19

552 64 20
                                    

Author POV

"Aku ....", kata Jennie gantung.

"Jujur saja, tak apa. Aku percaya, bahwa kau pasti ingin yang terbaik untukku. Jadi, jika kau tak setuju. Aku akan mengakhirinya, Jen.", kata Hanbin.

Seketika, Jennie langsung berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Hanbin.
Sebenarnya, tanpa Jennie berpikir lagi dia sudah berniat menjawab tak setuju agar hubungan Hanbin dengan Hayi berakhir.
Jennie bahkan tak peduli pada hubungan oppanya yang baru terhitung sehari itu.

"Aku tidak keberatan. Aku setuju. Kau berhak bahagia oppa, jadi aku tak akan melarangmu untuk memiliki kekasih. Dengan siapapun itu, asalkan dia memang gadis baik - baik maka aku akan setuju. Aku akan selalu mendukungmu.", kata Jennie pada akhirnya.

Hanbin terlihat tersenyum puas. Tangan kanannya memegang tangan kiri Jennie, menggenggamnya erat. Sedangkan tangan kirinya memegang setir.

"Gomawo, jeongmal gomawo. Aku jadi semakin menyayangimu, Jen.", kata Hanbin.

"Hem, aku tau. Lagi pula, aku tak berhak melarangmu untuk memiliki kekasih. Aku bukan siapa - siapa bagimu.", kata Jennie.

"Yak! Kau adikku. Tak apa jika kau merasa tak cocok dengan gadis pilihanku. Katakan saja padaku. Kau juga bisa memilihkannya untukku, aku percaya pilihanmu yang terbaik.", kata Hanbin.

"Aniya. Aku memang adikmu, tapi aku tak berhak mengaturmu. Hubunganmu, kau sendiri yang menjalani. Jika kau mencintainya, maka berjuanglah. Jika kau sudah mendapatkannya, maka pertahankanlah.", nasihat Jennie.

"Geurae, sekali lagi terima kasih karena kau sudah setuju dengan hubungan kami. Aku jadi merasa mendapat restu dari eomma.", kata Hanbin lalu terkekeh.

"Apakah maksudmu wajahku ini tua seperti seorang ahjumma yang memiliki anak seumuranmu?", tanya Jennie sambil melepas genggaman tangan Hanbin.

"Aniya, aku tak bilang begitu. Baiklah kuralat. Aku seperti baru saja mendapat restu dari istriku untuk menikah lagi.", kata Hanbin.

"Yak! Aku tak ingin dimadu!", protes Jennie sambil memukul lengab Hanbin pelan.

Hanbin menanggapinya dengan tertawa santai. Hanbin menganggap ucapan Jennie adalah candaan semata. Padahal, Jennie sedang kesal. Jennie sedang meluapkan emosinya, dia memang seperti sedang di selingkuhi terang - terangan oleh Hanbin.

Setelah puas memukuli Hanbin, Jennie mengubah topik pembicaraannya dengan Hanbin.

"Oppa, sebenarnya apa hubunganmu dengan Jaewon oppa? Sepertinya kalian sudah saling mengenal sebelumnya? Tapi, kalian juga terlihat seperti bermusuhan.", kata Jennie.

Seketika Hanbin menepikan mobilnya.

"Mengapa kau berhenti?", tanya Jennie tak mengert.

"Mengapa kau tiba - tiba membahas Jaewon?", tanya hanbin serius tanpa menatap Jennie.

Pandangannya masih lurus pada jalanan sepi di depannya.

"Aku hanya ingin tau saja. Dan kuharap kau tidak menutupi apapun dariku. Jadi cepat ceritakan dan jalankan mobilnya! Kita harus cepat sampai rumah karena aku kedinginan.", kata Jennie.

"Kau kedinginan?", tanya Hanbin mengalihkan pembicaraan sambil menatap Jennie.

"Hem, maka dari itu cepat jalankan mobilnya dan kita pulang.", kata Jennie.

"Lepas seragammu dan pakai saja jaketku itu. Seragam basahmu itu yang membuatmu kedinginan.", kata Hanbin sambil ingin mengambil jaket yang sedari tadi menutupi tubuh bagian atas Jennie karena seragam basahnya yang membuat seragamnya jadi tembus pandang.

Tapi, Jennie mencegahnya.

"Yak! Byuntae! Tidak mungkin aku melepas seragamku di hadapanmu. Kau ini, cari kesempatan dalam kesempitan.", protes Jennie.

"Apa salahnya? Aku ini oppamu. Lagipula aku tak akan melihatmu melepas seragam basahmu itu.", kata Hanbin.

"Tentu saja salah. Walaupun kau oppaku, kau adalah lelaki dewasa. Kau memiliki nafsu. Dan siapa yang tau jika kau mengintip? Ah, andwae! Cepat jalankan saja mobilnya dan kita pulang!", teriak Jennie.

"Geurae, aku akan menjalankan mobilnya. Tapi kau harus tetap melepas seragammu. Pindahlah kebelakang jika kau malu padaku. Gantilah di belakang.", perintah Hanbin.

"Kau janji tak akan melihat?", tanya Jennie.

"Hem, aku janji.", janji Hanbin.

Akhirnya Jennie pun memilih untuk pindah ke belakang tanpa turun dari mobil.

"Jangan melihat! Jika kau berniat melihat, aku akan membunuhmu.", ancam Jennie.

"Eoh, maka dari itu cepatlah. Lagipula aku sudah melihatnya di halte tadi.", kata Hanbin sambil menjalankan mobilnya.

"Yak! Byuntae!", teriak jennie.

"Ais, kau berisik sekali Jen.", kata hanbin.

|°•○●○•°□■□°•○●○•°|

Setelah sampai di rumah, Jennie langsung mandi. Setelah mandi dia memilih pakaian yang sekiranya hangat saat dipakai, lalu turun untuk makan malam.

"Cepatlah, Jen! Aku lapar.", perintah Hanbin saat melihat Jennie yang sedang menuruni anak tangga.

"Jika kau lapar, makanlah lebih dulu. Aku kan tidak memintamu untuk menungguku.", kata Jennie sambil duduk di samping Hanbin.

Kini empat bersaudara itu sedang berkumpul di ruang santai. Haru sedang bermain ponsel dan Ella sedang asik menonton TV.

"Cih, tidak enak jika makan sendiri.", kata Hanbin.

"Ya sudah, cepatlah makan. Aku sudah ada di sini.", kata Jennie sambil mengambil makanan yang sudah di pesan oleh Hanbin tadi sebelum mencari Jennie.

"Kalian sudah makan?", tanya Jennie pada Haru dan Ella.

"Sudah, eonni.", jawab Ella.

Sedangkan Haru hanya diam saja.

"Haru-ya, kau mengabaikan nuna?", tanya Jennie.

"Aku juga sudah.", kata Haru dengan nada dingin.

"Yak! Wae? Mengapa nada bicaramu dingin sekali pada nuna? Apa karena nuna tidak masak makan siang dan makan malam? Mianhae, nuna ....", kata Jennie terputus oleh ucapan Haru yang sepertinya keceplosan.

"Aku sedang kesal dengan Yeri. Dia selalu membahas Hanbin hyeong. Bahkan dia bilang, dia menyukai Hanbin hyeong. Padahal aku menyukainya.", kata Haru tiba - tiba.

Hanbin yang sedang memakan makanannya pun tiba - tiba tersedak. Ketiga adik Hanbin sangat khawatir dengan Hanbin yang tersedak makanan.

Lalu Jennie dengan cepat memberikan minum pada Hanbin. Setelah Hanbin meminum air mineral yang Jennie berikan, dia pun menjadi merasa lebih baik. Dan seketika itupun Hanbin tertawa terbahak - bahak.

"Haru-ya, apa aku tak salah dengar? Temanmu itu menyukaiku?", tanya Hanbin sambil tertawa terbahak - bahak.

"Aku ini memang tampan, bahkan anak kecil seperti  Yeri saja tau itu. Iyakan?", lanjut Hanbin masih sambil tertawa.

"Cih, diamlah hyeong. Nuna, jika tau hyeong akan menertawakanku kau seharusnya tak perlu memberinya minum. Biarkan saja hyeong tersedak.", kata Haru lalu pergi kekamar karena kesal pada hyeongnya.

Author POV End
.
.
TBC.

Gimana part 19nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all. 🙏🏻

True DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang