Devan : Temui aku di tempat biasa, jam 4 sore🙏🏻🖤
Lyanne membaca pesan itu dari ponselnya. Ia mendengus pelan, pikiran Devan terus menghantuinya. Penyesalannya terarah menuju ucapan dirinya. Ketika ia bertanya pada lelaki itu bahwa siapa yang mempermainkan perasaannya.
Langkah Lyanne menyusuri dapur. Hanya ada beberapa lembar roti di sana. Ada pula selai cokelat kesukaannya. Baiklah, hanya itu saja, tapi itulah yang ia suka.
Lyanne duduk dan mengolesi selai cokelat pada selembar roti. Kemudian ia mengunyahnya. Pandangannya hanya tertuju pada radio yang terletak di sebelah lemari pendingin. Tidak, Lyanne tidak menyadari jika yang ia tatap adalah radio.
Penyebabnya? Tentu saja pikirannya yang campur-aduk. Bagaimana ia—atau Devan—memulai percakapannya? Sedangkan hubungan mereka sedang tidak berada di ambang yang lurus. Lyanne yang kecewa pada Devan, juga Devan yang bingung. Lelaki itu bingung jika harus memilih sahabat atau kekasihnya.
Tik, tik, tik!
Gemericik hujan mulai terdengar. Tetesan air hujan itu mulai membasahi apapun yang dilaluinya. Angin bersuhu rendah mulai berembus, menggelitiki apapun yang mengenainya. Prediksi Lyanne salah, hari ini hujan.
Jemari Lyanne mengetuk meja berurutan dan berulang. Ia menggigit bibir bawahnya. Kedua bola matanya bergerak menatap ke atas. Kemudian, ia mengulum bibirnya.
Berbicara soal waktu ...
Oh, ya, Lyanne segera melihat jam dinding. Pukul 3 sore, lebih 45 menit. Ia harus bersiap. Devan akan menemuinya 15 menit lagi.
Namun, yakinkah lelaki itu menemuinya? Sedangkan, hujan tak mereda, justru semakin menderas. Terdengar pula suara gemuruh-gemuruh kecil. Memikirkannya saja, Lyanne merasa takut.
Gadis itu mendengus, ia terpaksa. Tangannya bergerak mengikat rambutnya. Pakaian santainya, ia padukan dengan jaket hitamnya. Hanya itu saja.
Jendela rumahnya telah berembun, permukaan luarnya berbintik-bintik air. Jemari Lyanne menyentuh jendela itu, terasa dingin. Deru napas hangatnya membuat embun pada permukaan jendela itu.
Belum pukul 4 sore. Lyanne mendongak. Awan kelam tampak menguasai hari ini. Rintikan hujan itu tampak seperti rentetan air mata kesedihan. Hawa dingin yang mulai membentuk kabut-kabut tebal. Hari ini tampaknya sedang bersedih.
Mengenai hati ...
Tok, tok, tok!
Lyanne membuang napas gusar. Ia membukakan pintunya. Ada Devan di sana, dengan tampilan basah kuyupnya. Ia tersenyum seraya menyerahkan payung pada Lyanne.
"Devan ...," gumam Lyanne.
"Ayo, ke sana," ajak Devan. Ia menggenggam tangan Lyanne.
"Jangan, Dev. Aku sangat mengkhawatirkanmu," lirih Lyanne. Kemudian, ia memeluk Devan dengan erat. Tak peduli dengan pakaiannya yang terkena basah dari pakaian Devan.
***
Pengen tamatin ini secepatnya. Bcs, sibuk sama Selkies. Bravery juga sama Useless wkwkwk. Tapi, sans, soalnya Bravery sama Useless dah nabung chapter. /Basa-basi mulu, ya/
Vielen dank, alle🤩
KAMU SEDANG MEMBACA
Devanne [Short Story]
Short Story-Completed- Setiap pertemuan berkesan yang terjadi saat senja terbentuk. A short story by @Rede-fine