seven.

35.9K 3.8K 437
                                    

Tak ada percakapan di dalam mobil Jaehyun yang Renjun akui sangat indah dan bersih.

Renjun yang tak tahan dengan keheningan yang canggung begini, memilih untuk menyalakan radio. Sesekali dirinya mengikuti lirik dan melodi lagu dari radio tersebut.

"Kau pandai bernyanyi."

Renjun menolehkan kepalanya pada Jaehyun yang masih focus menyetir.

"Terima kasih?"

"Sama sama."

"Jae berapa umur mu sekarang?"

"Kenapa kau mau tau?"

"Aku hanya penasaran."

"27."

"Woah, ternyata umurmu jauh lebih tua dari wajahmu."

"Jadi, aku awet muda? Begitu?"

"Hm.. ya, bisa dibilang begitu. Saat aku baru pertama kali melihatmu, kukira kau seumuran denganku"

"Well, berapa umurmu sekarang?"

"20 tahun."

"Masih kuliah?"

"Masih, di Neo Culture University."

"Siapa yang membiayai kuliahmu?"

"Cih, memang kalau ku beritahu, kau akan membayarkan biaya kuliahku?"

"Aku bisa saja menepikan mobilku dan mentransfer biaya kuliahmu jika kau mau sebutkan nomor rekening kampusmu, dan nominal biaya kuliahmu sampai lulus." Jaehyun menoleh dan menatap mata Renjun dengan tatapan mata yang serius.

Renjun menelan ludahnya, ia benar benar lupa bahwa ia sedang berbicara dengan seorang pengusaha muda tersukses abad ini.

"Eh? Tak perlu. Aku bisa membiayai diriku sendiri."

"Dengan bekerja paruh waktu di tiga tempat berbeda? Hingga kau tak punya banyak waktu untuk istirahat?" Jawab Jaehyun tajam

Renjun membawa pandangannya pada wajah tampan Jaehyun dengan tatapan tak suka.

"Kau menyelidikiku?" Tanya nya kesal

"Ya, itu salah satu kebiasaanku. Aku harus tau jelas dengan siapa aku berbicara dan bergaul."

"Cih, ternyata kau cukup menyebalkan Jae."

"Tapi aku hebat diranjang."

"Unfortunately"

.
.
.
.
.
.

Jaehyun membukakan pintu mobilnya untuk Renjun, agar pemuda manis itu bisa keluar. Renjun yang diperlakukan semanis itu hanya bisa tersenyum untuk ucapan terima kasihnya.

Renjun turun dari mobil mewah Jaehyun, dan ia benar benar terpana.

Sekarang ini Renjun berdiri didepan sebuah bangunan yang amat megah dan luas. Bangunan tersebut terdiri dari pilar pilar kokoh dan arsitektur romawi kuno sehingga bisa dibilang bangunan tersebut adalah sebuah Istana.

Renjun tersadar dari keterpanaannya saat Jaehyun menarik pinggangnya untuk mendekat dan membawanya masuk ke istana tersebut.

"Jangan kaget begitu, ini baru rumahku, belum rumah keluargaku."

'Hell, rumah? Bangunan ini bahkan lebih cocok disebut istana.' Batin Renjun.

"Jae, pelan pelan." Protes Renjun pada Jaehyun yang masih merangkul pinggangya.

Just it ; JaeRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang