Chapter 1: It's Begin

1.1K 119 18
                                    

Madness

'Aku senang sekali... karena hari ini aku dan Karma melakukan barbeque di halaman belakang rumah. Rasa daging memang sangat enak, itu sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Tapi ada hal lainnya yang lebih enak dibanding daging yang kami bakar bersama. Yaitu, rasa ciuman Karma yang dia lakukan di pesta barbeque tadi. Kurasa kami semakin mesra setiap harinya, aku senang.'

Kau selesai menulis dibuku harianmu. Kau mendengus puas sambil terus merekahkan senyuman lebar. Wajahmu panas mengingat kembali pesta Barbeque siang tadi. Dalam diam, kau mengusap bibirmu. Sensasi ciuman yang kau tuliskan di buku harianmu tadi masih sangat membekas di pikiranmu. "Kenapa kamu tersenyum seperti itu, (name)?" suara tersebut menyadarkanmu dari lamunan indah. Kau sigap menoleh ke sumber suara dan segera menggeleng sedikit panik "Tidak apa-apa. Aku hanya ingin tersenyum." Bohongmu sangat terlihat jelas di mata Karma.

Karma di sana sedang berdiri di depan pintu kamar mandidan mengenakan jubah mandi. Rambut Karma sedikit basah begitu juga sebagian tubuhnya yang terekspor. Dengan pencahayaan yang remang ini, Karma jadi lebih terlihat seksi dimatamu. Tanpa sadar kau pun sudah meneguk ludah susah payah. Apalagi bagian dada Karma yang bidang terlihat sangat jelas membuatmu salah fokus. Matamu berputar tak karuan, mencoba tidak melihat Karma yang tidak baik untuk jantungmu saat ini.

Melihat tingkahmu, membuat Karma mendengus diam. Ia tertawa tanpa suara. "Kau tidak mandi?" Tanya Karma.

Kau mengangguk gugup, "Ahhh, benar... aku harus mandi! Ahahaha, kalau begitu... aku pakai kamar mandinyaaa." Dengan gerakan sangat cepat kau mengambil handuk dari lemari dan berlari ke dalam kamar mandi sambil menutupi wajah merahmu dari Karma. Karma di sana tertawa puas melihat reaksimu. Kalian benar-benar pasangan serasi yang mesra.

.

.

Chapter 1: It's Begin

.

.

Kau baru saja selesai mandi. Tidak seperti Karma, kau langsung mengenakan piyama keluarnya dari kamar mandi. Seperti biasa piyamamu sangat tertutup dan kekanak-kanakan. Kau mengusap rambutmu yang basah dengan handuk lembut sambil berjalan mendekati ranjang lantas duduk di sisinya. Di sana sudah terdapat Karma yang sudah berganti pakaian menjadi kaos polos biasa sedang bersandar nyaman di kepala ranjang sambil menyelimuti setengah badannya. Ia yang tadinya sedang membaca buku kini mengalihkan perhatianya padamu. "Mau kukeringkan?" tawar Karma. Kau tersenyum malu dan mengangguk pelan. "Kalau begitu kemarilah. Duduk di sini." Karma memperbaiki posisi duduknya dan menyuruhmu untuk duduk di pangkuannya.

Kau merangkak menaiki kasur dan menuruti suruhan Karma. Kini kau duduk di atas pangkuan Karma dan menghadap kepadanya. Matamu dan Karma saling beradu beberapa saat sebelum Karma menggerakan tangannya untuk mengeringkan rambutnya dengan handuk. "Kau selalu wangi, (name)... wangimu seperti bayi." Ujar Karma.

"Seperti bayi? Benarkah?" Kau merespon dengan sangat polos. Kau pun mengendusi baumu sendiri untuk memastikan. Sekali lagi Karma merasa gemas dengan tingkahmu. Tanpa aba-aba, Karma menarik handukmu dan dengan kilat menyerang bibirmu dengan ciuman sekilas. Kau sukses dibuat melongo karenanya. Dapat kau lihat Karma tersenyum sangat puas setelah berhasil mencuri ciuman darimu. "Apa... yang kau lakukan..?" tanyamu dengan wajah yang tampak membeku. Karma terus menerus memasang cengirannya. Ia sangat suka melihat setiap reaksimu.

Karma bergerak melingkarkan tangannya di sekujur pinggangmu dan membawamu semakin dekat dengannya. Kini kau menempel di dada Karma sambil matamu terus fokus pada manik kembar Karma. Dapat Karma rasakan jantungmu kini berdebar-debar tak karuan. Karma pun mengubah senyumannya menjadi seringai penuh niat menggoda. Di tengah debaranmu, Karma memajukan wajahnya padamu dan perlahan mengecupi bibirmu. Kau memejamkan mata untuk menahan rasa gugupmu. Kau membiarkan Karma bermain dengan bibirmu. Melumat dan menghisapnya. Kau pun tak bisa menolak dan memilih untuk menikmatinya meskipun jantungmu hampir meledak. Di tengah ciuman panas itu, tangan nakal Karma mulai meraba-raba tubuhmu. Pertama hanya meraba diluar kain. Tapi semakin lama tangan Karma masuk ke dalam bajumu.

MADNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang