O7.

470 31 4
                                    

     Tujuanku ke perpustakaan jadi terlupakan karena Nathan yang terus mengajaku berbicara. Aku memutuskan untuk meladeninya.

    "Suka sama Namika ya?" tanyaku, karena Nathan dari tadi membahas Namika terus.

    "Pernah," jawabnya sedikit ragu.

    "Seriusan?!" Aku cukup kaget saat itu.

    "Tapi ditolak, ya gitu deh."

    "Cerita dikit lah soal Namika." kataku yang mulai masuk ke topik pembicaraan.

    "Dia lumayan deket sama adekku, Fahri. Jadi gimana ya, agak iri aja."

    "Kelas berapa si Fahri?"

    "10, Ipa juga."

    "Pinter dong berarti."

    Nathan hanya diam, sepertinya dia sungkan untuk mengakui kepintaran adiknya.

    "Namika itu, sedikit beda dari kita,"
    "Dia, sebenernya ngga normal."

    "Hah?"

    Aku sedikit tidak paham maksud dari Nathan.

    "Ga tau deh, pokoknya ngga normal." ucap Nathan lesu.

     "Tapi dia pinter banget! Waktu kelas 10 aja dia dapet juara umum."

     Aku tak percaya orang seperti itu. Tapi aku juga belum terlalu kenal, jangan pandang buku dari sampulnya kalau kata orang.

    "Fasih banyak bahasa juga!" tambah Nathan.

    "Pacar idaman banget ngga tuh?!"

    Padahal tadi dia bilang jangan terlalu dekat dengan 'Namika', tapi ternyata dia pernah dekat dengan perempuan itu.

    Bahkan sepertinya Nathan sangat mengetahui perempuan itu. Laki-laki labil.

    "Ya, dia cuma ga pinter bergaul aja."

    Aku hanya mendengarkan Nathan yang bercerita mengenai Namika dengan semangat, ya dia terdengar semangat sekali.

    "Temenin makan yuk!" ajak Nathan setelah selesai bercerita.

    "Dih,"

    "Aku yang traktir deh!"

    "Yaudah, iya." aku merapikan barang-barang ku.

    Nathan mengajakku ke kantin, ya sambil berjalan dia juga berbicara banyak tentang 'Namika'.

    Nathan sangat tergila-gila dengan Namika.

    "Terus, sekarang masih suka?" aku menyela cerita Nathan.

    "Cuma sekedar kagum aja sekarang."

    Aku hanya ber oh saja mendengar jawabannya.

    "Mau makan apa?" tanya Nathan.

    "Minuman aja dah, es buah satu."

    "Oh, ok."

    Tak lama, setelah Nathan memesan, makanan dan es buah yang Nathan pesan akhirnya datang.

    "Makasih, mbak!"

    "Makasih,"

    Nathan memesan nasi goreng, dia memakannya dengan lahap. Kami tidak berbicara sama sekali, selagi Nathan masih makan.

    "Btw Namika kalau ngga salah dia itu,"
     "Hmm apa sih namanya," dia berbicara sambil mengunyah.

    Tiba-tiba saja dia berbicara mengenai Namika kembali.

BUTA ((hiatus)) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang