1

10.1K 478 18
                                    

Hembusan angin yang menyejukkan membuat helaian rambutnya melambai-lambai, deru ombak yang menghantam karang seakan menjadi alunan nada tersendiri di tempat yang sunyi ini.

Ia merentangkan tangannya dan menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan, "Aku kembali." Ucapnya pada angin yang berhembus.

Sejak setahun lalu, ia selalu mendatangi pantai ini saat pikirannya sedang kacau dan butuh ketenangan. Terbentuk senyum pilu di bibirnya, "Sudah setahun ya."

Memori otaknya kembali memutar sebuah kisah yang menjadi awal kehancuran mereka. Ya, mereka. Siapa lagi jika bukan Sasuke dan Sakura.

"Ku rasa tidak ada yang perlu dimaafkan, hubungan kita sudah berakhir dan aku tidak mempermasalahkan hal itu."

Perkataannya hari itu, kembali terngiang, terus memutar bagai sebuah lagu kematian untuknya.

"Seandainya saja dia mau memberiku kesempatan kedua, pasti semua akan baik-baik saja sampai sekarang." Ucap Sasuke. Tapi kemudian, ia menggeleng.

"Bodoh. Jika kau yang jadi Sakura, kau juga tidak akan memaafkannya. Dasar gila!" Umpatnya pada dirinya sendiri.

Sasuke tercenung, benar juga. Jika waktu itu, Sakura yang berselingkuh. Mungkin ia akan sangat marah bahkan mungkin Sasuke sudah menghabisi selingkuhan Sakura.

Namun, Sakura melakukan hal yang sebaliknya. Wanita itu tak sekalipun menyentuhkan tangannya di tubuh Karin, hanya raut kesal dan kecewa yang terlihat jelas di wajah cantiknya.

Sempat terpikir oleh Sasuke jika Sakura akan menjambak ataupun menampar Karin seperti dalam drama yang biasa ditonton ibunya, namun tidak.

Wanitanya hanya menangis sambil melemparkan cincin pertunangan mereka dan pergi begitu saja sebelum Sasuke berkesempatan untuk menjelaskan semuanya.

Terdengar helaan nafas dari pria berusia 27 tahun itu, Sasuke merogoh saku jasnya. Digenggamnya sebuah benda yang berkilauan.

"Bagaimanapun juga, kau harus kembali pada pemilikmu." Ucapnya pada benda yang merupakan cincin milik Sakura.

Selama setahun, cincin itulah yang menemani Sasuke kemana saja. Bagai kekasih yang begitu ia cintai, seperti itu pula Sasuke menjaga cincin itu.

~~~

Keesokkan harinya,

"Tuan, ini berkas-berkas yang harus anda tanda tangani." Ucap Matsuri, sekretaris Sasuke.

"Hn."

"Emm.. Tuan, sepertinya anda sedang tidak sehat. Wajah anda sedikit pucat, lebih baik jika anda istirahat dan makan terlebih dahulu. Saya bisa membawakan makanan untuk anda." Matsuri terlihat khawatir dengan kondisi CEO Uchiha Corp itu.

Selama setahun ini, kesehatan Sasuke semakin menurun. Tubuhnya semakin kurus karena dia tidak mengatur pola makannya. Kilat matanya juga redup, tidak ada lagi pancaran kebahagiaan di mata oniks itu.

"Tidak perlu, kau bisa keluar."

"Baik, jika anda butuh sesuatu, anda bisa memanggil saya. Permisi." Matsuri membungkukkan tubuhnya dan pergi meninggalkan Sasuke yang kembali ditemani kesunyian.

Sasuke menatap layar ponselnya yang menampilkan potret seorang wanita, bibirnya sedikit melengkung. "Aku rindu." Ucapnya seakan wanita itu bisa mendengarnya.

"Maafkan aku, maaf, maaf." Bibirnya terus menggumamkan kata maaf hingga tanpa sadar setitik air terjatuh begitu saja dari oniksnya.

"Air mata, sialan!" Umpat Sasuke sambil mengusap air matanya.

KARMA (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang