7

3.4K 255 29
                                    

Dua hari berlalu, ini adalah hari libur terakhir Sasuke. Besok pagi, ia harus bertemu dengan karyawan-karyawan barunya. Ia juga harus kembali beradaptasi dengan lingkungan baru dan jujur saja, Sasuke sangat membencinya. Ia mendesah pasrah.

“Terlalu pagi untuk mendesah.” Oceh seorang netizen yang tengah merapikan rambut merahnya di depan cermin.

Sasuke meliriknya, “Kau mau kemana pagi-pagi buta begini?”

“Bekerja.”

Sasuke mengerutkan dahi, “Bukankah masih besok?”

Gaara membalikkan tubuhnya, menatap Sasuke yang masih berbaring di balik selimut. “Kau pikir siapa yang menggantikanmu selama kau libur jika bukan aku, hah?”

Sasuke menggeleng, “Ku pikir Izumi-nee yang menggantikanku, dia wakil direktur, kan?”

“Kau lupa jika dia sedang cuti?” Dengus Gaara.

“Cuti? Kenapa?”

Gaara mengacak rambutnya frustasi, “Apa selama ini kau hidup di hutan, sampai tidak tahu jika sepupumu sedang cuti melahirkan?”

“Dia hamil?” Tanya Sasuke polos.

“Bajingan.” Umpat Gaara.

“Terlalu pagi untuk mengumpat.” Ucap Sasuke membalik kata-kata Gaara.

“Gara-gara kau, rambut cantikku jadi rusak.” Protes Gaara.

“Bukan salahku.” Ucap Sasuke sambil menaikkan selimutnya hingga ke leher.

“Bangun, bodoh! Kenapa kau selalu bangun siang, hah? Dasar direktur pemalas.” Omel Gaara saat melihat Sasuke kembali memejamkan mata.

“Cih, aku harus menikmati libur terakhirku dengan sebaik mungkin.”

“Pergilah berolahraga, jangan hanya menghabiskan waktu dengan tomat saja.”

Sasuke bangun dari tidurnya dan melirik sinis pada Gaara.

“Apa?!” Tanya Gaara kesal.

“Cerewet.” Ejek Sasuke yang langsung berlari ke kamar mandi sebelum Gaara menyerangnya.

“Cih, kenapa Itachi bisa tahan punya adik seperti itu?”

~~~

Sakura terbangun dari mimpi indahnya, ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 6 lewat 17 menit.

Ia meraih ponsel yang tergeletak di meja samping ranjang dan mengumpat pelan saat tahu tak ada satupun notifikasi dari kekasihnya.

Ya, sejak pertemuan terakhirnya dengan Gaara. Sakura sama sekali tak menghubungi kekasihnya, meski ia sudah tidak marah lagi. Dan hebatnya, Gaara pun sama. Pria itu juga tak menghubunginya sekalipun.

Sakura menggeram rendah, “Aku yang marah, tapi aku juga yang menunggunya. Sialan!”

Sakura mendengus kasar, “Bodoh sekali aku ini, kenapa pula aku menolak tawarannya untuk mengantarku pulang? Kakiku jadi sakit sampai sekarang.”

Ia kembali mengingat pertemuan terakhir mereka dua hari yang lalu.

Flashback

“Kau melamun.”

Sakura tersentak dari lamunannya karena perkataan Gaara.

“Maaf.”

Gaara menatap Sakura dengan lembut, “Maaf jika perkataanku menyakitimu.” Ucapnya sambil menggenggam tangan Sakura.

KARMA (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang