang kacau ke arah manapun.

"Anne ...," Air mata Devan akhirnya meluncur bebas menuju pipinya. Mengalir deras hingga mengenai rambut Lyanne. Ia terisak, pikirannya kalut memikirkan Lyanne yang tak kunjung bangun.

Flap!

"Argh!" erang Devanne sebelum akhirnya tertunduk lemah dan menutup matanya.

***

Beberapa minggu kemudian ...

"Hasil autopsi gadis bernama Lyanne, itu seperti apa hasilnya?" tanya seorang tim penyelidik yang mengurusi kematian aneh Lyanne.

"Lyanne mengidap necrotizing fasciitis. Bakteri dalam tubuhnya bergerak cepat, hingga memakan apapun dalam tubuhnya. Tentu saja ia terlihat kurus, tubuhnya saja digerogoti oleh bakteri-bakteri perusak jaringan dalam tubuhnya. Akibatnya, jaringan tubuh yang diunggis bakteri itu menjadi mati."

"Wow. Apakah itu penyakit langka?" tanya seorang penyelidik yang bernama Dimitri Frev.

"Ya. Memang langka, setidaknya ... terjadi di angka lima ratus hingga seribu kasus pertahunnya," balas dokter forensik yang bernama Khelin.

Frev memiliki banyak pertanyaan pada Khelin. "Lalu ... bagaimana gadis itu bisa terkena penyakit itu?"

"Setelah kubedah, ditemukan bekas gigitan serangga kecil yang menjadi penyebab masuknya bakteri pembunuh jaringan dalam tubuhnya. Namun, untuk serangga, belum diselidiki lebih jauh. Karena, penyebab penyakit ini berasal dari serangga itu, juga cukup langka," jelas Khelin. "Sangat sedih aku mendengarnya. Dia adalah gadis yang dikenal ramah."

"Ya. Apalagi Devan. Lelaki itu juga terbunuh dengan panah yang menancap di belakang punggungnya. Nyawanya tak mampu diselamatkan karena sedikit menyentuh jantungnya. Dan keterlambatan waktu ... huft, malang sekali." Frev menunduk merasakan duka. Ia menatap saku jaketnya. Lupa akan sesuatu, ia menunjukkannya pada Khelin.

"Aku menemukan selembar kertas kecil. Tertera angka-angka tak jelas, pun dengan kata-katanya yang tak kumengerti. Kau mampu mengetahui arti dibalik semua teka-teki itu? Ya, aku bisa saja menyebutnya teka teki." Frev menyodorkan selembar kertas itu pada Khelin.

Kemudian, dokter forensik itu meneliti deretan angka dan huruf yang ada pada kertas itu. Kedua alisnya saling bertautan. Ia merasa bingung dengan tulisan yang berada pada kertas tipis itu.

'7432744221'74 3292

Goodbye, Devanne.'

***

Devanne [Short Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang