20. Apa lagi ini!

4.2K 394 98
                                    

"Kenapa tidak kamu hentikan saja,  Rum? " Masayu menyampaikan kalimatnya dengan nada tegas. Namun tidak terkesan memojokkan kepada wanita, yang baru sebulan terakhir berganti status menjadi menantunya itu. "Di dunia ini ada hal-hal yang tidak bisa kamu paksakan,  Nak,  perasaan salah satunya. Berhenti menyakiti dirimu sendiri."

Arum bergeming dan tak mengeluarkan sepatah kata pun. Matanya masih tertuju pada secangkir capucinno hangat racikan karyawati toko bakery-nya, Niken. Sudah tiga puluh menit mama angkat--sekaligus mertuanya hadir dan duduk di salah satu sudut kecil tempat usahanya, Arum hanya duduk--diam dan mendengarkan--saja.

Masayu menghela napas keras lalu kemudian menyesap teh miliknya yang telah dihidangkan. Setelah itu dia kembali menaruh mug-nya yang telah tandas ke atas meja. "Kamu itu buah hati Mama, Bram juga. Kalian berdua sangat berarti untuk Mama dan Papa. Sebagai orang tua,  kami tidak ingin kalian saling menyakiti, Nak, Mama mohon hentikan sebelum terlambat. "

"Apa yang harus Arum hentikan, apanya yang terlambat, Ma? "

"Ambisimu!" jawab Masayu keras dan
cepat.

"Apa yang salah dengan ambisiku, Ma? Tidak perlu khawatir berlebihan, Mama Sayang." Arum agak sedikit tidak terima dengan perkataan mertuanya, karena menurutnya bukankah lazim bila seorang wanita yang sudah menikah akan mengandung dan melahirkan seorang anak nantinya. "Arum dan Bram sudah menikah, sah? Apa yang dicemaskan dan tolong tetap support saja Arum."

"Mama bukan tidak mendukung dan Mama juga tak mencemaskan pernikahan kalian lalu kau mengandung, Rum! tapi dirimu! ambisi! Kau akan binasa sendiri karena itu!" Nada bicara Masayu tidak lagi bisa dikatakan baik-baik saja. Arum menyadari betul mertuanya itu mulai melibatkan emosi dalam ucapannya. Beruntungnya toko bakery miliknya tengah sepi pembeli.

Arum hendak menjawab, tetapi Masayu memangkasnya gerakan lidahnya lebih dulu. "Bram terlalu berbahaya untukmu, Nak. Tidakkah kesakitan dan trauma-traumamu karena ulahnya kau jadikan pelajaran dan itu sampai mana juga tidak akan berubah!"

"Maafkan Mama terlambat menyadari ada sesuatu yang tidk beres di antara kalian, tapi sebelum terlambat semuanya harus dihentikan. Mama tidak mau kehilangan kalian berdua, Rum. Bram tidak akan berhenti berontak kemudian meninggalkan luka untukmu, tapi kalau juga tak mengakhiri semua pasti hancur. Sebulan dari pernikahanmu dengan Bram apa ada perubahan dari sikapnya? perlakuannya? tidak sama sekali, bukan?"

Sudut hati Arum membenarkan kalimat terakhir Masayu, namun buru-buru dia menepisnya.

" ... tapi kenapa, Ma? Arum sangat mencintai Bramastha, Arum tidak peduli dengan apa yang telah terjadi bahkan dengan apa kerusakkan yang sudah dia timbulkan untukku, Ma."

"Karena Bram sampai kapanpun tidak akan pernah berbalik mencintaimu, Rum!!!"

Arum terbelalak. Seumur-umur dia tidak pernah dibentak oleh wanita yang telah mengasuhnya selama puluhan tahun itu. Rasa-rasanya sulit untuk percaya,  tetapi hal itu baru saja terjadi.

Dengan mulut dan raut wajah kaget,  Arum hendak melanjutkan perkataannya namun lagi dan lagi sudah lebih dulu di sela oleh sang mertuanya.

"Ambisimu yang kau anggap cinta. Itu sudah tidak benar,  Nak. Bagian mana dari semua usaha dan perlakuanmu itu bisa kau sebut sebagai cinta? " Mulut Arum kian menganga lebar tak tak kunjung mengeluarkan sepatah kata atau suara. "Cinta itu saling mengasihi bukan menyakiti, Nak. Mama mohon sekali lagi berhenti sebelum semuanya terlambat dan yang kau dapatkan hanya penyesalan."

"Rum, dengarkan Mama dan ini yang terakhir kalinya mama katakan, Sayang." Masaya menarik udara sejenak, mengisi udara ke paru-parunya yang mendadak terasa sesak. "Jauh sebelumnya Mama pikir Mama sudah melakukan hal yang terbaik untuk anak-anak Mama. Pernikahanmu dengan Bramastha bukanlah hal yang buruk menurut Mama, setidaknya Mama tahu betul latar belakang kalian."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Hope(less)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang