Chapter 4

18 9 1
                                    

Louis pov.
Sehabis serangan yang luar biasa itu, aku pergi untuk mencari raja dan ratu. Sepanjang jalan aku melihat kondisi kerajaan Rulcifer yang porak-poranda.
“ Apakah mereka masih hidup?" Pikirku. Aku memasuki lorong istana, mencari-cari anggota kerajaan yang masih hidup. Betapa terkejutnya aku menemukan raja dengan kondisi tertusuk pedang dan darah yang melumuri hampir sebagian tubuhnya. Matanya merah, dia menunjuk ke arah robohan lemari, dengan segera aku menyingkirkan lemari itu dan kulihat ratu. Ratu Rias Rulcifer istri dari raja Stevan Rulcifer tewas terkena timpaan itu. Seketika aku terduduk. Aku menoleh ke arah raja dan menyamparinya, dia memberikanku pesan untuk mencari putrinya karena dia sangat yakin putrinya itu masih hidup karena kalung yang di pakai raja berhubungan dengan kalung yang di pakai tuan putri. Beliau memberikan kalung itu padaku dan menugaskan ku menjaga putrinya, sebelum akhirnya dia tewas di depanku.

Aku pergi ke dunia manusia, dan bersumpah akan menjaga tuan putri Alexa sampai akhir nyawa ku.

                       **********
Siang itu aku merasa sangat tidak enak badan. Luna menyuruh ku untuk pergi istirahat ke UKS, dia ingin mengantarku tetapi aku tolak karena tidak mau merepotkan.

Aku pergi ke UKS. Sesampainya, aku berbaring di kasur. Kepalaku terasa sangat pusing dan ku mulai pejamkan mataku dan tiba-tiba...

“ Aduuhh!! Sakit! Bisa kah kau mengobati nya secara perlahan?! " Teriak seorang laki-laki di kasur sebelah, sayangnya aku tidak bisa melihatnya karena tertutup horden.
“ Ini sudah perlahan bodoh! Salah kau sendiri tidak hati-hati " Jawab temannya.

Aku menjatuhkan sesuatu yang menimbulkan suara. Mereka memeriksa dan..
“ Sreek..." Suara seperti menggeser horden pembatas.
Aku hanya tersenyum pada mereka karena kurasa aku tertuduh seperti seorang penguping.

“ Baiklah aku ke kelas.." Ucap teman yang mengobati laki-laki itu.
Dan pergi meninggalkan temannya di UKS. Dan tahukah siapa teman laki-laki yang dia obati itu. Luxard.

“ Hai kita ketemu lagi.. " Sapanya dengan melambaikan tangan kearah ku. Aku hanya diam saat itu, menahan rasa pusing ini sungguh merepotkan.
“ Bicara lah.." Pintanya
“ Hai juga... " Sapa ku balik, mendengar sapaan ku dia tersenyum.
“ Kenapa tersenyum?" Tanya ku dengan menaikkan sebelah alisku.
“ Kau jelek." Jawabnya singkat. Ya ampun baru kali ini selama beberapa hari ini aku bersekolah ada laki-laki yang mengatakan aku jelek? Berani sekali.
“ A_apaa! Jelek?" Jawab ku dengan nada yang ku tinggikan seperti orang yang teriak karena tidak terima penghinaan.

“ Hahaha kenapa sifat mu seketika berubah? Padahal kau bersifat dingin pada semua laki-laki seantero sekolah." Ucapnya sengan tawa yang terkekeh-kekeh.
Aku diam sejenak, tapi dalam batinku ingin sekali menyuruhnya menarik perkataan nya itu.

“ Apa kau sakit?" Tanya nya padaku.
“ Tidak "
“ Benarkah?" Tanya nya lagi. Ya ampun dia sangat menjengkelkan! Terlalu banyak tanya pikirku.

Suasana menjadi hening. Seperti ada malaikat yang sedang lewat. Tapi tiba-tiba datang seorang temannya Luxard dengan nafas terengah-engah, yang membuatku heran adalah dia mengenakan bandu seperti telinga kucing. Tapi imut menurutku. Mohon jangan artikan "imut" disini sebagai kalau aku menyukainya. Tidak!

“ Lux! Kenapa kakimu?" Tanya nya dengan raut wajah khawatir. Lalu dia menoleh ke arahku, dan raut wajahnya seperti melihat hantu.
“ Putri sadis!" Teriaknya.

“ Eh?" Jawabku heran. Kurasa tidak perlu memanggil ku putri sadis kalau aku sendiri memiliki nama.
“ A_aku Alexa! Jadi jangan panggil putri sadis" Jawab ku dengan nada yang pelan, kurasa di masih bisa mendengarnya.

“ Apa yang ada di telinga mu itu?" Tanya ku sembari menujuk.
Dia terlihat kaget ketika aku menanyakan hal itu.
“ Teman ku ini otaku.." Sambung Luxard.
“ Aku bertanya padanya.." Jawab ku mengalihkan muka.
“I_ini ba_ban_bandu kucing " Jawab nya dengan tergagap-gagap. Apa dia takut melihat wajahku? Raut wajahnya begitu membuatku kasihan.

“ Oouh itu imut.. " Ucapku sembari tersenyum padanya. Dan seketika itu juga dia terkejut, wajahnya me merah seketika. Luxard yang mendengarnya juga terkejut.
“ Keajaiban dunia apa ini? Kau mengatakan imut pada laki-laki?" Ucap Luxard.
“ Kenapa? Lagi pula yang imut itu bandunya" Jawabku.
Mereka berdua saling pandang. Dan ketika itu secara tiba-tiba dadaku sakit. Yang ku pikirkan hanyalah darah, tapi aku sudah berjanji tidak akan menghisap darah siapapun. Aku segera keluar dari ruangan itu namun tangan ku di tahan oleh Luxard, langkahku terhenti dan aku menoleh kebelakang. Dia berdiri layaknya orang pincang.
“ Kau mau kemana?" Tanya nya dengan nada cemas.
“ Bukan urusanmu!" Bentakku. Aku sudah tidak tahan lagi dengan rasa sakit ini. Aku takut jika aku tidak bisa menahannya lagi, bisa saja aku menghisap darah Luxard disini.
“ Ke_kenapa tangan mu dingin sekali?" Tanya nya lagi. Mendengar pertanyaan nya itu ku lepaskan paksa tanganku dari pegangannya. Dan berlari menemui Louis.

“ Ada apa? " Tanya temannya yang menggunakan bandu telinga kucing itu. Raut wajah Luxard masih menunjukkan kebingungan.
“ Tangannya dingin" Jawabnya singkat.
“ Wajar saja.. Lihat sendiri, diluar hujan." Ucap temannya sembari menunjuk ke arah jendela.
“ Mungkin kau benar." Jawab Luxard, namun wajahnya masih terlihat penasaran.
“ Ta_tapi dingin nya itu seperti mayat. Orang yang tidak hidup" Ucap nya dalam hati. Sayang sekali kalimat itu tidak bisa dia ucapkan pada temannya.

Aku berlari dengan cepat di lorong sekolah dengan menahan rasa sakit yang sangat. Mataku mulai berubah, aku selalu berusaha agar tetap sadar supaya aku tidak dibutakan oleh keinginan ku akan darah.
“ Diamana kau Louis?!" Teriak batinku. Seketika aku terjatuh, dan penglihatanku menjadi buran dan perlahan gelap. Aku pingsan.

RulciferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang