Pagi itu sangat cerah, langit biru disinari cahaya matahari pagi. Kemilaunya membuat mata enggan menatap langit.
Kicauan burung peliharaan abi Mila membangunkan Mila, Mila menguap pelan sambil melihat jam dinding. Menujukan pukul 07.00 pagi. Dia terperangah dan menggosok kedua matanya. Ia bergegas ke kamar mandi. Mila sedang berhalangan jadi dia tidak menunaikan sholat.Selesai mandi Mila langsung membereskan buku-bukunya dan berangkat kuliah.
Sungguh di ingatannya kejadian semalam membuat malamnya gundah, tidurnya tak tenang.
Kakak Al, yang begitu ia kagumi seorang penyiar radio yang amat ia sukai ternyata adalah Alatas orang yang akhir-akhir ini muncul dihidupnya dan mengganggu aktifitasnya.
Kemarin malam harusnya Mila tak melihat siaran langsung pria itu, tapi karna rasa penasaran selalu menyelimutinya akhirnya dia melihat sosok yang selama ini ia idolakan.Benar kata kak Fatma, kalau kita tak boleh terlalu kagum pada seseorang karna bisa terjadi hal yang seperti sekarang.
Mulai berdebar saat ada chat darinya, mulai membalas karena pernah kagum dan berlanjutlah pada hal yang tidak Mila inginkan. Jatuh Cinta pada orang yang belum tentu berakhir dengan kita.
***
Tring
Sebuah pesan dihandponnya membuat Mila tersedak.
"De, jangan lupa sarapan. " Dari Alatas.
Hobbynya yang sama-sama traveling membuat Mila dan Alatas nyambung, kemarin malam mereka chattan dan Mila sangat menyesalinya. Benteng yang ia bagun kokoh, runtuh karena dia sudah membuka gerbangnya. Memang sulit menolak orang yang kita kagumi. Dan nyatanya cinta selalu datang karena kekaguman.
Mila mengetik dalam pergolakan batinnya.
"Iya kak, kakak juga. "
Hatinya berdesir. Mila menunggu balasan tanpa disadari olehnya.
Lama. Lama sekali. Batin Mila bergejolak, entah kapan terakhir kali ia berkirim pesan dengan laki-laki, ah mungkin baru kali ini.Tring
Begitu handpond bunyi Mila langsung mengeceknya.
"OTW kampus nih, mau bareng enggak? "
Balasan dari alatas membuat Mila termenung.
"Enggak kak, makasih. " Mila menghela napas. Hampir saja ia memberi jalan untuk syetan menjerumuskannya.
"Oke aku traktir makan aja ya, see you;) "
Balasan dari Alatas tak ia balas lagi. Mila termenung sambil berjalan menuju kampus.
***
Sepertinya Alatas mulai merasakan sinyal yang membuat Mila bisa tertarik padanya. Sama-sama suka traveling dan Ternyata Mila salah satu fansnya.
Semakin gencar nya alatas mendekati Mila. Iya setiap pagi mengingatkan Mila sarapan, siang ia datangi kelasnya Mila dengan pura-pura memberi info tempat bagus untuk traveling, sorenya dia mengingatkan agar Mila jangan sampai pulang terlambat bahkan Alatas selalu menawarkan tumpangan, walau sering kali ditolak Mila.
Alatas terus menatap handpondnya, sesekali ia tersenyum senang.
Dari rasa penasaran lalu berujung rasa suka, Alatas senang kini dia ada kemajuan, Mila sudah memanggilnya kak, bukan kamu lagi dan dia juga memanggil Mila dengan sebutan de, karena dia adalah adik tingkatnya.
Namun, Alatas masih kesal karena Mila belum juga mengiakan ajakannya untuk mengantarnya pulang, bukankah lebih enak naik motor dari pada dia pulang naik angkot? Alatas tak habis pikir dengan perempuan yang satu ini, dulu waktu pdkt dengan Ratna, ia selalu mengantarnya pulang, bahkan beberapa kali Ratna yang memintanya hingga akhirnya jadian.
Berbeda dengan Mila yang beberapa kali selalu menolak.
Tapi Alatas tidak pernah pantang menyerah kini ia menunggu Mila didepan kelasnya.
Deng Deng Deng
Bel kampus berbunyi pertanda pulang sekolah. Alatas sumringah ketika melihat gadis yang ia tunggu keluar dari kelasnya.
"Mila!" Panggilnya membuat Mila terkejut.
"kak Al, ngapain disini?" Kata Mila heran.
"Makan yuk, diCafe Taria." Kata Alatas yang membuat Mila mengerutkan kedua alisnya.
"Aku mau makan dirumah aja." Tolak Mila.
"Sebentar aja Mil, sekalian aku mau ngasih tahu kamu tentang Organisasi pecinta alam." Bujuk Alatas.
Mila diam, lalu berkata. "Kak, lain kali yah..soalnya aku gak bareng temen aku, gak baik kalau kita cuma berdua."
"Aku ajak temen aku gimana?"
"Temen kak Al cowok ya?" Mila malah balik bertanya.
"Ya masa cewek."
"Enggak ah kak." Mila tetap menolak.
"Yaudah, lain kali aja kalau udah ada teman kamu yah." Kata Alatas dengan nada kecewa.
Mila hanya tersenyum mengangguk.
***
Alatas termenung dekat jendela perpustakaan kampus. untuk pertama kalinya Alatas keperpustakaan dan membaca buku, bukan buku ilmiah, akuntan, atau pelajaran lainnya tapi buku cara mendapatkan hati wanita. Lucu sekali memang seorang Alatas yang tampan yang tidak pernah ditolak cewek sekarang seperti ketampanan yang tiada arti. Dia selalu ditolak tiap kali ngajak jalan. Cara apa lagi yang bisa membuat Mila terpesona dan menerimanya?
Baru kali ini ia secinta ini sama wanita, biasanya kalau tak ada respon dari wanita itu Alatas selalu mundur teratur. tapi kali ini Alatas tidak mau mundur, seperti ada sesuatu yang menariknya agar ia bisa menggapai wanita itu. Alatas yakin suatu hari Mila akan menerimanya.
Mila menatap dalam, ia memeluk buku yang ia pegang dengan erat. Mila terpaku oleh pesona pria dekat jendela yang sedang termenung memandang kearah luar jendela. Mila memperhatikan bulu matanya yang tebal dan bibirnya yang tipis, dibalik wajahnya yang putih dan bersih terdapat pesona yang luar biasa, posturnya yang tinggi membuat dia semakin tampan bekali-kali lipat.
"Astagfirullah" Mila berucap.
Tak seharusnya ia memperhatikan Alatas seperti itu, Mila memang tahu kalau Alatas tampan, cuma entah kenapa semakin diperhatikan lagi ketampanannya meningkat. Mila tak ingin jatuh terlalu dalam karena pria itu dan entah kenapa sekarang pria itu ada diperpustakaan?
"Mengapa dia selalu ada?" pertanyaan yang ada dibenak Mila, kenapa Alatas selalu saja ada disekelilingnya, padahal Mila tidak ingin semakin dekat lagi dengannya.
Mila melangkahkan kakinya menjauh dari Alatas. Dia tidak ingin mengalami jatuh cinta yang belum saatnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Pacari Wanita Berjilbab (Revisi)
RomansaAlatas tak pernah berfikir akan mencintai wanita berjilbab. Baginya wanita berjilbab bukanlah tipe kesukaannya. Tapi, bagaimana jika Allah berkehendak lain? Akankah Alatas menerimanya?