15

2K 332 13
                                        

Minggu, 11.45PM

Jeongin mengerjapkan matanya pelan menyesuaikan cahaya yang masuk. Bau obat-obatan langsung menyambut indera penciuman lelaki manis itu yang membuatnya merengut tak suka. Jeongin merasakan tangannya hangat seperti di genggam. Diliriknya pemuda tampan yang saat ini tidur dalam posisi duduk lalu meletakan kepalanya di ranjang Jeongin.

Tampan! Itulah kata yang ada di benak Jeongin saat melihat Hyunjin tertidur dengan wajah damainya. Entah mendapat keberanian dari mana, tangan Jeongin mulai menyisir rambut tebal berwarna coklat terang milik Hyunjin.

Pergerakan dari lelaki manis itu ternyata mengusik Hyunjin yang baru tertidur sekitar 30 menit yang lalu. Lelaki berbibir tebal itu membulatkan matanya saat melihat Jeongin yang kini menatapnya terkejut.

"Udah bangun? Dari kapan?"

Bukannya menjawab, Jeongin malah mengangkat tubuhnya untuk duduk yang membuat Hyunjin langsung sigap untuk membantunya. Lelaki manis itu meringis pelan saat merasakan berat dikepalanya.

"Apa yang dirasa? Udah enakan? Dipanggilin suster ya?"

Jeongin hanya mengangguk mengiyakan.

Lima menit menunggu, dua orang perawat masuk dengan membawa sebuah troli yang berisi obat-obatan dan suntikan yang membuat Jeongin membulatkan matanya.

Di periksanya lelaki manis itu, mulai dari suhu tubuhnya menggunakan termometer, hingga menggunakan alat yang entah Hyunjin tidak tahu nama dan apa fungsinya.

"Suhu tubuhnya sudah turun, tapi trombositnya masih rendah. Adeknya harus istirahat, makan yang banyak sama minum obatnya."

Jeongin yang masih shock melihat suntikan disana hanya meangangguk pelan mengiyakan ucapan sang perawat yang membuat dua orang perempuan disana tertawa melihat wajah Jeongin.

"Ini suntikan buat pasien di kamar sebelah kok, bukan buat kamu."

Perawat itu tersenyum membuat Jeongin menghembuskan napas lega. Kedua perawat itu keluar dari sana setelah berpamitan pada Jeongin dan Hyunjin.

"Laper nggak? Mau makan apa?"

Jeongin menggeleng, mulutnya terasa pahit sekarang. Ia yakin jika ia makan pasti rasa makanannya akan pahit pula.

"Kok gitu? Makan ya? Biar cepet sembuh."

"Pait."

Hyunjin membeku melihat wajah memelas Jeongin yang entah kenapa terlihat lebih menggemaskan. Namun dengan cepat dirinya tersadar. Fokus Hwang!

"Kalo lo nggak mau makan, nanti malah tambah sakit. Mau di suntik pake suntikan suster tadi?"

Mendengar kata suntikan, pemuda bermatga Yang itu langsung menggeleng ribut. Wajahnya berubah panik yang membuat Hyunjin harus mati-matian menahan tawanya.

"Nah makanya makan. Gue beliin bubur ayam ya?"

Lelaki itu hanya mengangguk pasrah. Yah dari pada dirinya harus disuntik?

Jeongin memajukan bibir bawahnya sedikit lalu menatap tangannya kanannya yang di tusuk dengan jarum infus. Dirinya meringis membayangkan betapa sakitnya jarum itu menembus kulitnya. Untung saat itu ia tidak sadar sehingga rasa sakitnya tidak terasa.

Sementara lelaki tampan itu kini mengutak-atik ponselnya lalu menyimpannya kembali di saku bajunya.

"Tunggu bentar, gue kebawah ambil makanannya."

Hyunjin keluar dari ruang rawat Jeongin setelah mendapat persetujuan dari lelaki manis itu. Tapi sungguh, Hyunjin sangat cepat. Lima menit kemudian lelaki tampan itu sudah kembali dengan satu bungkus bubur dan satu kotak susu.

Stockholm Syndrom [HYUNJEONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang