O4.

616 42 18
                                    

    Rayhan menepuk-nepuk pundakku. Dia sedikit terkekeh, entah apa yang lucu mungkin dia sudah paham maksudku.

    "Udah jadi tradisi kali." ucapnya.

    "Nanti mereka mendekatkan diri ke kamu setelah pelajaran,"

    "Disaat yang sama sebenarnya mereka ngga benar-benar suka sama kamu." lanjut Rayhan.

    Aku dan Rayhan, berbicara mengenai teman-teman kelas, yang tadi berbisik mengenai diriku.

    "Cerdik sekali, ya." aku kembali fokus mendengarkan guru.

    "Makanya, bersikap yang baik. Jangan buat masalah, mereka nanti tulus menyukaimu."

    Aku hanya menganggukan kepalaku.

    "Aku ngga kaya mereka, tenang aja." ucap Rayhan.

    "Gimana kalau ngga percaya?" tanyaku.

    "Terserah, yang pasti Brian sangat membutuhkan Rayhan selama disini."

    Cara bicaranya tiba-tiba dibuat 'imut' aku menoleh padanya.

    "Mual aku ngeliat wajahmu." balas ku, kemudian kembali fokus mendengarkan guru.

    "Hah?!" Rayhan terdengar kaget.

    "Bercanda."

   
   • • •

    Benar saja apa kata Rayhan, bangku yang ku duduki dipenuhi mereka. Hanya berkumpul untuk basa-basi di jam istirahat, benar-benar memakan waktu yang cukup lama.

    "Teman-temanku, ini jam istirahat. Pasti Brian kelaparan, kalian juga pergi makan sana." Rayhan sukses membubarkan teman-teman sekelas.

    "Akh- aku kehabisan oksigen!"

    "Brian, ternyata kamu alay." Rayhan kemudian duduk di depanku.

    "20 menit dikerumuni orang-orang itu. Ngga pernah berada di tempat gelap dan pengap? Seperti itulah rasanya!" jelasku panjang lebar.

    "Walau sudah tidak dikerumuni kau masih berada di tempat gelap. Aku jadi kamu masih sesak nafas sih." balas Rayhan.

     "Itu pembullyan, lapor guru nih." aku beranjak bangun.

     Rayhan menarik nafas berat,
    "Sialan,"

    "Kamu juga mengumpat padaku?!" gerutuku kembali.

    "Kamu membuatku cringe!" kata Rayhan. Cara bicaranya dibuat-buat kembali,
    "Duduk, aku bawa cilok."

    Aku kembali duduk, dan memakan cilok pemberian Rayhan. Dia cukup perhatian, mungkin karena dia ketua kelas?

    Menghabiskan waktu istirahat di kelas ternyata tidak terlalu buruk. Dulu aku terbiasa menghabiskan waktu di belakang sekolah saat istirahat.

    "Ada niatan join osis ngga?" tanya Rayhan memecah keheningan.

    "Untuk apa?" tanyaku,
    "Hidup udah susah, ngga perlu ditambah susah lagi."

     "Siapa tau Brian berminat." Rayhan hanya tertawa.

     "Pasti kamu anggota osis." tebak ku.

     "Ya, ketua osis."

     Aku tersedak cilok yang sudah kugigit setengahnya. Aku punya riwayat hidup yang tidak baik dengan ketua osis dulu.

   Berharap Rayhan tidak memiliki sifat yang sama dengan ketua osis di sekolahku sebelumnya.

    "Hati-hati kalau makan." kata Rayhan.

BUTA ((hiatus)) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang