1

4.6K 170 12
                                    

Donghae membuka pintu kamar perlahan, menghela nafasnya pelan kemudian saat mendapati Leeteuk yang tengah duduk menangis disisi ranjang, istrinya itu selalu menangis bersedih sejak pulang dari rumah sakit beberapa hari lalu.

Menghampiri Leeteuk, Donghae duduk disampingnya, "Jangan menangis lagi" ucapnya lembut

Leeteuk tak menyahut, berusaha nenahan isak tangisnya. Medekap Leeteuk, Donghae memeluk istrinya itu untuk menenangkannya

Sifat ceria dan senyum yang biasanya menghiasi wajah Leeteuk telah hilang sejak dokter memvonisnya mengidap kanker rahim, penyakit mematikan yang membuat rahimnya harus diangkat demi bertahan hidup.

Berbagai metode pengobatan telah Leeteuk jalani, hingga akhirnya dokter menyatakannya sembuh. Namun meskipun kini ia telah sembuh, kesembuhannya sama sekali tidak membuat Leeteuk merasa senang, mengingat kenyataan pahit yang harus ia terima, ia tidak akan pernah bisa hamil dan memiliki anak.

"Kau harus kuat, semua akan baik-baik saja" lirih Donghae

"Bagaimana semua akan baik-baik saja?" Leeteuk menatap Donghae seakan suaminya itu baru saja mengucapkan sebuah kebohongan besar, "Aku tidak akan bisa hamil, bagaimana semua bisa baik-baik saja?"

"kau jangan bicara begitu, Teuk"

"Tapi itulah kenyataannya, sekarang aku hanya wanita cacat yang tidak akan bisa memberikanmu keturunan"

Air mata Donghae luruh membasahi pipinya, ia tak mampu membendung kesedihannya,"Kumohon jangan katakan itu lagi" ucapnya menangis dan memeluk Leeteuk

Leeteuk terisak, meluapkan tangisnya dipelukan Donghae, "Kenapa semua ini harus terjadi padaku, Hae? Kenapa takdirku harus seperti ini, aku lebih baik mati daripada hidup seperti ini"

"Kau ini bicara apa?" Donghae menatap wajah Leeteuk, "Kau ingin meninggalkanku?"

"Aku tidak sanggup hidup seperti ini"

"Kau harus kuat demi aku"

Leeteuk menggeleng, "Aku benar-benar tidak kuat"

Leeteuk yang putus asa membuat Donghae ikut kehilangan semangat hidupnya, "Jika itu yang kau inginkan, aku juga akan ikut mati bersamamu"

Leeteuk menggeleng, "Kau tidak boleh mati"

"Kenapa tidak boleh? Apa kau pikir aku akan baik-baik saja jika kau meninggalkanku?"

"Tapi aku tidak bisa memberimu anak"

"Memangnya kenapa jika kita tidak memiliki anak? Apa hubungan kita menjadi tidak berarti karena itu?"

Leeteuk menundukkan wajah dan hanya diam, ia merasa tidak pantas lagi menjadi pendamping bagi Donghae

"Tidak apa-apa meski kita tidak memiliki anak, aku akan baik-baik saja selama kau berada disisiku" Donghae menatap Leeteuk sendu, "Kau tidak boleh meninggalkanku Teuk, aku tidak bisa hidup tanpamu, aku benar-benar tidak bisa.." ucapnya menangis

"Jangan menangis, Hae" Leeteuk merasa bersalah telah membuat suaminya menangis, "Maafkan aku.."

"Berjanjilah kau tidak akan pernah berpikir untuk meninggalkanku lagi" pinta Donghae

Leeteuk mengangguk pelan, "Ne, aku tidak akan meninggalkanmu"

Jawaban Leeteuk membuat Donghae menjadi tenang, ia kembali membawa Leeteuk kedalam pelukannya, mencium lembut puncak kepala istrinya itu

Meski berusaha terlihat tegar dihadapan Leeteuk, jauh dalam lubuk hati Donghae, ia juga merasa hancur menghadapi kenyataan bahwa mereka tidak akan bisa memiliki anak. Tidak akan ada canda tawa anak dalam rumah mereka yang selalu Donghae impikan sejak mereka menikah, harapannya itu harus ia buang jauh. Kini yang terpenting baginya hanyalah kesembuhan Leeteuk, Donghae ingin istrinya itu segera pulih dan kembali sehat.

Sorry I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang