Senin, 01.20AM
Mobil berwarna hitam itu berhenti tepat di depan garasi rumah. Lelaki tampan yang duduk di belakang kemudi menoleh ke arah bangku penumpang disampingnya. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman dan kekehan kecil keluar dari bibirnya. Tapi tak lama kemudian berganti menjadi ringisan kecil.
"Shhh! Bangsat emang tuh orang,"
Hyunjin menatap pantulan wajahnya di spion depan mobilnya. Bibirnya kembali terangkat meski lagi lagi diakhiri dengan ringiskan kecil. Entah apa yang ada di otak pemuda itu hingga ia dari tadi tersenyum seperti orang tidak waras.
"Apaan sih gue, gak jelas."
Dirinya menertawai tingkahnya sendiri sambil mematikan mesin mobil dan keluar dari sana. Dengan senyuman yang masih membingkai wajahnya, ia masuk ke dalam rumah sambil memutar kuci mobil di tangannya. Lupa dengan kejadian yang menimpanya tadi.
Setelah masuk ke dalam rumah, lelaki Hwang itu merebahkan tubuhnya di sofa rumahnya. Masih sambil tersenyum, kini tangannya memegang bekas luka memar di sudut bibirnya. Meringis pelan lalu setelahnya terkekeh. Demi apapun ia seperti orang gila sekarang.
"Eh iya lupa,"
Dengan cepat tangannya langsung merogoh saku celananya, dan meraih benda persegi miliknya. Dengan cepat pula jarinya menekan salah satu nomor disana. 2 kali nada panggilan di ganti dengan suara perempuan dari sebrang sana.
"Halo?"
Senyumannya mengembang semakin lebar saat mendengar suara seseorang yang beberapa tahun ini sangat dirindukannya. Meski mereka sering bertatap wajah melalui video call, tapi tetap saja rasa rindu tidak bisa diobati tanpa bertemu.
"Hei Ji."
"Ck, apa telpon-telpon? Masih inget lo sama gue?"
Sapaan ketus terdengar dari sebrang sana yang membuat Hyunjin tertawa kecil. Adik kecilnya sama sekali tidak berubah.
"Apasih dek marah-marah terus, nggak kangen sama gue?"
"Ngapain gue kangen sama lo! Mamah tuh yang kangen! Katanya 'mamah kangen anak mamah' hihhh dikira gue anak siapa."
Hyunjin terbahak mendengar suara adiknya saat menirukan suara Ibu mereka. Ya, ibu nya itu dekat dengan mereka, karena hanya ibunya yang memperhatikan tumbuh kembang mereka.
"Kan lo anaknya Pak Ujang sama Bi Surti."
"Terus ngomong gitu lagi, tunggu gue pulang, kita baku hantam."
Gelak tawa Hyunjin memenuhi ruang tamu rumahnya mengabaikan rasa perih di bibirnya. Setelahnya, ringisan pelan keluar kembali dari bibir tebalnya membuat sang adik yang mendengar desisnya kakaknya mengalihkan topik pembicaraan.
"Kenapa lo? Kayak kesakitan gitu?"
"Enggak, gapapa, biasa cowok haha."
"Sok jantan."
Hyunjin tersenyum menggelengkan kepalanya pelan. Adiknya ini benar-benar menyebalkan. Tapi tetap saja dia adalah seseorang yang sangat disayanginya setelah Ibunya. Ia melanjutkan pembicaraan setelah mengingat tujuan awalnya menelpon sang adik.
"Kapan balik ke sini?"
Hening, tidak ada jawaban dari gadis di sebrang sana. Hyunjin mengerutkan dahinya bingung.
"Dek? Yeji?"
"E-eh? Iya halo, sorry kak gue harus masuk kelas, nanti gue telfon lagi. Bye!"
Dan panggilan pun di putuskan sepihak dari sang adik. Kening Hyunjin berkerut bingung. Adiknya menyembunyikan sesuatu.
Tapi terlepas dari adiknya yang mecurigakan seolah menutupi sesuatu, setidaknya perkataan bajingan itu tidak benar. Adiknya belum pulang dan mereka masih aman di sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stockholm Syndrom [HYUNJEONG]
FanficTentang Jeongin yang simpati kepada orang yang menculiknya dan Hyunjin yang entah kenapa tidak bisa jauh dari korban yang di culiknya. "Kakak kenapa disini? Bukannya kita udah sepakat buat lupain semua dan nggak saling kenal?" -Yang Jeongin "Nggak t...