Sentuhan Sihir

280 7 0
                                    

“Hayo… tebak, apa yang akan keluar dari topi ini?” tanya pesulap.

“KELINCI…” teriak anak-anak bersamaan.

Mereka berkerumunan di depan panggung kecil berukuran 4 meter x 2 meter dengan papan yang bertuliskan “Pesulap Ciamik dari Ciamis”.

“Wah… ternyata kalian sudah sering melihat pesulap ya? Tapi jawaban kalian salah”.

Aku tersenyum melihat acara sulap ini. Setiap hari minggu sore, pesulap itu selalu datang menghibur di taman kompleks perumahanku. Menyenangkan menurutku. Setidaknya acara ini bisa mengusir rasa bosanku. Hari ini, aku akan menghadiri pesta ulang tahun teman sekelasku. Aku mengenakan longdress biru dengan cardigan hitam sebagai pengusir hawa dingin. Aku melirik jam tangan, mencoba memastikan sesuatu. Penampilan pesulap telah berakhir. Aku dapat merasakan kekecewaanku, hilanglah hiburanku.

“Sedang menunggu seseorang?” tanya pesulap tampan yang tanpa ku sadari duduk di sampingku.

Aku menggeleng, ”Lebih tepatnya sekawanan tukang ngaret”.

Dia tersenyum mendengar jawabanku.

“Apakah kamu akan ke pesta ulang tahun?”.

“Wah… ternyata selain tukang sulap, kamu juga seorang peramal?” candaku.

“Bukan… aku hanya menebak karena itu” ia menunjuk ke arah tasku yang terbuka dan terlihat kotak yang dilapisi kertas kado bergambar balon dan lilin.

Seketika aku dan dia tertawa.

“TEET… TEET… SARAH AYO KITA TELAT NIIIH” teriak Dea sambil tetap membunyikan klakson mobil.

“Aish… siapa sih yang ngaret” umpatku.

“Tunggu sebentar” pesulap itu berdiri, lalu kedua tangannya mengusap lembut kepalaku.

Perlakuannya membuatku terkejut.

Belum selesai aku terkejut, ia berkata,”Sekarang kamu tampak lebih cantik”.

Reflek tanganku menyentuh rambutku. Aku dapat merasakan bando kecil menghiasi rambutku.

“SARAAAAH…” kali ini suara cempreng Mita memanggilku. Aku segera bergegas berlari ke mobil.

“Ngapain aja lo?” tanya Nuri sebal.

“Gak… gak… gak napa-napa” jawabku gugup.

Mataku kembali melihat ke arah kursi taman tadi. Dia tampak sibuk menata peralatan sulap. Entah mengapa bibirku tertarik simetris ke samping membentuk lengkungan seperti bulan sabit.

*

Tiap minggu sore, aku jadi rajin berkunjung ke taman. 3 minggu ini pesulap tampan itu tak terlihat. Ini adalah minggu ke-4, aku mengunjungi taman ini. Aku sangat senang, karena ia berada di atas panggung dan telah memulai aksi sulapnya. Ia selalu menampilkan trik sulap yang jenaka. Aku menikmati tiap pertunjukan yang ia tampilkan.

“Hai… masih ingat aku?” sapaku saat penonton telah bubar.

“Oh… kamu yang gadis kelinci itu? Aku ingat!!!” serunya.

“Kelinci???” seketika aku ingat, gigiku memang seperti kelinci. Aku dapat merasakan wajahku panas.

“Walaupun seperti itu kamu terlihat cantik” tambahnya sambil tetap menata peralatan sulap, seketika aku mengaruk tengkuknya meskipun tidak gatal.

“Oh ya… aku ingin mengucapkan terima kasih soal bando itu. Ini buat kamu” kataku sedikit gugup.

“Oh… bando itu? Nggak apa-apa kok, nggak usah terima kasih” tanpa melihat ke arahku.

Dear Diary - Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang