Elena terbangun dari tidurnya. Ia melihat sekeliling, menatap rumahnya yang berantakan. Entah setan apa yang merasuki tubuhnya sehingga menghancurkan sebagian isi rumah. Elena bangkit dari tidurnya lalu melangkah menuju dapur untuk mengambil air.
Setelah minum beberapa teguk air, sekarang cacing di perutnya mulai memberontak. Sejak pagi Elena hanya makan beberapa potong roti dan susu coklat buatan Mia. Elena melangkah menuju kulkas berharap ada makanan sisa di dalamnya.
Beberapa minuman kaleng, daging,sayur,telur,minyak,dan bahan masakan lainnya. Elena kembali menutup kulkas karena tidak ada makanan siap saji.
"Aku lapar. Apa yang akan di makan?" ucap Elena memegang perutnya
"Seharusnya aku tidak memarahi Mia terlebih dahulu. Sebaiknya aku biarkan dia memasak untukku lalu meminjam uangnya sebelum aku mengusirnya. Aku terlalu bodoh karena langsung marah kepadanya. Jadi, aku susah sendiri" omel Elena
Elena mencoba menenangkan pikirannya sebentar sebelum memutuskan untuk memasak sendiri. Elena mengikat rambutnya lalu mencuci tangan dan beraksi untuk memasak.
Mengeluarkan beberapa bahan makanan dari kulkas. Setelah membersihkan daging Elena langsung mengupas bawang. Hanya beberapa butir bawang yang selesai dikupas ternyata ujung pisau mengenai jari telunjuk Elena.
"Aau..sial. Cuma ngupas bawang sampe berdarah segala"
Setelah semuanya selesai akhirnya makanan pun siap untuk di santap. Elena memotong daging kecil² untuk mencoba rasanya dan ternyata...
"Weeeek....asiiin" memuntahkan makanan yang telah ia buat. Berjam² memasak ternyata tidak membuat kenyang bahkan membuat mual.
Elena menutup wajahnya dengan kedua tangannya berharap perutnya bisa kenyang.
"Mia. kamu kemana? Aku lapar. Aku mau kamu memasak untukku. belum satu hari kamu pergi aku sudah benar² kehilanganmu" ucap Elena kembali menangis
"Kenapa kamu melakukan itu?? Aku merasa sangat tidak dibutuhkan oleh bumi ini. Aku benar ² tidak berguna...Aku tak sanggup lagi!!! aku mau mati din... Sekarang tahan aku din. Tahan aku.... Kamu yang selalu melarangku untuk tidak bunuh diri tapi sekarang kenapa kamu tidak melakukannya" menjerit lalu membenturkan kepalanya ke dinding kamar
Elena merasa putus asa. Tidak ada gunanya ia untuk hidup. Dia hanya akan menyusahkan orang lain. Orang² yang disayang perlahan² pergi dengan cara mengkhianati nya.
I Promise You
Rio menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 02.00. Setelah menyelesaikan pekerjaan di resort membuatnya butuh refreshing setelah itu. Rio menganduk handuk lalu menuju wastafel untuk membasuh wajahnya.
"Siapa pria itu, kenapa dia datang lalu memukulku dan berkata aku tidak pantas menjadi seorang pacar. Apa urusannya? Sejak aku bertemu dengannya di cafe dia terlihat baik dan setelah itu dia menyelamatkan Elena dan tiba² dia memukulku setelah mengetahui Elena hilang? Apa maksud semua ini?" monolog Rio sambil memegang luka memar di pipinya.
Pagi² sekali Rio menuju ke rumah Elena membawakan beberapa oleh² dari pulau. Sudah berkali² Rio membunyikan bel tetapi tidak ada jawaban dari dalam rumah. Mencoba menelfon Elena tapi nomornya tidak aktif.
"Rio.." teriak seseorang dari arah belakang dan langsung menghampirinya
Seketika membuat Rio membulatkan matanya yang menyadari Rio berada di luar dan membawa beberapa makanan.
"Mia, dari mana?"
"Elena mana?" tanyanya seperti khawatir
"Entahlah. Sudah berkali-kali aku bunyikan bel tetapi tidak ada jawaban"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Promise You
FanfictionAku memohon kepada rembulan sampaikan salam rinduku untuknya yang berada jauh disana. Dalam dinginnya malam, tak kuingat lagi, berapa sering aku memikirkanmu juga merindukanmu. Disaat aku merindumu, disitulah aku mengingat kenangan bersama denganmu...