chocochip,

1K 176 1
                                    

jisoo berlari cepat, sangat kencang. entah sudah berapa orang ditabraknya. diikuti dengan jin dan samuel yang berusaha mengimbangi langkahnya.

jisoo tidak peduli apapun saat ini. hanya adiknya, ia tidak boleh pergi. egois memang, tapi begitulah kenyataannya.

jisoo membuka pintu ruang ugd keras, membuat semua orang menoleh ke arah dirinya. menatapnya sinis, tidak suka dengan kehadirannya.

tapi sekali lagi, jisoo tidak peduli.

ia berlari menuju adiknya yang terbaring dengan mata terpejam dan alat bantu pernafasan.

"soo, mama sayang soo, sayang chae juga. sekarang soo udah jadi kakak, soo mau kan jaga chae?" jisoo mengangguk malu-malu sambil terus menengok ke arah bayi di dalam box itu.

"soo anak pintar, chae juga harus jadi kayak soo ya." jisoo menganggukkan kepalanya lagi, kali ini dengan ulasan senyum.

ia limbung dan berangsur-angsur jatuh. tangannya tergerak untuk menutup wajahnya. chae, tidak akan meninggalkannya bukan?

jin dan samuel menghiburnya, sementara samuel memeluk jisoo, jin mengelus pundaknya.

felix tertunduk. ia tidak buta, ia dapat melihat, betapa hancur kakaknya chaewon. walaupun ia tidak kenal tapi ia bisa merasakan betapa sayangnya kakaknya kepada chaewon. dia yang membuat chaewon seperti ini, seandainya...

ah sudahlah, toh semuanya sudah terjadi. tidak bisa diubah.

jisoo bangkit, dengan sesenggukan ia mencengkeram kerah felix. sudahlah, ia tidak peduli. dosa sekali tidak akan membuatnya masuk neraka.

"kamu apain adek saya?" bahkan di saat seperti ini ia masih bisa mengontrol nada suaranya. wow, kesabaran seorang kim jisoo memang di atas rata-rata.

"kak, saya minta maaf sebelumnya. saya nggak tau chaewon punya penyakit paru-paru. tadi dia menghirup asap rokok saya." felix kian menunduk, suaranya juga melemah, merasa bersalah mungkin.

"soo, udah. kasian anaknya, soo." seokjin menarik jisoo kasar, membuatnya terhempas cukup jauh, mungkin saja jatuh jika tidak ditahan sang suami, seokjin.

selang beberapa detik kemudian, chaewon mengedipkan kedua matanya. membuat seokjin dan samuel memanggil dokter. sedangkan jisoo menghampirinya. felix? entahlah, dia sendiri tidak yakin dengan apa yang dilakukannya.

selang beberapa detik kemudian kesadaran putri manis kita chaewon kembali penuh

"chae, are you okay?" jisoo bertanya panik.

chaewon tidak menjawab, ia malah menghela nafasnya lalu memposisikan dirinya untuk duduk.

dokter yang ditunggu kehadirannya akhirnya datang, diekori seokjin dan samuel di belakangnya.

"saudari chaewon boleh pulang malam ini juga, saran saya, tolong hindari asap. asap adalah salah satu pemicu asma yang berbahaya. beruntung kali ini anda mendapatkan pertolongan cepat." sang dokter tersenyum, lalu pamit dan pergi.

"udah gue bilangin ya, perlu gue teriakin, hah?! kuping lo budek apa gimana sih, dibilang stop ngerokok ya stop dong." chaewon dengan sekuat tenaga menjambak rambut felix hingga kepalanya tertarik.

baru saja felix berkata tapi jemari lentik chaewon sudah terlanjur mendarat di kepalanya.

"a-ah, sakit chae, lepasing dong. gue kan gak tau, kalo gue tau juga pasti udah gue matiin rokoknya." felix mengampun, membuat amarah chaewon mereda hingga ia melepaskan jambakannya perlahan.

jisoo, seokjin, dan samuel tidak bisa berkata, hingga beberapa detik kemudian jisoo berucap, "kalian pacaran?"

sekarang gantian chaewon yang tidak bisa berkata, hingga akhirnya felix lah yang menjawab, "enggak lah kak. kita aja baru kenal, haha." felix tertawa canggung, lalu jisoo mengangguk paham dan meninggalkan mereka untuk mengurus administrasi diikuti seokjin di sampingnya.

samuel yang masih berdiri di hadapan chaewon mulai mendekat. ia menunduk dalam, tak kuasa untuk berbicara.

chaewon mendengus kasar, "ngapain lo disini? pergi, ganggu pemandangan aja."

felix terkejut, seperti inikah chaewon terhadap adiknya?

TBC

gemes dah sama chaelix, UwU sekali😭

vanilla | chaelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang