Renjun merasa ada yang aneh dengan dirinya hari ini. Tubuhnya serasa remuk, kepalanya pening, dan ia merasa mual.Tapi Renjun tetaplah Renjun yang keras kepala dan suka menyepelekan rasa sakitnya.
Ia mengabaikan rasa sakit dan mualnya, dan lebih memilih memasuki kamar mandi dan segera bersiap ke kampus.
Kelas pertamanya akan dimulai pukul 10 dan berakhir pukul 12 siang, kegiatannya hari ini sangat padat, seperti hari hari biasanya.
Renjun melangkah gontai ke halte bus tempatnya menunggu bus untuk kekampusnya.
Kepalanya semakin pening, Renjun berpikir kalau peningnya itu disebabkan dirinya yang belum sarapan. Dalam hati ia berjanji akan membeli roti untuk mengganjal perutnya.
.
.
.
.Keadaan Jaehyun pagi ini bisa dikatakan jauh lebih baik dari hari hari sebelumnya.
Kemarin ia menghabiskan waktunya untuk beristirahat dan menyiapkan dirinya untuk menemui Renjun.
Ia sudah sangat tak sabar untuk menemui Renjun. Rasa rindu mengalahkan ego dan gengsi yang selama ini ia junjung tinggi.
Jaehyun berusaha menghubungi Renjun beberapa kali semalam, namun hasilnya nihil. Ia tak mendapat jawaban apapun.
Tak menyerah, hari ini ia akan mendatangi apartement Renjun yang lama.
Renjun segera bersiap, hari ini ia menggunakan pakaian santainya. Hanya sebuah kaos polos berwarna hitam dan celana jeans.
Ia sedang malas untuk memperhatikan pakaiannya, yang menjadi fokusnya hari ini hanyalah Huang Renjun.
Lagipula ia tetap terlihat tampan dan menawan menggunakan apapun yang ia kenakan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Seharusnya saat ini Renjun sudah berada di apartementnya karena setaunya kelas Renjun sudah selesai pukul 12.
Ia segera menjalankan mobil kesayangannya ke daerah yang bisa dibilang sedikit kumuh karena memang berada dipinggiran kota.
Untuk kedua kalinya Jaehyun menginjakkan kaki di apartement kumuh Renjun.
Batinnya meringis miris memikirkan orang terkasihnya itu harus tinggal dikawasan kumuh seperti ini. Sedikit banyak ia menyesal harus melepas renjun dan membiarkannya kembali tinggal dikawasan seperti ini.
Jaehyun mengetuk pintu ringkih didepannya, beberapa kali ia mengetuk dan sama sekali tak ada jawaban.
Jaehyun tak kehilangan akal, ia berusaha membuka pintu apartement itu dengan kunci yang pernah sengaja ia ambil dari tas milik Renjun.
Pintu itu terbuka, Jaehyun tersenyum puas dalam hati ia bersyukur karena pernah mengambil kunci itu.
Hati hati ia memasuki apartement kecil Renjun, takut takut pemiliknya ada didalam.
Jaehyun menyusuri apartement tersebut dan tak menemukan siapapun didalamnya.
Jaehyun melangkah keluar dengan perasaan berat dan kecewa. Rencana selanjutnya, ia akan pergi ke club malam milik Ten dan menemui Renjun.
.
.
.
.
."Ada yang bisa saya bantu Tuan, Nyonya?." Tanya Renjun ramah pada salah satu pengunjung
KAMU SEDANG MEMBACA
Just it ; JaeRen
Fiksi PenggemarKehidupan biasa seorang bartender bernama Huang Renjun sirna setelah ia bertemu Jung Jaehyun, sang pengusaha muda sukses yang memiliki wajah bak Dewa Yunani