[11] hanbin's home

1.8K 252 8
                                    

Sore itu, memang gerimis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu, memang gerimis. Tapi mereka tetap memaksakan untuk berangkat ke rumah donatur karena pengumpulan dana pensi yang tinggal seminggu lagi.

Saat Jennie baru saja akan menaiki motor ninja Youngjae, Hanbin berkata, "Lho Jen? Sama Youngjae? Gak sama gue aja? Kan rumah kita searah,"

Jennie terdiam. Memang benar.

"Nanti gue anter kok," sahut Youngjae.

"Udah sama gue aja. Kasian Youngjae harus bolak-balik," ujar Hanbin.

Jennie bingung.

"Yaudah Jen, sama Hanbin aja. Yeu, dasar modus!" canda Youngjae.

Hanbin tidak peduli. Hanbin menyerahkan jas hujan kelelawarnya ke Jennie. "Pake,"

"Terus elo?" Jennie tidak menerima jas hujan dan malah bertanya.

"Ya kan gue udah biasa," jawab Hanbin enteng.

Jennie menggeleng. "Boong. Kalo sakit gimana? Lagian ini cukup kok kalo buat berdua!"

Hanbin pun mengalah. Tidak ada gunanya berdebat dengan gadis keras kepala itu.

"Udah jelas semuanya kan? Kalo misal keadaan ga memungkinkan, datengin satu rumah dulu aja gapapa," seru Doyoung.

Semua setuju dan bersiap untuk berangkat. Begitu pula dengan Hanbin dan Jennie. Di kelompok mereka, ada Hayoung yang membonceng Jungyeon, dan ada Sejeong yang membonceng Ten. Tujuan mereka adalah rumah Hanbin yang tidak keberatan jadi donatur sekaligus panitia, juga ke rumah Momo.

Ketika dalam perjalanan, hujan semakin deras. Bahkan mereka melewati jalan yang sudah banjir. Jennie meruntuki dirinya sendiri, lupa melepas sepatunya. Kini sepatunya terisi oleh air. Bagaimana ibunya nanti jika tahu sepatunya basah? ah tidak, maksudnya, bagaimana ibunya nanti saat tahu anak putrinya itu hujan-hujanan? Sudahlah, Jennie hanya berharap orang tuanya mengerti kesibukan dirinya menjadi panitia hingga rela hujan-hujanan.

Tiba-tiba Hanbin menoleh ke belakang ketika terjebak lampu merah, untuk mengecek keadaan Jennie. Lelaki itu menyentuh lengan Jennie.

"Lo basah?!" tanya Hanbin panik.

"Iya," jawab Jennie enteng. "Lagian kan yang basah cuma sweaternya,"

"Ya kalo sakit gimana?"

"Tuh, ijo," Jennie menunjuk lampu yang sudah berwarna hijau, mengalihkan perhatian.

Mereka pun melanjutkan perjalanan. Tidak ada yang mengeluarkan suara saat perjalanan. Bagaimana bisa, hujan saja semakin deras dan Hanbin yang semakin kencang mengendarai motor.

Sekitar setengah jam kemudian, mereka tiba di rumah Hanbin. Rumahnya tampak minimalis yang dicat kuning. Juga ada taman mini di depannya.

"Oh, jadi ini rumah Hanbin," batin Jennie.

Mereka berenam memasuki garasi rumah. Mereka sibuk memeras pakaiannya masing-masing yang sudah basah kuyup di bagian bawahnya.

"Masuk sini," ajak Hanbin sambil membuka pintu ruang tamu.

Jennie menoleh ke arah teman-temannya. Sejeong yang seakan tahu maksud Jennie, segera berkata, "Kita kan basah gini. Nanti lantai lo basah,"

"Santai aja,"

Akhirnya mereka pun masuk. Bukan, maksudnya hanya memasuki beranda rumah.

"Masuk aja kali. Dingin di luar," perintah Hanbin.

Walaupun merasa tidak enak, akhirnya mereka tetap masuk. Untung kursi di ruang tamu Hanbin terbuat dari kayu yang diukir dengan apik, sehingga tidak menyerap air dari celana mereka yang basah.

"Keknya kita ga bakal bisa ke tempat Momo sekarang deh. Ujannya keknya awet," ujar Ten.

"Yaudah di sini aja sampe reda," sahut Hanbin.

Mereka pun malah mengobrol, menikmati cemilan, memanfaatkan wifi rumah Hanbin, melupakan tujuan mereka datang ke sana.

"Oh iya, ini surat permintaan jadi donatur," Jungyeon teringat, lalu mengambil kertas itu di tas dan memberikannya pada Hanbin.

"Ortu gue baru pulang ntar malem. Jadi besok gue kasih uangnya," ujar Hanbin. Jungyeon menganggukan kepala.

Jam sudah menunjukan pukul setengah sepuluh malam. Hujan juga sudah mulai reda, walaupun masih gerimis. Hayoung dan Jungyeon memutuskan untuk pulang, begitu juga dengan Ten.

"Gak bareng sama gue aja?" tawar Ten pada Sejeong.

"Gak usah, kita kan beda arah," tolak Sejeong secara halus.

Akhirnya Sejeong pulang menggunakan jasa ojek online, Ten pulang sendiri, Jungyeon dan Hayoung yang pulang berdua.

Tersisalah Jennie dan Hanbin. Tadi Hanbin memang sempat menyuruh Jennie agar mau diantarkannya.

"Pulang sekarang yuk?" ajak Jennie ketika sadar sudah jam 10 malam.

"Mau pake hoodie gue?" tawar Hanbin.

"Enggak Hanbinnn. Gue kan ga basah," tolak Jennie.

Akhirnya Hanbin mengalah. Tangannya terulur menyentuh pipi gadis itu, mengecek suhu panasnya.

"Gue ga gampang sakit, tenang," ujar Jennie.

Jennie memang keras kepala, dan Hanbin tidak masalah dengan itu. Lalu ia mengeluarkan motor untuk mengantarkan Jennie.

Rumah Hanbin dan Jennie tergolong dekat. Hanya menempuh waktu 5 menit pun, sudah sampai. Tiba di rumah Jennie, Hanbin sempat menyentuh pipi Jennie lagi, "ga panas kan?"

"Enggak enggak," Jennie menepis pelan tangan Hanbin, takut para tetangga melihatnya. Padahal di dalam hatinya sudah tidak karuan lagi.

"Gue takut kalo lo sakit, ntar yang disalahin gue," ujar Hanbin.

Hati Jennie mencelos seketika. Ia pikir, Hanbin memang benar-benar khawatir dengannya. Ternyata Hanbin takut jika Jennie sakit, ia akan disalahkan orang tuanya.

"Mmm, Mbin, mending lo pulang sekarang. Udah jam sebelas ni. Gue masuk dulu ya, makasih!" Jennie melambaikan tangan ke Hanbin, lalu langsung masuk ke dalam rumahnya.

Jennie merasa agak kecewa.

keknya bakal slow update bcs ini h-4 menuju UKK :")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


keknya bakal slow update bcs ini h-4 menuju UKK :")

Ayo dong vote atau komen, biar semangat apdet di kala ujian :")

30 vote for next chapter ok?

Ex -hanbin, jennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang