blueberry,

1.1K 185 19
                                    

chaewon membanting tubuhnya di sofa, melempar tasnya begitu saja di lantai. tak apa pikirnya, nanti juga diambil art yang kerja di rumah.

"kak chaewon?" chaewon mendengus kesal mendegar seorang anak laki laki yang lebih muda darinya itu bertutur lirih.

ia berdecak keras, "apaan sih? berisik banget lo, kalo mau ngomong sama gue balikin bokap nyokap gue dulu."

samuel tertegun, tapi tetap melanjutkan ucapannya, "kak chaewon, art nya lagi libur. tolong masakin kak, aku ga bisa masak."

chaewon ingin tertawa sekencang-kencangnya, tapi ia tetap jaga image, maka ia menghardik kasar.

"tunggu kak jisoo aja elah, gue males. nyokap lu pasti goblok banget sampe anaknya ga bisa masak. cih, udah goblok miskin lagi. udah gitu pelacur!" samuel semakin menundukkan kepalanya, apapun yang dia lakukan pasti dikaitkan dengan ibunya yang sudah tiada.

"ya ampun dek! sam kamu apain? jangan jahat ah dek!" jisoo berlari kecil, mengambil tas chaewon yang terjatuh di lantai lalu menaruhnya di sofa.

"paan sih kak soo, orang aku cuma nolak dia buat masakin makanan." chaewon mulai menutup matanya, mengantuk sekali, dalam beberapa menit perempuan berbadan kecil dengan rambut merah itu terlelap.

"jin, tolong masakin makanan." seokjin mengangguk paham, segera berjalan menuju dapur.

sedangkan jisoo membawa samuel pergi, menyuruhnya untuk tidak mendekati chaewon sementara. samuel mengangguk paham, semoga saja, ia bisa melakukannya.

—vanilla—

chaewon melirik jam tangannya, jam sepuluh malam. tidak buruk, waktu yang tepat untuk mencari udara. ia pergi keluar dari rumahnya, menutup pintu gerbang hati-hati agar tidak menimbulkan suara.

lalu menggerakkan kakinya ke sembarang arah, hingga sampai di taman berbunga dengan lampu yang beberapa menyala. matanya menelusuri isi taman, terpikir oleh dirinya untuk duduk di bangku kayu itu. maka duduklah ia.

chaewon melepas tudung hoodie nya, membiarkan rambut merah itu terurai cantik. penampilannya simpel, tapi parasnya bak bidadari.

chaewon menghirup nafas panjang. menikmati dinginnya malam karena mulai masuknya musim dingin. terpaan angin yang membuat rambutnya berterbangan, indah. tak ada yang lebih indah dari chaewon yang bersikap manis.

tapi ketenangan itu seolah sirna tergantikan rusuhnya seorang felix dengan baju serbah hitam yang datang dan duduk di sebelah chaewon. tanpa peduli bahwa sang hawa sedang menenangkan diri.

lalu felix duduk tepat di samping chaewon. awalnya tidak ada perbincangan, keduanya sibuk memikirkan diri sendiri. hingga felix menyalakan rokoknya, membuat chaewon jengah dan menggebu-gebu.

ia menengok ke arah felix, disambut tatapan aneh oleh blasteran korea-kanada itu. "matiin rokoknya, atau pergi dari sini." chaewon berujar kasar, membuat felix terhenyak untuk sejenak.

"suka-suka gue elah, gue yang ngerokok lo yang ribut." felix kembali menghirup benda beracun itu, membuat chaewon semakin geram.

"dasar orang goblok gak punya otak, ngerokok itu cuma buat orang miskin kurang kerjaan. dari marga lo gue tau lo gak miskin, ngapain ngerokok? merasa miskin? cih, dasar orang miskin gak ngotak." felix yang tadinya marah sekarang semakin emosi, ini sudah keterlaluan menurutnya.

"udah diem, gue gak mau ya bunuh lo di sini. nambah dosa aja." felix mengabaikan omelan chaewon yang berlanjut.

hingga chaewon terbatuk keras, terbatuk lagi dan lagi. nafasnya sesak, matanya berair. tidak, ia tidak boleh mati di sini. begitu pikirnya.

"felix lee, tolong bantuin gue." chaewon bertutur lirih suaranya serak dan sangat pelan.

hal itu membuat felix mematikan puntung rokoknya, menatap panik chaewon, dan pada akhirnya ia membopong chaewon ke motornya. membawa chaewon ke rumah sakit secepatnya.

tidak ada percakapan, hanya ada suara batuk chaewon yang makin mengeras, dan tatapan panik felix, juga suara deru motor felix.

felix menyesal, seharusnya ia memang tidak menyalakan rokok.

TBC

YAAAAA, GIMANA INI? AKU BUCIN CHAELIX, BUCIN BANGET!

vanilla | chaelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang