Pagi ini mau tak mau Renjun harus bangun, karena ia harus masuk shift pagi di Perpustakaan kota.
Sebenarnya Renjun tak ada niatan untuk bangun pagi itu, ia masih butuh jam tidurnya.
Tapi pekerjaannya sebagai penjaga perpustakaan kota setiap weekend membuatnya harus membuang jauh pikirannya yang masih ingin melanjutkan tidur di kasur empuk milik Jaehyun.
Renjun mengangkat lengan kekar Jaehyun yang melingkari perutnya. Seperti kebiasaan, semakin dilepas Jaehyun justru akan semakin menarik.
Renjun masuk kedalam pelukan Jaehyun akibat tarikan si empunya lengan.
"Jae, aku harus bangun."
"Masih terlalu pagi sayang.."
Wajah Renjun otomatis memerah karena panggilan Jaehyun. Dengan gemas ia mencubit perut berabs milik Jaehyun.
"Jae ih lepas, aku masih ingin rebahan diluar."
"Kenapa harus diluar? Bukankah lebih nyaman dipelukanku?."
Renjun memutar bola matanya malas karena ucapan narsis Jaehyun barusan.
Jaehyun melepaskan pelukannya pada tubuh renjun dan membiarkan renjun bangkit dari kasurnya.
Tapi bukan Jaehyun namanya jika ia tak mendapat apa yang dia mau. Jaehyun ikut bangkit dari kasur dan mengikuti langkah Renjun.
Renjun yang masih setengah sadar terlalu malas untuk bertanya lagi pada Jaehyun, ia lebih memilih merebahkan tubuh mungilnya disofa besar milik Jaehyun.
Jaehyun tetap setia mengikuti Renjun, begitu juga Reno yang setia mengekori Renjun.
Begitu Renjun nyaman dengan posisinya, Jaehyun ikut menyenderkan dirinya disofa dan menjadikan Lengannya sendiri sebagai bantalan kepala Renjun.
Reno tak mau kalah, ia memposisikan dirinya disebelah Renjun yang kosong, kepalanya ia selundupkan dibalik piyama Renjun.
Renjun yang sudah hapal kelakuan dua mahluk itu hanya bisa membuang napas jengah.
Tinggal bersama mereka beberapa hari ini sungguh sungguh menyesakkan. Ia selalu diikuti kemanapun oleh dua mahluk itu.
Renjun memang baru tinggal beberapa hari dengan mereka, tetapi Renjun sudah hapal betul kebiasaan dua mahluk besar itu.
Mereka manja, tak sabaran, dan suka menguras emosi Renjun. Renjun tentu tidak mempermasalahkan hal kecil itu. Justru entah mengapa ia malah merasa senang, dunianya yang hampa tiba tiba berubah menjadi menarik.
"Huh aku ini sudah seperti lelaki bersuami dan beranak satu." Keluh Renjun.
"Memang." Jawab Jaehyun santai.
"Cih, aku ini hanya partner mu Jae."
Ucap Renjun masam."Yah.. sayangnya."
'Makanya pacari aku tuan Jung!.' Omel Renjun dalam hati.
Renjun yang awalnya menyangkal habis habisan kalau ia jatuh cinta pada Jaehyun, kini memilih mengalah.
Lelah juga ia lama lama menyangkal perasaannya sendiri. Renjun tentu tau dari awal bahwa ia akan jatuh kedalam pesona Jaehyun, tapi ia tak tau kalau ia akan jatuh sedalam ini.
.
.
.
.
.
."Jae!! Kenapa sih manja sekali?!." Renjun kesal juga lama lama di intili Jaehyun seperti ini.
Masalahnya kalau Jaehyun mengintili Renjun, dia tak hanya mengintili. Tapi ia juga memeluknya erat hingga ia sulit bernapas dan juga mengukir tanda tanda baru dileher Renjun.
"Memang salah kalau aku bermanja padamu?." Ucapnya masih sibuk menelusupkan wajahnya dileher Renjun.
"Ya jelas salah! Aku jadi sulit bergerak Jae. Ayolah, aku buru buru. Aku harus segera ke perpustakaan." Omel Renjun
Raut wajah Jaehyun langsung berubah, yang tadinya senang karena berhasil membuat renjun kesal berubah menjadi raut wajah dingin dan tegas.
Jaehyun membalik tubuh Renjun yang sedang sibuk membuat sandwich. Renjun menatap jaehyun bingung.
"Ada apa Jae?."
"Kenapa kau masih harus bekerja? Aku bisa membiayai seluruh kebutuhanmu Ren." Ucap Jaehyun serius
"Aku hanya tak ingin membebanimu Jae." Jawab Renjun lembut.
"Kau sama sekali tidak membebaniku Ren. Aku tak suka melihatmu bekerja mati matian seperti ini, hal itu membuatku merasa tak berguna."
"Hei, jangan begitu Jae. Aku hanya suka bekerja, dan aku mau mandiri. Karena aku tau, suatu saat nanti kau akan meninggalkanku. Jadi disaat itu, aku tak akan bingung harus mencari uang kemana dan juga tak perlu meminta minta padamu."
Entah kenapa ucapan Renjun barusan membuat Jaehyun seperti dihantam batu, ia tak suka saat Renjun membahas perpisahan mereka nanti.
Jujur saja Jaehyun tak punya bayangan akan seperti apa dirinya tanpa Renjun. Karena Jaehyun benar benar tak pernah merasa sebahagia dan sehidup sekarang, saat ia tinggal dengan Renjun.
"Jae, aku berangkat dulu. Rawat Reno baik baik. Bye~." Renjun pergi meninggalkan Jaehyun yang masih sibuk berpikir.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just it ; JaeRen
أدب الهواةKehidupan biasa seorang bartender bernama Huang Renjun sirna setelah ia bertemu Jung Jaehyun, sang pengusaha muda sukses yang memiliki wajah bak Dewa Yunani