Selandia Baru, Tahun 1890

434 64 1
                                    


CANDU

.

.

.

CANDU

Disclimer : Om Masashi Kishimoto.

Author : Hanna Hoshiko

Pairing : Sakura H. – Sasuke U.

Rated : T+

Genre : Romance/Fantasy

.

.

.

Warning!

Cerita ini hanyalah fiksi dan semua yang ada di dalamnya kecuali chara adalah asli murni ide dari author. Kesamaan alur, scene, atau apapun itu dilakukan dengan ke-tidak sengajaan oleh author.

Karakter tokoh disesuaikan dengan tuntutan jalan cerita, dan diusahakan sehingga tidak sampai mem-bashing chara.

.

.

.

Don't Like Don't Read.

.

Cerita ini adalah sekuel BAGIAN SEDIH PADA HUJAN

.

Mempersembahkan.

Selandia Baru, Tahun 1890.

Setelah menjalani beberapa kehidupan tanpa Sakura, kini dia sedikit bersyukur, di kehidupan ini dewa atau apa pun itu memberikannya waktu bersama Sakura, meski pun dia harus membayar dengan nyawanya. Itu tidak masalah.

Setiap hari Sakura akan mengunjunginya, tersenyum padanya, menanyakan kabarnya, dan terkadang mengajaknya jalan-jalan keluar.

"Apa hari ini menyenangkan tuan Uchiha?"

Dia tersenyum ketika mendengar pertanyaan Sakura padanya.

"Hn. Apa harimu juga menyenangkan?" Sasuke bertanya tanpa menatap Sakura.

"Tidak, hari ini cukup melelahkan." Jawab Sakura.

Dia menatap daun-daun coklat yang gugur dan jatuh di pangkuannya, tidak lama setelah itu rintik hujan mulai turun perlahan, dulu Sakuranya juga suka sekali dengan hujan, kini pun Sakuranya masih tetap menyukainya.

"Kau menyukai hujan?" tanyanya pada Sakura.

Wanita itu tersenyum tipis, "Ya," Sakura menatapnya. "apa anda juga?" tanya Sakura.

"Tidak terlalu," ia masih ingat betul ketika Sakura di bakar hidup-hidup di bawah hujan, itu membuat hujan tidak begitu menyenangkan untuknya. "harusnya hujan mampu memadamkan api bukan? Tapi ketika itu sepertinya hujan sedang tidak bersahabat, karena itu aku tidak menyukai hujan." Ucap Sasuke.

"Memang apa yang terbakar?" tanya Sakura.

Sasuke tersenyum tipis.

"Seseorang yang tidak bisa dilihat orang selain aku." Jawab Sasuke.

"Apakah itu sejenis hantu?" Sakura menatapnya dengan penasaran.

Sasuke menggeleng pelan, "Dia seorang dewi," dia menatap Sakura. "dokter harus ingat, dia adalah dewi terbodoh karena mau mengorbankan nyawanya sendiri untuk manusia."

"Bukankah itu sudah menjadi tugas mereka tuan Uchiha?"

Tiba-tiba tangan Sasuke mengepal.

Sepertinya batas waktunya sudah habis, sekujur tubuhnya terasa sakit, hidupnya sudah mencapai batas.

"Dokter ingatlah ini baik-baik..." Sasuke menghembuskan napas perlahan. "manusia itu tidak pantas mendapatkan nyawa seorang dewi, mungkin dewi itu berpikir jika itu yang terbaik tapi apakah dewi itu tahu, jika bisa saja manusia itu dikutuk karena menukar nyawa seorang dewi?"

Sasuke mencengkram erat pegangan kursi rodanya.

"Aku akan mengingatnya," Sakura tersenyum tipis. "sepertinya itu posisi yang sulit." Ucap Sakura.

"Tidak masalah, kemarilah," Sasuke menyuruh Sakura untuk berlutut di depannya. "selama itu bersamamu," Sasuke memegang tangan dokter kesayangannya itu. "bukan hal sulit untuk menjadi manusia yang dikutuk."

Sasuke menyandarkan tubuhnya pada kursi roda sepenuhnya, dia tersenyum bahagia, menatap langit dengan perasaan puas, mungkin ini kisah yang menyedihkan tapi setidaknya dia masih bisa menikmati waktu bersama Sakura. Biarkan dia yang pergi lebih dulu, itu lebih melegakan daripada dia harus tersiksa melihat Sakura yang meninggalkannya lebih dulu.

"Sampai jumpa."

Pandangannya mulai gelap. Dia juga tidak bisa lagi merasakan tubuhnya. Kini dia kembali berpisah dengan Sakuranya.

.

.

.

To be continue.

A/N :

Sepertinya nggak ada yang protes karena isi chapter yang dikit banget, tapi sabar tinggal 2 lagi, setelah itu bakalan masuk ke cerita Sakura. Jadi jangan lupa review ya awkwkwk

CANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang