Jennie POV
Sebenarnya aku tak benar - benar pergi ke toilet. Aku pergi ke rooftop. Ini pertama kalinya aku ke sini, aku pikir tempat ini cocok untukku yang ingin menenangkan diri.
"Aku akan membolos setengah hari.", kataku sambil menutup pintu.
Saat aku berbalik, aku dikejutkan oleh seorang laki - laki yang sangat tampan.
"Siapa kau?", tanyaku.
"Seharusnya aku yang bertanya. Siapa kau? Mengapa kau datang ke sini? Ini tempatku.", katanya.
"Mwo? Tempatmu? Ini termasuk bagian dari sekolah. Dan sekolah ini bukan milikmu.", kataku.
"Sekolah ini memang bukan milikku. Tapi, aku yang menguasai tempat ini.", katanya.
"Bagaimana bisa?", tanyaku sambil pergi mencari tempat yang bisa kujadikan tempat untuk duduk.
"Tentu saja bisa. Aku yang pertama kali datang ke sini dan selama ini tak ada siswa atau siswi yang datang ke sini selain aku dan seseorang.", katanya sambil mengikutiku.
"Ah, begitu? Baiklah. Aku akan mengakui kalau tempat ini adalah milikmu. Kau penguasanya. Tapi, bisakah kali ini kau pergi? Aku ingin meminjam tempatmu sebentar.", kataku.
"Mwo? Yak! Aku tak suka berbagi. Cepatlah pergi, kau bisa gunakan kamar mandi atau ruang kesehatan jika kau ingin sendiri.", katanya.
"Aniya, aku ingin di sini. Hanya sekali saja, eoh? Kumohon.", rengekku sambil memegangi lengannya.
"Baiklah, hanya hari ini. Tapi, lepas tanganmu itu. Apa kau ini gadis penggoda? Kau tak mengenalku bukan? Mengapa kau menyentuhku.", katanya.
Aigoo, apa katanya? Gadis penggoda? Dasar lelaki sialan.
"Aku ini gadis baik - baik. Tadi itu refleks.", kataku.
Tapi, tiba - tiba lelaki itu malah mendekatiku.
"Apa kau baru saja menangis?", tanyanya sambil mengusap kedua pipiku yang basah karena air mata.
"Yak! Jangan macam - macam.", teriakku sambil mendorong tubuhnya.
"Jadi, kau berniat ingin menenangkan diri?", tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Hem.", dehemku.
"Baiklah, aku akan ke sana. Kau bisa menenangkan dirimu di sini.", katanya sambil menunjuk ke arah sebelah kanan.
"Jangan terlalu ke pinggir, kau bisa jatuh.", lanjutnya.
"Yak! Aku tau. Bahkan anak kecilpun tau.", kataku kesal.
Tapi,dia malah tersenyum lalu berbalik untuk meninggalkanku.
"Yak! Aku belum tau namamu dan kelasmu!", teriakku.
"Jung jaewon, kelas 12-3.", teriaknya sambil terus berjalan.
"Mwo? Seonbaeku? 12-3? Jadi, dia tak sekelas dengan Hanbin oppa?", tanyaku pada diri sendiri.
Jennie POV End
Hanbin POV
Saat pulang sekolah, salah satu teman Jennie memberikanku tas milik Jennie.
"Memangnya Jennie kemana?", tanyaku pada teman Jennie itu.
"Aku tak tau, seonbae. Dia keluar kelas dari jam istirahat dan tak kembali ke kelas.", katanya lalu pergi begitu saja.
Aku melirik kearah Hayi.
"Tadi dia memang bersamaku, tapi dia bilang akan ke toilet dan jika sudah bel masuk aku disuruh meninggalkannya. Niatnya aku ingin menunggunya, tapi ada sonsengnim yang menyuruhku masuk ke kelas. Jadi, aku meninggalkannya. Aku tak tau jika akhirnya dia tak kembali ke kelasnya.", kata Hayi menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Destiny
FanfictionTak ada satupun manusia yang mengetahui takdir hidupnya , termasuk tentang jodoh. Kim Hanbin dan Kim Jennie, seperti apakah takdir mereka yang sebenarnya? Sudah sejak lama, mereka ditakdirkan menjadi adik dan kakak. Tapi, apa memang itu takdir merek...