12

341 22 5
                                    

*Brian POV*

Aku sedang duduk dipinggir lapangan sambil mendengarkan lagu, mengahalangi suara-suara lain masuk ke ke kepalaku.

"Oi! Denger lagu apaan sih. Kalem betul!" kata Nathan tiba-tiba menarik headsetku.

🎶"Kenapa hatiku cenat-cenut tiap ada kamu, Selalu peluh pun menetes setiap dekat kamu"🎶

"Lagu jaman kapan nih? Masih suka beginian? Ckckckck" Nathan memberikan kembali headsetnya.

Jelas dia menolak untuk lanjut mendengarkannya. Sepertinya selera kami berbeda.

"Lagu ini mencerminkan perasaanku hari ini, Nat."

"Hah?!"

"Bau, Nat."

"Dih, lagi suka sama seseorang ya?" tanya Nathan akhirnya peka.

Aku hanya diam.

"Orang nanya, dijawab!" Nathan menyenggolku.

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Lalu pergi meninggalkannya. Nathan bukan orang yang tepat untuk tempatku mencurahkan isi hatiku.

Aku pergi menuju kelas Fahri, dan tentu saja bertemu dengan Vana. Dia yang menyapa duluan.

"Kak Briand!" panggil Vana.

"Hai!"

"Ngapain, Kak?!"

"Nyari Fahri, ada ngga dia?" tanyaku.

"Ada! Tunggu ya!"

Aku menunggu, tak lama Fahri datang ditemani Vana. Vana memiliki keingintahuan yang tinggi jadi agak susah menyuruhnya untuk kembali ke kelas.

"Vana balik gih, ini urusan cowo." Aku berusah menyuruhnya pergi.

"Iih, gapapa!"

"Van, balik." kata Fahri sedikit tegas. Anehnya Vana langsung menurutinya.

"Hm, gitu caranya." kata Fahri sambil membenarkan rambutnya.

Aku hanya menggelengkan kepalaku, kakak adik sama saja ternyata. Lalu aku mengajak Fahri ke kantin, tentu saja aku yang traktir kalau tak begitu mana mau dia.

"Namika selama disini, pernah deket sama cowo ga?" tanyaku.

"Pernah. Sama bang Nathan contohnya."

"Oiya lupa." Aku benar-benar lupa kalau Nathan pernah menyukai Namika.

Apakah dia akan cemburu kalau aku menyukai Namika?

"Suka sama Namika ya?" tanya Fahri tiba-tiba.

"Engga kok, engga."

"Keliatan kok kalau suka sama kak Namika."

"Aku bisa jelasin, Ri. Semuanya ngga seperti yang kamu pikirkan!"

"Bodo amat, ketularan Nathan ini pasti."

"Yaudah, terus cara nembaknya gimana ya?" tanyaku.

"Ngegas banget, pendekatan dulu kali."

"Udah deket kok."

"Yaudah biar tambah deket, mau belajar bareng doi ah."

"Beda jurusan jugaan, mau belajar apa?!"

"Belajar mencintainya dengan sepenuh hati." Aku pergi meninggalkan Fahri.

Tentu saja aku tidak jadi meneraktirnya di kantin, aku langsung pergi ke kelas Namika.

"Gila." umpat Fahri pelan, yang terdengar.

***

"Namikanya ada?"

BUTA ((hiatus)) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang