Hanbin POV
Cih, Jennie benar - benar.
Dia kan tau bahwa aku tak suka jika June mendekatinya.
Tapi kenapa Jennie malah membalasnya tadi?"Oppa, kau itu brisik sekali? Tak perlu kau ulang - ulang. Aku dengar.", protes Jennie.
Yah, sedari tadi aku berbicara mengenai ketidak sukaanku pada June.
"Yak! Ini demi kebikanmu. Biarkan aku mengulangnya agar kau ingat.", kataku.
"Aniya! Aku tak ingin dengar.", katanya, lalu mendudukan tubuhnya di sofa ruang santai.
"Lagi pula, June sudah memiliki kekasih. Jadi, sudah jelas kau tak bisa bersamanya.", kataku, sambil ikut duduk di sebelahnya.
"Hem, bahkan seseorang yang kusukai sedang tak memiliki kekasih. Tapi, aku tetap tak bisa bersamanya. Sampai kapanpun, aku tak akan pernah bisa memilikinya.", kata Jennie tiba - tiba.
Sepertinya dia tak sadar dengan apa yang dia ucapkan.
"Oh, begitukah? Jadi lelaki yang kau sukai itu bukan June? Lalu, kira - kira siapa lelaki yang kau maksud itu? Beritau aku!", perintahku.
Jenniepun langsung menatapku terkejut sambil menggelengkan kepalanya.
"Aniya! Aku hanya bercanda. Aku pada June oppa itu hanya bercanda. Dan aku yakin June Oppa juga bercanda. Dia seperti itu agar kau marah padanya, karena kau tak setuju aku bersama June oppa.", kata Jennie.
"Aku selalu ingat pesanmu, oppa. Kau melarangku memiliki kekasih sebelum kelas 3.", lanjutnya.
"Aigoo, adikku sangat menurut eoh?", kataku sambil mengacak - acak rambut Jennie.
"Yak! Jangan lagi!", teriaknya.
Ais, aku gemas.
Aku rindu memiliki kekasih."Tapi, aku yakin bahwa kau sudah memiliki seseorang yang kau suka. Apakah kalian sedang dalam masa pendekatan?", tanyaku.
Yah karena aku yakin Jennie tadi keceplosan.
Aku jadi penasaran siapa lelaki yang Jennie maksud tadi, yang pasti lelaki itu sedang tak memiliki kekasih."Tak ada. Sudah kubilang, aku hanya bercanda tadi. Aku tak sedang menyukai siapa - siapa.", kata Jennie.
Tapi aku akan terus memancingnya.
"Apa dia seniormu? Teman seangkatan? Atau dia junior kita?", tanyaku yang sangat penasaran.
Tapi saat aku menyebut kata senior, Jennie sedikit terkejut.
"Oppa, berhentilah bertanya!", perintahnya.
Aku tak akan membahas yang lain, karena aku masih penasaran.
Apalagi dengan kata 'sampai kapanpun'.Memang apa alasannya mereka tak bisa bersama sampai kapanpun?
Apa alasan jennie tadi menangis itu karena masalah ini?
Apa Jennie menyukai salah satu temanku?"Beritau aku dulu, maka aku akan berhenti.", kataku.
"Tak ada yang harus keberitaukan padamu, karena aku tak pernah menyimpan rahasia apapun darimu.", kata Jennie.
"Cih, baiklah. Untuk sekarang, kau boleh menutupinya. Tapi suatu saat, kau harus memberitaukanku. Kau harus ingat, bahwa aku disini mengantikan posisi appa walau sementar. Jadi, aku harus tau lelaki seperti apa yang mendekatimu dan gadis mana yang Haru sukai.", kataku.
"Ne, appa. Percayalah, aku sedang tak dekat dengan siapapun sekarang.", kata Jennie.
"Jangan seperti Ella!", kataku malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Destiny
FanfictionTak ada satupun manusia yang mengetahui takdir hidupnya , termasuk tentang jodoh. Kim Hanbin dan Kim Jennie, seperti apakah takdir mereka yang sebenarnya? Sudah sejak lama, mereka ditakdirkan menjadi adik dan kakak. Tapi, apa memang itu takdir merek...