"Chimon..!" Suara seseorang memanggilku dari luar kamar. Aku sudah tak asing dengan suara tersebut. Ya, dia Maeku. Dan segera saja aku bergegas keluar untuk menemui Mae. Kuraih gagang pintu dan membukanya. Terlihatlah Mae sedang berdiri di depan pintu.
"Ya mae...! Ada apa malam-malam begini memanggilku?"
"Ayahmu ingin berbicara padamu. Dia menyuruhku memanggilmu. Dan sekarang turunlah temui ayahmu...!"
"Baik Mae...!"
Sesegera mungkin aku turun menapaki anak tangga tak ingin ayahku menunggu lama. Setibanya di ruang keluarga, aku langsung berdiri disamping sofa yang ayah duduki. Hatiku dagdigdug tidak karuan saat ini. Aku mulai bertanya pada diriku sendiri apa yang akan terjadi karna tidak biasanya ayahku memanggilku seperti ini. Biasanya kalau memang ayah ingin bicara, ayah langsung menemuiku kekamarku.
"Ayah... ayah memanggil Chimon?" Tanyaku dengan perasaan sedikit takut
"Oh kemarilah nak, duduk disamping ayah. Ayah ingin menyampaikan sesuatu untukmu."
"Baik yah...!" Aku langsung mendudukkan diriku di samping ayah
"Chimon...!" Ucap ayah sembari menepuk pundakku dan membiarkan tangannya bertengger disana. "Berapa usiamu sekarang...?"
"Sembilan belas tahun yah...! Jawabku masih sedikit bingung kenapa ayah menanyakan usiaku padahal dia pasti sudah tau usiaku secara aku ini kan anaknya.
"Setelah ini kamu juga akan masuk universitas kan...?
"Iya yah...!" Jawabku masih tetap bingung
"Ayah punya seorang sahabat dari kecil. Dia tinggal di chiangmai. Dulu ayah pernah berjanji dengannya untuk menjodohkan anak Ayah dengan anak sahabat ayah itu..."
"Lalu apakah ayah akan menjodohkan anak sahabat ayah denganku?" Tanyaku yang mulai mengerti arah pembicaraan ayah karna aku adalah anak tunggal ayah dan mae.
"Iya nak...!" Betapa terkejutnya aku mendengar ucapan ayah barusan.
"Tapi ayah, aku masih ingin kuliah. Aku juga masih ingin bermain dengan teman temanku. Dan lagipula aku sudah mempunyai seseorang yang dekat denganku saat ini."
"Ayah tidak keberatan kau melanjutkan kuliahmu. Lagi pula orang yang akan ayah jodohkan denganmu tidak mempermasalahkan itu. Dia mau menunggumu sampai kau lulus kuliah."
"Tapi ayah aku sudah mempunyai kekasih. Aku tudak mungkin meninggalkannya ayah. Lagipula aku tidak tau bagaimana orang yang akan di jodohkan denganku itu."
"Siapa kekasihmu itu...?"
"Dia... dia kak Pluem yah. Kakaknya Nanon." Jawabku agak ragu takut ayah marah padaku.
"Nanon teman sekolahmu itu?"
"Iya yah...!" Jawabku tertunduk tidak berani menatap ayah.
"Nak...!" Ayah mengelus bahuku. "Selama ini ayah selalu mengikuti kemauanmu. Ayah tidak pernah meminta apapun darimu. Tapi untuk yang satu ini, ijinkan ayah memintanya darimu."
"La.. lalu apa yang ayah ingin Chimon lakukan...?"
"Ayah ingin kau menerima perjodohan ini. Yakinlah ayah hanya ingin yang terbaik untukmu chimon. Tidak ada orang tua yang tidak ingin anaknya bahagia...!" Ucap ayah sembari menepuk bahuku
"Chimon tidak tahu dan tidak pernah mengenal orang yang akan ayah jodohkan dengan Chimon yah. Chimon juga tidak tau dia itu seperti apa dan bagaimana sifatnya. Chimon tidak bisa menjawabnya sekarang yah. Setidaknya beri waktu Chimon untuk memikirkannya." Jawabku dengan mata yang mulai berkaca kaca.dan seulas senyuman muncul di wajah ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Untuk Pluem
Short StoryHOMOPHOBIC HARAP MINGGIR!! Hanya cerita tentang dilema seorang Chimon. Tulisan pertama. Belajar. Amatir. Amburadul