BAB 1 : Maukah Kau Menikah Denganku?

304 13 6
                                    

PARESHAAN

***

Tiga jam yang lalu perbincangan itu usai. Semua orang berdiri dari kursi. Satu-persatu meninggalkan ruangan. Tertinggal dua orang yang duduk saling berdampingan. Satunya seorang pria bersetelan jas hitam rapi, langsung membuka dasi dan seketika menghisap sebatang rokok yang dikeluarkan dari sakunya-melanggar peraturan kantor untuk tidak merokok dalam ruangan. Sedangkan yang satu lagi adalah seorang wanita berkemeja putih yang terlapisi blazer merah muda dan memakai rok span hitam selutut.

Terlihat si wanita tengah tersenyum menatap layar ponselnya. Ada pesan yang terpenuhi ribuan kata dari seseorang. 

"Seistimewa apa orang itu? Sampai bisa membuatmu tersenyum seperti ini?" Pria disampingnya mendadak bicara, berbasa-basi sambil mengepulkan asap rokok dengan tingkah pongah.

"Aku harus pulang," ungkap cuek si wanita setelah menghela napas sebentar. Ia masukkan berkas di meja ke dalam tas. Lalu bangkit dan menatap wajah si pria. "Ada banyak pekerjaan rumah yang menungguku. Kita bisa lanjutkan obrolan ini lain kali. Sorry."

Si wanita pergi. Meninggalkan pria yang kini termenung sakit hati, diabaikan begitu saja oleh wanita yang sejak dulu ia sukai itu.

***

"Karishma! Di sini!"

Wanita berblazer merah muda itu menengok. Senyumnya melebar begitu tahu siapa orang yang memanggilnya. Ia mendekati sosok itu dan langsung tersenyum senang memandangnya.

"Kabir," lirihnya. Bahagia bercampur haru.

Kabir tertawa. Satu tangannya terangkat, meraih kepala Karishma dan mengusapnya perlahan sembari memandang ke dalam mata wanitanya. "Aku di sini, Karishma."

"Ini bukan mimpi, kan? Ini memang kau, kan?"

"Iya. Ini aku. Kekasihmu. Kabir-mu."

Karishma menunduk. Berubah sedikit muram. "Kau jahat. Kemarin adalah hari ulang tahunku. Seharusnya kau ada waktu itu. Tapi..." Perkataan Karishma terhenti. Tatapannya terangkat halus dan menatap wajah Kabir. "Aku selalu menunggu kabar darimu, Kabir. Kupikir kau akan pulang cepat. Tapi nyatanya setelah dua bulan lamanya kau baru bisa menemuiku lagi. Bukankah terlalu lama dengan janji yang pernah kau katakan waktu itu? "

"Janji?" Kening Kabir mengerut. Pura-pura lupa. "Janji apa?"

"Janji kalau kau akan pulang lebih cepat dan merayakan ulang tahunku bersama-sama."

"Oh, yang itu."

"Iya!" Karishma sedikit kesal dengan reaksi biasa Kabir. Pria ini sangat cuek. Sama sekali tak merasa bersalah sedikitpun. "Kau harus bayar janjimu itu."

"Dengan apa?" tanya polos Kabir.

"Ya... apa pun itu." 

Kabir tersenyum. Geli dengan tingkah kekanakkan kekasihnya ini. Tiba-tiba, ia meraih pergelangan tangan Karishma dan menariknya, mendekatkan tubuh mereka. "Aku mencintaimu, Karishma," bisiknya pelan. Sedikit membuat Karishma terpana.

Karishma tersipu. Balas menatap ke dalam mata Kabir dan tersenyum senang. "Aku juga."

Helaan napas terdengar dari Kabir. Memotong tatapan mesra keduanya.

Terlihat ada kegugupan di wajah Kabir. Lalu satu tangannya terselip ke belakang saku celana. Ia berlutut dan mengangkat sekotak hitam benda yang dikeluarkan dari saku belakangnya. Terbuka. Itu adalah cincin. Berlian berhiaskan safir merah. 

Karishma tertegun. Ia tahu apa kelanjutan dari semua ini. Ini sebuah lamarankah?

"Maukah kau menikah denganku?"

PareshaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang