Jika diberikan kesempatan, aku akan mengatakan segalanya. Semua perasaan senang, sedih, bangga, kecewa atas kehadiranmu. Rahasia terdalam tentangmu. Sebuah mantra tidak pernah mampu kurapalkan.
Berawal perkenalan tak terencana, perasaan ini muncul. Aku masih dapat mencium bunga mawar merah yang kau berikan. Sekuntum bunga saksi bisu perasaan kita. Rangkaian puisi yang kau ciptakan tiap malam, masih tersimpan di hati. Segala kehangatan kau berikan tertinggal dalam ingatan.
"Berjanjilah kau takkan membuatku menangis" pintaku padamu suatu hari.
Tak ada keraguan saat mengatakannya. Percaya kau akan mengabulkan segala permintaan. Tanpa berpikir dua kali, kau mengiyakan. Air mata seakan menjadi senjata andalan untuk melemahkanmu.
Tahukah kau di sudut rumah ini, aku masih menyimpan kenangan kita. Kenangan terakhir yang tersisa. Sebuah lukisan langit senja. Perpaduan warna merah, kuning dan hitam di atas kanvas putih."Lukisan ini adalah perasaanku untukmu" katamu saat menyerahkannya.
Aku termenung mendengar ucapanmu. Kata-kata itu seakan romantis di telinga meski tak kupahami. Dua tahun kau bertahan menghadapi keegoisanku. Selama itu kau selalu berada di sisiku.
Seminggu kemudian kau bersama yang lain, namun aku tidak peduli. Aku terlalu yakin ia hanya sementara. Aku terlalu takut mengakui kekalahan. Meski kecewa kau menciptakan perisai menghadapi air mataku.
Saat kau kembali, aku semakin bernafsu menyakitimu. Kau tetap kau. Memohon ampun atas air mata yang pernah jatuh. Beberapa luka kutorehkan tanpa berpikir kau akan pergi.
Kini penyesalan menemani. Ku tatap lukisan senja yang kau berikan tujuh tahun lalu. Hatiku bertanya-tanya mengapa tidak kau ciptakan langit biru yang indah. Kenapa senja. Kenapa sebuah ucapan perpisahan yang kau berikan padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary - Kumpulan Cerita Pendek
Short StoryKumpulan cerita pendek tentang kisah percintaan dalam berbagai genre