Author POV
"Hanbin oppa, Haru-ya, Ella-ya ... bangun!!! Ini sudah jam 6.15 pagi, bangun dan cepatlah siap - siap. Apa kalian ingin terlambat ke sekolah, eoh?", teriak Jennie dari meja makan membangunkan oppa dan kedua adiknya.
"Ais, selalu saja begini setiap pagi. Eomma, appa, kapan kalian kembali ke Korea? Aku lelah mengurus anak - anak kalian yang lain. Mereka sangat sulit dibangunkan, eomma.", kata Jennie berbicara sendiri berharap eomma dan appanya mendengar dan langsung kembali ke Korea saat itu juga.
Eoh, orang tua mereka sudah 3 tahun menetap di Jepang karena harus mengurus cabang perusahaan di Jepang. Appa mereka menyuruh eomma mereka untuk ikut ke Jepang dengan alasan ingin anak - anak mereka mandiri.
|°•○●○•°□■□°•○●○•°|
"Oppa! Bangun!", teriak Jennie yang sudah masuk kedalam kamar Hanbin.
"Eoh, Chagiya. 10 menit lagi, eoh?", kata Hanbin masih dengan menutup matanya.
Hanbin biasa memanggil Jennie dan Ella dengan sebutan sayang seperti itu. Tapi berbeda dengan Jennie, dia terkadang merasakan detak jantungnya berdetak lebih kencang saat oppanya itu berperilaku manis terhadapnya.
Jennie terkadang menganggap Hanbin sebagai lelaki yang dia cintai bukan hanya sebagai seorang oppa."Ani, oppa. Bangun sekarang atau kau tak kuberi sarapan?", ancam Jennie.
"Yak! Baiklah, aku akan mandi sekarang juga.", kata Hanbin sambil bangkit dari ranjang.
"Wae? Mengapa kau menatapku? Kau ingin mandi lagi? Bersamaku?", goda Hanbin yang melihat Jennie sudah rapi dengan seragam sekolahnya dan sedang menatapnya.
"Ais, jinjja. Cepatlah, aku akan membangunkan Haru dan Ella. Jika kau sudah selesai, turunlah untuk sarapan.", kata Jennie sambil memukul lengan Hanbin karena salah tingkah, lalu pergi kekamar Haru untuk membangunkannya.
"Ne, chagiya.", teriak Hanbin dari dalam kamarnya.
|°•○●○•°□■□°•○●○•°|
Dikamar Haru, Jennie langsung menarik selimut Haru begitu saja.
"Ais, nuna!", teriak Haru sambil menarik selimutnya kembali.
"Bangun atau kau tak kuberi sarapan?", ancam Jennie pada namdongsaengnya itu.
"Apa kau tak bosan selalu mengancamku seperti itu? Jika aku menghubungi eomma, akan kuadukan kau.", ancam Haru kembali.
Tapi tetap saja Haru langsung bangkit dari ranjang menuju kamar mandi, karena dia takut nunanya itu benar - benar tak memberinya sarapan.
Seperti dulu ketika dia sulit dibangunkan, Jennie mengancamnya tak akan memberikan sarapan. Tetapi Haru tetap tak mau bangun, akhirnya Haru tak sarapan dirumah. Melainkan sarapan di Kantin Sekolah. Itu karena Jennie benar - benar tak memberinya sarapan.
"Aku tak takut.", kata Jennie, lalu keluar dari kamar Haru menuju kamarnya untuk membangunkan Ella.
Eoh, Ella tidur dengan Jennie karena Ella tak berani tidur sendiri.
|°•○●○•°□■□°•○●○•°|
"Ella, bangun! Cepatlah mandi, eonni sudah membuatkan makanan kesukaanmu.", kata Jennie lembut.
"Ne, eomma.", kata Ella lesu.
Eomma? Eoh, terkadang Ella memanggil Jennie dengan sebutan eomma dan memanggil Hanbin dengan sebutan appa.
Itu karena mereka berdua yang selalu ada untuk Ella, sikap dewasa Hanbin yang seperti seorang appa untuk Ella dan sikap keibuan Jennie yang selalu dengan sabar mengurusnya selama ditinggal orang tuanya.Pernah suatu ketika Ella dijahili oleh Haru, Jennielah orang pertama yang akan memarahi Haru.
Jennie sudah biasa dengan panggilan yang Ella berikan, berbeda dengan Hanbin.Karena pernah suatu hari, Hanbin mendapat panggilan telepon dari kekasihnya dan tanpa sengaja Ella berteriak memanggil Hanbin dengan sebutan appa. Kekasih Hanbin mengira bahwa Hanbin adalah pelajar yang telah menghamili gadis diluar nikah dan anaknya baru saja memanggilnya dengan sebutan appa.
Karena yang kekasih Hanbin tau, Hanbin tinggal di Korea tanpa orang tuaya. Jadi, kekasih Hanbin saat itu berpikir kalau Hanbin adalah lelaki yang bebas dalam bergaul."Baiklah kalau begitu, eonni tunggu dimeja makan eoh?",kata Jennie, Ella hanya menganggukkan kepalanya.
Author POV End
Jennie POV
"Eomma, mana makanan kesukaanku?", tanya Ella.
"Yak! Dia eonnimu, bukan eomma.", protes Haru.
"Gwenchana, aku tidak keberatan.", kataku sambil memberikan makanan kesukaan Ella.
Kulihat Ella menjulurkan lidahnya pada Haru.
"Geurae, asal kau tidak memanggilku dengan sebutan appa lagi. Sungguh, karenamu aku diputuskan kekasihku waktu itu.", kata Hanbin oppa kesal.
Kami bertiga hanya terkekeh.
"Mian oppa, tapi aku benar - benar merindukan sosok appa. Tak bisakah aku memanggilmu dengan sebutan appa, eoh?", tanya Ella pada Hanbin oppa.
"Ais, geurae. Hanya saat kita di rumah dan jika hanya kita berempat saja. Jika ada temanku bahkan kekasihku, panggil aku oppa! Arraseo?", kata Hanbin oppa mengingatkan.
"Ne, appa.", kata Ella semangat.
"Tapi, bukankah kau tak memiliki kekasih saat ini hyeong?", tanya Haru berniat meledek Hanbin oppa.
"Ais, jangan berangkat sekolah bersamaku!", perintah Hanbin oppa kesal.
"Nuna.", rengek Haru padaku.
Aku memang selalu membela adik - adikku, walau terkadang mereka salah.
"Oppa, jangan seperti anak kecil. Kau yang paling dewasa disini.", nasihatku pada Hanbin oppa.
Haru hanya menjulurkan lidahnya pada Hanbin oppa karena merasa menang sudah kubela.
"Cepat sarapan, atau kita akan terlambat.", lanjutku.
Jennie POV End
.
.
TBC.Ket:
1.Hanbin=3 SHS (Senior High School)
2.Jennie=2 SHS (Senior High School)
3.Haruto=3 JHS (Junior High School)
4.Ella=3 PS (Primary School)Gimana part 1nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all. 🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
True Destiny
FanfictionTak ada satupun manusia yang mengetahui takdir hidupnya , termasuk tentang jodoh. Kim Hanbin dan Kim Jennie, seperti apakah takdir mereka yang sebenarnya? Sudah sejak lama, mereka ditakdirkan menjadi adik dan kakak. Tapi, apa memang itu takdir merek...