PART 17

29 1 0
                                    

Happy Reading

**
Sudah seminggu Cynthia berada di rumah sakit, dengan masih merasakan sakit akibat ditinggalkan oleh sang malaikat yang melahirkannya di dunia ini. Tepat juga seminggu yang lalu pemakaman sang Ibu setelah itu ia tak sadarkan diri dan dirawat disini.
Jangan tanyakan kemana pergi pria yang ia anggap sebagai 'ayah' itu bahkan saat pemakaman sang ibu 'Pria' itu tidak datang sama sekali seolah mereka hanyalah orang asing. Miris bukan? 

Tokk,, tok,, tok,,

"David!" panggil gadis itu saat melihat ternyata pria yang selama seminggu inilah yang selalu merawat dan menjenguknya.

"Hello, gadis manja! Bagaimana keadaan mu?" tanya David sambil menarik kursi yang berada dekat dengan ranjang gadis itu.

"Seperti yang kau lihat. Berhentilah memanggilku gadis manja! Aku tidak manja David!" protes Cynthia kepada pria tampan di hadapannya.

"Aku lebih suka memanggil mu dengan sebutan seperti itu" dan Cynthia hanya memutar bola matanya jengah.

"Apa yang kau lakukan sebelumnya?" tanya David karna sebelum ia masuk ia melihat Cynthia melamun.

"Hanya menulis surat" jawab Cynthia

"Surat apa?" tanya David penasaran.

"Apa makanan itu untukku?" tanya Cynthia mengalihkan pembicaraan, yang benar saja! Tidak mungkin jika itu untuk satpam di luar sana kan?

"Siapa bilang? Ini untukku!" goda David.

"Ya terserah kau saja. Lebih baik kau pergi! Dasar pria tua menyebalkan!" gerutu  Cynthia karna kesal akan kelakuan David yang selalu menggodanya. Oh, Cynthia masih mengingat panggilan mereka saat awal kedekatan mereka.

"Hey, aku hanya bercanda" bujuk David kembali.

"Kau tak perlu semarah itu.  Kau adalah wanita yang selalu kuinginkan disisiku" Ucap David tulus menatap lekat manik mata gadis di depannya. Cynthia mengerut keningnya tak mengerti.  Saat dirasa suasana agak canggung untung suara ketukan pintu merubah suasana yang tadinya hening.

"Oh, apa aku mengganggu kencan kalian?" ucap gadis tak kalah cantik itu mengintip di balik pintu.

"Mauren?!" pekik Cynthia setelah melihat sahabatnya datang. Ya, Sekarang hanya Mauren lah yang ada di sisinya yang ia anggap seperti saudarinya sendiri.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Mauren khawatir.

"Kalian berdua selalu saja mengkhawatirkan ku. Aku baik-baik saja" ucap Cynthia jengah, dan di susul kekehan ringan dari mulut Mauren.

"Lebih baik aku pergi, ku rasa tak mungkin aku bergabung untuk mengobrol dengan wanita secerewet kalian" ucap David melangkahkan kakinya keluar.

"Kurasa ia menyayangi mu layaknya seorang pria!" Entah kenapa Cynthia susah memahami pembicaraan mereka yang sedari tadi berbelit-belit.

"Kalung siapa itu Mauren? Huruf 'A'?" tanya Cynthia baru menyadari kalung itu, dan melupakan pengungkapan Mauren barusan.

"Ini pemberian Arva sebelum insiden itu terjadi" ucap Mauren parau.

"Bagaimana, jika kita berjalan keluar?" tanya  Cynthia mencoba menenangkan Mauren dari ingatannyan yang kembali pada pria yang masih terbaring koma.

" Papa Wiliam juga mengizinkan ku untuk merilekskan pikiran ku. " pria yang waktu itu pernah ia temui saat Cynthia menolong anaknya yang hampir terserempet mobil. Bahkan gadis itu memanggilnya dengan sebutan papa, ia adalah Dokter sekaligus pria yang merawat nya disaat Cynthia sakit.

My Dangerous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang