Senior

217 36 1
                                    


CANDU

.

.

.

CANDU

Disclimer : Om Masashi Kishimoto.

Author : Hanna Hoshiko

Pairing : Sakura H. – Sasuke U.

Rated : T+

Genre : Romance/Fantasy

.

.

.

Warning!

Cerita ini hanyalah fiksi dan semua yang ada di dalamnya kecuali chara adalah asli murni ide dari author. Kesamaan alur, scene, atau apapun itu dilakukan dengan ke-tidak sengajaan oleh author.

Karakter tokoh disesuaikan dengan tuntutan jalan cerita, dan diusahakan sehingga tidak sampai mem-bashing chara.

.

.

.

Don't Like Don't Read.

.

Cerita ini adalah sekuel BAGIAN SEDIH PADA HUJAN

.

Mempersembahkan.

"Kau masih mengingatku?"

Mata Sakura menatap tiap detik ketika laki-laki itu bicara dengan ramah padanya, juga gerak lambat ketika laki-laki itu tersenyum manis, beberapa helai rambutnya juga melayang terkena kipas angin, seperti adegan-adegan indah di dalam drama.

"Shimura-san?" tanya Sakura ragu.

"Rupanya ingatanmu sangat baik." Sahut Sai.

Laki-laki itu mengangkat gelas minumnya, dijurusannya tidak banyak laki-laki yang memiliki paras sesempurna senior di depannya ini, semua anak perempuan di angkatannya selalu membicarakan Sai di setiap kesempatan, akan mengherankan jika para perempuan itu tidak membicarakan seniornya sehari saja.

"Kuharap kita bisa menjadi lebih dekat Sakura," Sai menatapnya. "boleh kupanggil begitu?" tanya Sai dengan sopan.

Ia hanya bisa tersenyum, "Tentu saja."

"Kau juga bisa memanggilku lebih santai." Ucap Sai enteng.

Dia menatap ragu ke beberapa teman di sebelahnya. "Kurasa itu agak eehh terlalu tidak sopan." Jawabnya agak takut.

Sai menaruh gelasnya, laki-laki itu juga tertawa pelan. "Kalau begitu baguslah." Laki-laki itu kemudian tertawa agak keras.

.

.

.

CANDU

.

.

.

Dia berjalan santai ke arah kelasnya, cahaya matahari sekarang terasa agak panas, beberapa minggu ini memang biasa saja dan membosankan, dia menghabiskan jam-jam di sisa hidupnya hanya untuk mengerjakan tugas kuliah.

Langkah berhenti.

Matanya menatap senior yang selalu sok dekat dengannya, laki-laki itu duduk santai di bangku yang tidak memiliki payung teduh, sepertinya seniornya itu tidak perlu seperti itu, semua orang di sini tahu jika dia tampan, dan sekarang laki-laki itu seperti memamerkan ketampanannya di siang bolong, dengan duduk di bawah terik matahari, kulit putih pucatnya terlihat semakin bersinar saja.

Itu membuatnya sedikit kesal.

"Mungkin lain kali aku akan menyarankan tuhan untuk tidak mencipatakan makhluk sepertinya," Sakura kembali berjalan. "menyebalkan." Lanjutnya.

.

.

.

CANDU

.

.

.

Matanya menatap ke seluruh arah di dalam kelas, semua bangku sudah terisi penuh, dia berjalan agak lamban, memastikan jika hanya bangku belakang yang tersisa, entah nasib sial apa dia harus duduk di sebelah senior paling tampan di jurusannya.

"Hai Sakura." Senior itu menyapanya dengan ramah.

Dia hanya ingin tersenyum kecut membalasnya.

Ia menarik bangku dengan lesu, Sakura sangat bisa merasakan aura bersemangat dari seniornya, "Sai-san..." ia menatap seniornya. "kau menyuruhku lebih santai." Lanjut Sakura.

"Tentu saja, selamat pagi Sakura." Sai tersenyum manis padanya.

Beberapa pasang mata perempuan menatap tajam ke arahnya, hari ini adalah waktunya kelas gabungan, dia bisa bertemu dengan seniornya dari berbagai angkatan, tapi kenapa dia harus duduk di samping Sai.

Sai terlihat merobek kertas kecil dan menuliskan sesuatu di atasnya, dan kini kertas itu sudah ada di depannya.

Laki-laki itu bertanya apa dia sudah sarapan atau belum, Sakura tersenyum tipis saat melihat gambar konyol yang terdapat di sana, dia tidak tahu jika seniornya juga mempunyai selera humor.

"Kau ingin membelikanku sarapan senior?" bisik Sakura.

"Jika kau menginginkannya." Jawab Sai, dari sudut mata Sakura dia bisa melihat senyuman manis milik Sai.

.

.

.

CANDU

.

.

.

"Kau tahu," dia terkejut melihat seniornya tiba-tiba berjalan disampingnya, "seorang dewi tidak boleh berjalan di bawah terik matahari." Sai menggunakan buku sketsanya untuk memayungi Sakura.

"Sayang sekali, tapi aku bukan seorang dewi." Jawab Sakura.

Sai berhenti berjalan, dengan ragu Sakura juga mengikuti Sai berhenti, diam-diam terkadang Sakura juga terpesona pada ketampanan seniornya, ayolah itu juga hal yang wajar terjadi.

"Begitu 'kah?" tanya Sai.

Sai menatapnya.

"Tidak ada dewi sepertiku." Jawab Sakura acuh. Dia pikir seniornya membahas apa.

"Jika ada, apa yang akan kau lakukan?" tanya Sai lagi.

Sakura menatap balik seniornya, "Apa kau sedang bercanda denganku? Berhentilah mengangguku senior." Dengan sedikit kesal Sakura berjalan meninggalkan seniornya.

"Sakura!" teriak Sai.

Sai berlari mengejarnya, dengan cepat menyamai langkah kaki Sakura. "Aku pernah bertemu dewi sepertimu," dengan tidak percaya Sakura menatap seniornya. "dia cantik, persis sepertimu."

"Berhenti mengarang cerita Sai-san." Jawab Sakura cuek.

"Aku tidak bercanda." Jawab Sai.

Sakura menatap seniornya.

.

.

.

To be continued.

CANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang