Author POV
"Oh, Hanbin hyeong?", tanya Haru saat dia sudah melihat jelas siapa yang ada di layar ponsel Ella.
Lalu, dengan tiba - tiba Haru mengambil alih ponsel Ella dari tangan Jennie.
"Mianhae, hyeong. Nuna sering video call dengan Jaewon hyeong di hadapanku. Jadi, kupikir nuna sedang video call dengan Jaewon hyeong sekarang.", kata Haru.
"Apakah sangat sering?", tanya Hanbin tiba - tiba.
Jennie yang mendengarnya langsung menatap ponsel Ella.
"Oppa, apa kau cemburu?", tanya Jennie (dalam hati) sambil tersenyum samar.
Kemudian Jennie beralih menatap Haru, menunggu jawaban jujur Haru.
"Hem, hampir setiap hari. Padahal, mereka setiap hari juga selalu bertemu.", jawab Haru.
"Se ... se ... setiap hari?", tanya Hanbin dengan sedikit terkejut yang membuat Jennie sangat puas.
Lalu Ella menghampiri Haru, karena Haru lebih tinggi darinya maka ella menarik tangan Haru sedikit ke bawah agar Ella dapat melihat Hanbin di layar ponselnya.
"Ne, oppa. Maka dari itu, aku heran dengan eonni. Eonni selalu ada waktu untuk menghubungin Jaewon oppa, bahkan setiap hari. Tapi, tidak denganmu. Bahkan dia bilang padaku, bahwa eonni lupa dengan wajahmu. Padahal kau adalah oppanya. Bagaimana bisa dia seperti itu?", tanya Ella sedikit kesal.
Ella hanya tak suka saja jika saudaranya saling melupakan atau bertengkar hanya karena sudah memiliki pasangan.
"Yak! Gwenchana, itu wajar karena Jaewon adalah kekasihnya.", kata Hanbin dengan senyum paksa.
Namun, Haru dan Ella tak dapat mengartikan senyum itu.
"Kau dengar? Hanbin oppa bilang, itu wajar. Hanbin oppa pasti bisa mengerti. Lagi pula, sepertinya Hanbin oppa sudah cukup hanya menghubungimu. Jadi, jika aku tidak menghubunginya maka itu tak masalah baginya. Sudah eoh, aku ingin ke kamar.", kata Jennie lalu pergi begitu saja menuju kamarnya.
"Yak! Eonni! Yak! Yak! Kembali! Aku belum selesai bicara. Itu tidak wajar eonni, kalian adalah saudara kandung. Kalian tetap harus menjaga hubungan kalian. Eonni!", teriak Ella.
"Sudah Ella-ya, biarkan saja eonnimu. Suaramu akan habis jika terus meneriakinya, lagi pula itu tidak sopan. Jangan ulangi lagi eoh?", nasihat Hanbin.
"Ne, oppa. Mianhae.", sesal Ella.
"Hem.", dehem Hanbin.
"Ah iya, aku punya kabar baik untuk kalian. Ini adalah rahasia, karena sebenarnya appa yang ingin menyampaikannya pada kalian semua. Tapi, aku akan membocorkannya hanya pada kalian berdua. Jadi, jaga rahasia ini baik - baik eoh? Jangan sampai eomma dan Jennie tau.", kata Hanbin dengan berbisik.
"Ne, hyeong. Cepat beritau kami! Aku penasaran.", kata Haru.
"Dan jangan berbisik, bicaralah dengan jelas.", tambah Ella.
"Oppa, mungkin kita harus ketaman belakang.", ajak Ella pada Haru tiba - tiba, dia berpikir bahwa di taman belakang tak akan ada yang mendengar rahasia Hanbin.
Lalu Ella dan Haru akhirnya ke belakang.
"Geurae, sekarang beritau kami tentang rahasiamu itu oppa.", kata Ella.
"Hem. Jadi begini, aku dan appa akan kembali ke Korea nanti sore.", kata Hanbin dengan sangat jelas.
"Mwo?", teriak Ella terkejut.
Seketika, Haru langsung membungkam mulut Ella dengan tangannya.
"Yak! Ini rahasia, jadi diam lah!", perintah Haru dengan berbisik pada Ella.
"Kalian terkejut? Ingat jaga rahasia ini baik - baik. Karena mungkin sebentar lagi appa akan menghubungi eomma. Kalau begitu, sudah dulu eoh? Aku harus berkemas - kemas.", kata Hanbin.
"Ne, hyeong. Hati - hati eoh? Semoga kau dan appa selamat sampai Korea.", kata Haru.
"Hem, gomawo.", kata Hanbin lalu mematikan panggilannya.
Author POV END
Jennie POV
Setelah ucapan terakhirku tadi dan teriakan Ella, aku memilih merenungkannya di balkon kamarku yang tepat di bawahnya adalah taman belakang rumahku. Di tempat ini juga, aku menyatakan cintaku pada oppaku sendiri 5 tahun lalu. Sungguh, aku memang gila waktu itu.
"Huft, ini memang salahku. Aku sendiri yang membuat hubunganku dengan kakak kandungku hancur. Niatku untuk menghapus perasaanku padanya malah berujung melupakan sosoknya. Aku jadi tidak kenal dengan oppaku sendiri. Padahal dulu seperti apa aku? Sangat tidak ingin berpisah darinya. Tapi sekarang aku yang terlihat menghindarinya dan itu sangat jelas.", kataku (dalam hati) sambil menutup mataku.
"Geurae, sekarang beritau kami tentang rahasiamu itu oppa.", tiba - tiba aku mendengar suara seseorang yang tak asing lagi ditelingaku.
"Hng? Apakah itu suara Ella? Tapi, rahasia apa yang dia maksud? Oppa? Siapa yang dimaksud Ella? Haru? Atau Hanbin oppa?", tanyaku pada diri sendiri dengan penasaran.
Akhirnya aku memilih mendengarkan pembicaraan Ella dengan seseorang di bawah sana.
"Hem. Jadi begini, aku dan appa akan kembali ke Korea nanti sore.", kata seseorang yang kuyakini adalah Hanbin oppa.
"Mwo?", teriak Ella.
"Mwo?", kejutku sangat lirih hampir tak bersuara.
"Hanbin oppa akan kembali? Bagaimana ini? Aku ... aku ... aku takut, perasaan yang sudah kukubur selama 4 tahun ini akan muncul kembali. Jika itu terjadi, bagaimana dengan Jaewon oppa? Aku dan Jaewon oppa sudah 4 tahun menjalin hubungan dan itu tak mungkin jika harus berakhir hanya karena perasaan sialan itu.", kataku pada diriku sendiri.
Lalu aku berlari menuju ranjang dan kujatuhkan tubuhku pada ranjang.
"Aku bisa gila.", teriakku.
Jennie POV End
.
.
TBC.Gimana part 28nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all. 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
True Destiny
FanfictionTak ada satupun manusia yang mengetahui takdir hidupnya , termasuk tentang jodoh. Kim Hanbin dan Kim Jennie, seperti apakah takdir mereka yang sebenarnya? Sudah sejak lama, mereka ditakdirkan menjadi adik dan kakak. Tapi, apa memang itu takdir merek...