Suatu sore, di mana Hanbin dan Jennie kembali pulang bersama setelah rapat. Seakan sekarang sudah menjadi suatu kebiasaan. Walaupun kadang, Jennie merasa tidak enak jika terus-terusan diantar pulang oleh Hanbin. Jennie sempat berpikir, ia harus memberikan suatu barang untuk Hanbin sebagai tanda terimakasih.
"Gerimis, Jen! Mau neduh dulu gak?!" seru Hanbin dengan kepala sedikit dicondongkan ke samping, supaya Jennie yang diboncengnya mendengar.
"Hah?! Daripada neduh tapi malah tambah deres gimana?!"
"Tapi gue laperr!"
Jennie tentu tidak bisa menolak, Hanbin sudah memberinya tumpangan. "Yaudah!"
"Makan apa?!"
"Terserah!" jujur, Jennie sedang tidak memiliki suatu keinginan.
Hanbin yang juga tidak mau repot menanyakan Jennie lagi, langsung mengarahkan motornya ke tempat makan di kanan jalan.
"Mie ayam gak papa kan?" tanya Hanbin, takut jika Jennie tidak menyukainya.
"Gak papa kok," Jennie pun mengajak Hanbin ke dalam daripada berdiri di parkiran.
"Selamat datang, makan di sini atau dibungkus?" sapa seorang pelayan sembari memberikan buku menu.
Hanbin melirik ke arah Jennie, namun gadis itu tampak tidak berminat menjawab pertanyaan pelayan dan memilih untuk membaca buku menu. "Di sini mbak,"
"Untuk dua orang kami menyediakan paket couple dengan ukuran kenyang dan sedang," pelayan tersebut menunjuk sesuatu di buku menu.
Jennie menoleh ke arah Hanbin, dan mereka menahan tawa tentunya.
"Gimana, Jen?"
"Yaudah gapapa,"
"Oke mbak yang itu aja,"
"Paket couple makan sini ya mas, totalnya 30 ribu,"
Jennie hendak membuka tas untuk mengambil dompetnya. Namun, Hanbin sudah terlebih dahulu menyerahkan uang kepada petugas kasir.
"Ini nomernya ya mas, silahkan ditunggu,"
Hanbin mengambil nomer meja yang diberikan pelayan, lalu menghadap ke Jennie, Mau duduk mana?"
"Tengah aja," jawab gadis itu.
Sebenarnya Jennie ingin menertawai lagi tentang mereka yang mengambil paket couple, tapi nyatanya mereka bukan couple. Ah, lebih baik lupakan saja, sepertinya Hanbin juga tidak akan membahas hal tersebut.
Manik mata Jennie menangkap sebuah dompet milik Hanbin yang tergeletak di meja. "Masih lo pake?" tanya Jennie sambil menunjuk dompet tersebut, dompet yang diberikan Jennie ketika ulang tahun Hanbin yang ke-15.
Hanbin mengikuti arah tunjukan Jennie. "Ahh, iya hehe,"
"Kirain udah dibuang,"
"Enggaklah. Kan dari orang yang spesial," balas Hanbin disertai cengiran.
Kalimat tersebut berhasil membuat hati Jennie menghangat. Gadis itu tersenyum kecil, lalu mengalihkan pandangan ke arah jalanan, menutupi pink semu di pipinya.
"Liat deh, suratnya masih gue simpen," Hanbin mengambil sebuah kertas putih yang ia selipkan di dompetnya.
"Ih apa sih ahh, jangan dibaca! Maluu!" Jennie berusaha mengambilnya dan segera dicegah Hanbin.
"Hahahahaha, ini kan buat gue, masa lo ambil lagi sih,"
Gadis itu mengalah. "Yaudah gue liat, mau baca,"
Hanbin menyipitkan matanya, tidak percaya kata-kata Jennie.
"Iya benerannn,"
Akhirnya Hanbin memberikan surat yang Jennie berikan dulu, surat yang berisi tentang ucapan ulang tahun dan bahasan lainnya. Jennie yang membaca tulisannya sendiri tertawa, kenapa dulu sangat alay, menggunakan emotikon di mana-mana.
"Lo tau ga, tulisan yang gue coret-coret ini?" tanya Jennie, menunjuk sebuah tulisan di bawah tanda tangannya.
"Ih apaan? Gue penasaran sumpah,"
"Itu tuh gue nulis... Ah gajadi ah," Jennie terkekeh, ide untuk menjahili Hanbin terlintas di otaknya.
"Ah Jennie mah, ayolah," Hanbin memajukan bibir bawahnya, sengaja bersikap imut. Mana Jennie tahan menghadapinya?
"Tapi jangan ketawa! Kalo ketawa gue marah," ancam Jennie.
"Iya iyaa, apa cepetann,"
"Gue nulis..." Jennie menggantungkan kalimatnya.
"Apaa Jennie sayang?" kata Hanbin, yang sukses membuat hati Jennie menghangat lagi. Pura-pura tidak peduli, Jennie tetap diam di posisinya seakan tidak pendengar kalimat dari Hanbin.
"Dari, Jennie cantik," cicit Jennie sambil menundukan wajah, merasa malu dengan sikap percaya dirinya.
Hanbin terkejut. Detik selanjutnya, tawanya meledak. Ternyata Jennie bisa narsis juga.
"Ih diemmm! Kan udah janjiii," kata Jennie sebal.
"Lagian lo lucu sih," balas Hanbin di tengah-tengah tawanya.
Mereka terus mengobrol sembari menunggu hujan reda, melupakan status mereka yang tidak jelas. Membahas segala macam hal, bergosip tentang teman satu angkatan, guru, restoran terenak, makanan favorit, event sekolah, apa pun.
Biarlah mereka senang untuk saat ini, urusan ke depannya nanti, itu belakangan. Yang penting, mereka menghabiskan waktu bersama, menambah momen kedekatan mereka kembali, yang diam-diam menjadi pertimbangan bagaimana status mereka selanjutnya.
Gila bgt ye berapa taun gk update
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex -hanbin, jennie
Short Story❝ kalian terlalu akrab untuk disebut mantan pacar. ❞