Jangan Buat Aku Berdosa

67 4 0
                                    

"Apakah mencintaimu adalah sebuah pilihan?

Kalau bisa itu jadi pilihan,  aku tak akan memilih menambatkan hati padamu.

Buat apa ada cinta diantara kita,  buat apa punya sebuah rasa kepadamu,  orang yang tak pernah mau serius.  Orang yang hanya mampu menjadikanku pacar bukan istri.

Mengapa hati ini harus jatuh pada orang yang tidak melabuhkan cintanya pada Allah.

Mengapa harus jatuh Cinta pada orang yang masih menghalalkan hal yang haram?"

Mila mengusap pipinya pelan.

Mengapa air mata dari seseorang begitu sakit untuk Alatas.

Awalnya Alatas mendekati Mila karna penasaran,  namun tak ia sangka akan menumbuhkan rasa yang tak pernah ia duga sebelumnya.

"Mil.. " kata Alatas pelan.

"Kalau ada Cinta diantara kita,  mengapa kita tak saling mengenal dan pacaran? "

Walau ragu Alatas mencoba memberi saran.

Saran yang bodoh.

Mila menatap Alatas.

Tatapan seorang perempuan yang merasa terhina.

"Menurutmu Alatas,  mengapa aku berbeda dari wanita lain? "

Bukannya jawaban Mila malah membuat sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang membuat Alatas terheran.

"Tentu saja karna kamu wanita baik,  sholehah,  sopan dan wanita yang aku inginkan. " Jawaban Alatas membuat Mila buang muka.

"Jika aku wanita yang berbeda bagimu,  wanita yang kamu inginkan. Mengapa kamu memperlakukanku sama dengan wanita-wanita lainnya?"

Alatas mengerutkan alis.

"Maksudmu?  Aku selalu lebih menspesialkan kamu. " Alatas menatap Mila pilu.

"Lantas mengapa kamu malah mengajakku pacaran?  Bukankah kepada wanita yang lain kamu juga mengajak mereka pacaran?  Jika aku spesial mengapa tidak mengajakku menikah?  Bukankah kamu harusnya sudah tahu kalau aku tak mau pacaran? "

Mila kembali mengusap pipinya.

"Kamu, membuat aku jadi wanita yang terhina Alatas. "

Lagi-lagi Mila tak kuasa membendung air matanya.

"Aku belum siap." Gumam Alatas.

"Kalau begitu jangan ganggu aku lagi." kata Mila pelan.

"Jauhi aku. "

"Jangan muncul dihadapanku bila tak perlu. "

"Jangan memberi harapan yang tak aku inginkan. "

"Cukup kembali kemasa kita tidak saling mengenal. "

"Mil.. Aku sayang kamu. "

Alatas mencoba mendekat.

Mila mundur .

"Sayangmu malah membuatku jadi salah Al. cintamu malah membuatku berdosa padaNya." Ujar Mila membuat Alatas termenung.

Bagaimana ia memiliki wanita ini?  Ia sudah begitu sayang,  ia takut wanita dihadapannya pergi atau menghilang,  ia takut ia akan ditinggalkan.

Menikah bukan soal yang mudah. Ada tanggung jawab dan komitmen.

Berbeda dengan pacaran yang hanya masalah suka sama suka lalu selesai.

Menikah tak hanya dia dan dirinya tapi dua keluarga yang disatukan.

Sebuah ikatan halal untuk selamanya. Tak ada lagi alasan bosan,  saling bertengkar,  egois,  tapi semuanya adalah kita.  Kita dapat menyelesaikan berbagai macam masalah.

Dan Alatas ingin menikah satu kali,  ia tak mau kegagalan ayah ibunya terulang pada dirinya.  Perlu waktu untuk memikirkan segalanya dan bukan sekarang saatnya.

"Mil.. Maukah kau menungguku? " Tanya Alatas pelan.

Bukan sebuah kepastian,  Alatas hanya memberi janji palsu agar tak kehilangan.

"Tidak Al.  Maaf." Jawaban Mila membuat Alatas bungkam.

Iya takut mengangkat kakinya,  takut tiba-tiba Mila pergi jauh dan tak kembali.

Tapi,  bila ia maju ia takut tak bisa jadi yang terbaik.

Alatas hanya mematung.

Mila berbalik sambil mengusap kedua matanya dan pergi dari hadapan Alatas.

***

Cinta itu fitrah dari Allah dan manusia tak punya pilihan pada siapa dia akan mencintai dan dicintai.

Tapi manusia selalu diberi pilihan menghalalkan Cinta itu atau menodai dengan jalan yang haram.

Jika tak memilih keduanya berarti berpisah. Saling mengikhlaskan.

***

"Aku takut mencintainya dan meninggalkan Dia karnanya. " kata Mila pelan.

"Bagaimana bisa aku menyerahkan hatiku pada orang yg tak menyerahkan hatinya pada Allah,  bagaimana aku bisa menerima orang yg tak taat pada penciptanya sendiri?"

Mila berjalan digang menuju rumahnya dengan perasaan sedih. Ia menyesal telah menerima ajakan Alatas untuk mengantarnya pulang, ia tak menyangka Alatas malah mengajaknya pacaran.

saat ia dan Alatas bertemu di Perpustakaan Mila menyesal menerima ajakannya Alatas, Mila menyesal mempersilahkan laki-laki yang bukan suaminya mengantarnya pulang.

kata orang penyesalan selalu datang terlambat.

sekarang Mila tak tahu bagaimana ia bisa lepas dari virus merah jambu yang sekarang telah tersebar dihatinya. karena jika orang sudah mengenal cinta biasanya dia akan menjadi orang yang bodoh.

berkali-kali Mila mengusap air matanya hingga kak Fadil menghampirinya.

"Mila..kakak boleh tanya sesuatu?" tanyanya membuat Mila terpaku.

"Boleh kak." Jawab Mila pelan.

"Kakak pulang dari mushola tad,i kakak liat  di gang kamu berduaan sama laki-laki siapa itu?" tanya Fadil membuat Mila terdiam.

"kakak tahu kamu sudah paham kalau berduaan dengan laki-laki yang bukan mahram itu dosa, tapi kakak tidak akan marah kakak cuma mau tahu siapa laki-laki itu." lanjutnya.

Mila menjawab pelan "maafkan Mila kak, tidak akan Mila ulangi lagi, tadi kakak kampus yang suka sama Mila kak, dia mengajak Mila pacaran."

Fadil menghela napas. "minta maafnya sama Allah ya Mil, kamu juga suka dia ya?"

"tapi Mila gak mau kak diajak pacaran." tegas Mila membuat Fadil tersenyum.

"siapa namanya de?" tanya Fadil.

Mila ragu-ragu menjawab "Alatas kak."

"Yaudah de, kamu istirahat dulu yah..kakak mau ke kamar dulu." 

"Iya kak."

Mila merengkuhkan tubuhnya kekasur, menengadah melihat langit-langit kamarnya yang begitu menyilaukan matanya. mengingat berjuta kenangan yang melintas dibenaknya membuat beberapa terkaan yang belum tentu akan terjadi.

Mila menghela napas beberapa kali berharap bahwa kejadian tadi hanyalah mimpi.

*Bersambung*





Jangan Pacari Wanita Berjilbab (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang