O3.

705 46 15
                                    

    Kami akhirnya sampai dirumah tante. Rumahnya tidak bertingkat, namun cukup luas. Baguslah, aku kesusahan jika ada tangga.

    "Yan, kamar kamu disini ya! Kamar pertama dari pintu masuk tadi." kata tante memberi arahan.

    "Kamar tante, didekat dapur. Sini biar kamu tau." lanjutnya.

    Seharian, kami melakukan house tour. Kalau terbiasa, mungkin aku bisa tanpa tongkat.

    "Dikamar kamu, udah lengkap sama kamar mandinya ya."

    Aku menganggukkan kepala.

   "Yaudah, tante masuk ke kamar dulu. Kalau ada apa-apa ketuk pintu kamar tante." kemudian tante pergi.

    Aku mencoba berkeliling rumah tante pelan-pelan tanpa tongkat. Ini sama susahnya dengan matematika!

   "Ruang tamu,"

   "Kamar,"

   "Dapur,"

   "Kamar tante,"

    Aku berkeliling lebih dari sepuluh kali. Memang melelahkan, namun hari ini aku sudah hafal bagian-bagian di dapur.

    Seperti tante sedang mengintipku dari kamarnya, yang pintu terbuka sedikit. Dia tertawa pelan, ku rasa dia mengawasiku dari tadi.

    "Kenapa?" ucapku tiba-tiba,
    "Tante butuh sesuatu?" tanyaku lagi.

    "E-eh tidak. Kok bisa tau sih, Yan?" tante kemudian menutup pintu kamarnya.

    Yang tadi posisiku menyampingi kamar tante. Kini aku memunggungi kamar tante. Entahlah, aku kurang nyaman. Aku juga merasa, indraku menjadi lebih peka dari sebelumnya.

    Aku berjalan masuk kekamarku, dan berbaring. Hmm, aku lupa menanyakan apa warna cat dinding kamar ini, aku masih belum ada bayangan untuk kamar ini.

    "Lampunya, seperti mati." ucapku pelan.

    Minggu depan aku akan mulai sekolah, bertemu dengan guru baru, teman baru, dan menjadi Brian yang baru. Entahlah, aku ingin Brian yang baru di tahun ini.

    Pelan-pelan mataku tertutup, dan aku merasa pergi ke dunia yang terang. Bukan mati, hanya tertidur dan menuju mimpi.


• • •

  
    "Briand! Sudah selesai?!" teriakkan tante terdengar dari luar.

    Aku cepat-cepat keluar, tentu saja sudah menggunakan seragamku dan kaca mata hitam, kurasa keren menggunakannya.

    "Apa-apaan ini?" ucap tante, menyentil kaca mata hitamku

    "Ini style, tante mana tau," ledekku,
    "Ayo tante! Nanti kita telat!"

    Aku berjalan mendahului tante, dan masuk ke dalam mobil. Mobilnya tidak terkunci.

    Tak lama tante juga masuk kedalam mobil, lalu mesinnya dinyalakan.

    "Bagaimana perasaanmu di hari pertama?" tanya tante.

    "Perasaanku?" aku menoleh ke arah tante,
    "Biasa aja, ini cuma kesekolah." jawabku.

    Kemudian aku menghadap depan kembali, menyandarkan punggungku ini. Sudah terlihat seperti orang yang tidak buta, bukan?

BUTA ((hiatus)) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang