smoothie,

614 101 0
                                    

"aku mau cerita." chaewon mendongak, menatap sang kekasih heran.

tak biasanya sang kekasih mau bercerita tentang dirinya. ia mengangguk pelan, ponsel mahalnya ia matikan daya.

waktu seperti ini tak boleh disia-siakan bukan?

maka, dengan kepala bertumpu pada paha felix ia memasang telinga baik-baik.

felix tersenyum manis, mengelus surai beraroma manis milik gadis itu. ia bersiap untuk bercerita. oke, harus mulai dari mana?

"aku tidak punya ibu, chae. ayahku akan menikah lagi." ia tertunduk sedih menatap iris hitam gadisnya.

chaewon tersentak untuk beberapa detik.

"aku turut berduka cita, felix." gadis itu kehilangan senyumnya, ikut sedih menatap sang kekasih.

"hmm, lagipula itu sudah lama. you know, times change." ujarnya santai walau hatinya berteriak tak terima.

"lalu apa yang akan kau lakukan?"

"yea, hidup masih berjalan lancar sampai saat ini. gak ada yang benar-benar mengganggu kecuali si brengsek. btw, aku juga beli apartemen sendiri buat memisahkan diri. niatku, ngambil alih perusahaan ibu. gimana? sounds cool?" chaewon terkekeh kecil mendengar ujaran felix.

"mungkin kamu kurang komunikasi. kamu salah paham dan terlanjur benci. yea, mungkin gitu." gadis itu berujar kembali dengan senyumannya.

"hmm, i see. kalau kamu gimana chae? kamu juga miskomunikasi kan?" chaewon terdiam beberapa saat.

dia baru sadar, bahwa ia sedari tadi memberi saran pada felix sedangkan ia sendiri bahkan tak menyadari solusi untuk permasalahannya.

"ngga tau, mereka lebih nggak layak untuk dimaafkan daripada ayahmu. mereka ngehancurin hubungan seseorang dan itu lebih dari parah. jadi, apa ada alasan buat maafin?" chaewon berujar kasar, sedikit emosi dengan yang dilontarkan felix.

"jangan emosi, chaewon. relax, everything gonna be alright."

gadis itu menarik nafas, menghembuskannya perlahan sembari memegangi dadanya, guna menetralkan emosi yang dapat membeludak kapan saja.

"mungkin ibunya kim sama samuel salah, siapa juga yang tidak benci dengan seorang pelakor. apalagi ketika dia berusaha merebut apa yang seharusnya menjadi milikmu." felix berucap tenang sekali, sama sekali tidak mencoba untuk memanas-manasi gadis itu.

"tapi, bukan salah kim dan samuel kan kalau mereka lahir di dunia ini? mereka bukan yang berkehendak, ayahmu dan ibu mereka yang mau. jadi bukankah salah ketika marah sama kim dan samuel?" gadis itu tak dapat menahan air matanya, perlahan kristal bening itu turun menjadi sebuah isakan pilu yang mengingatkan pada orang tuanya.

felix merentangkan tangannya, memeluk gadis itu erat dan menepuk pundaknya pelan. entah sejak kapan ia sudah duduk bersebelahan dengan chaewon.

"kamu tidak salah, chae. kamu hanya marah pada orang yang salah. kamu terlalu terbawa emosi dan itu hal yang wajar." felix tersenyum tipis, mendapati dirinya juga seperti itu.

"kita manusia, wajar jika emosi dan egois. jadi ayo perbaiki sendiri. aku akan membuka komunikasi dengan ayah, kamu juga akan memaafkan kim dan samuel." lanjutnya bijak, sungguh, felix tak pernah sebijak ini sebelumnya.

chaewon melepaskan pelukannya, menatap felix sembari tersenyum tipis masih disertai isakan kecil dan mata yang merah juga pipi basah.

"iya, kita itu manusia wajar membuat kesalahan. wajar juga diingatkan oleh orang lain."

keduanya bertatapan tersenyum penuh arti dan kembali berpelukan.

sore itu semuanya berubah, entah apa yang dipikirkan oleh Yang Maha Kuasa hingga mempertemukan kedua orang ini. tapi semuanya berjalan indah, ombak telah surut, badai telah reda, dan api telah padam.

percayalah, keduanya tengah berusaha membangun hubungan yang lebih dewasa.

TBC

yipii, akhirnya ada penyelesaian masalah. btw, bentar lagi tamat yaaa

vanilla | chaelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang