Chimon menghela napasnya sembari memainkan benda persegi di tangannya. Duduk sendirian di taman biasa dia bertemu kekasihnya. Taman yang memang sudah tidak begitu terurus namun masih ada saja sedikit orang mengunjungi. Satu jam bukanlah waktu yang sebentar untuk Chimon menunggu. Apalagi kini dirinya sedang dipenuhi dengan rasa rindu yang teramat sangat. Pasalnya sudah dua minggu dia tak bertemu Pluem.
Chimon mengecek ponselnya lagi. Mencoba menghubungi kekasihnya. Entah sudah ke berapa kalinya Chimon menghubunginya namun tidak ada jawaban di seberang.
Merasa mulai bosan, Chimon memutuskan untuk pulang. Mungkin si empunya janji sudah lupa dengan janjinya untuk bertemu di sini. Saat Chimon berdiri untuk meninggalkan bangku yang barusan didudukinya, sebuah tangan menarik pergelangan tangannya.
"Mau ke mana?" Tanya seseorang yang tak asing bagi Chimon.
"Kak Pluem?" Chimon menghambur memeluk kekasihnya. "Aku kira kakak gak akan datang. Aku sangat meridukan kakak."
"Maaf kakak telat."
"Kakak darimana saja, kenapa telat? Mon nyoba hubungin kak Pluem berkali-kali tapi gak diangkat, Mon khawatir takut kakak kenapa-napa. Mon kangen sama ka.." ucapan Chimon terhenti saat sebuah telunjuk mendarat di bibirnya.
"Ini untukmu, bawel." Pluem memberikan sebuah kotak kecil berwarna merah maron dihiasi pita yang mengikatnya dengan indah.
"Apa ini kak?"
"Buka saja!" Chimon mulai membuka kotak kecil pemberian Pluem. Saat benda itu terbuka sontak membuat Chimon terdiam. Chimon termenung.
"Kenapa Mon? Chimon gak suka hadiahnya?"
"Eh.. su.. suka kak. Kenapa kakak beli cincin couple kayak gini?"
"Kakak menyukainya jadi kakak membelinya." Ucap Pluem sembari mengambil salah satu cincin di kotak kecil itu." Kemarikan tanganmu."
Chimon mengulurkan tangannya. Untung saja Chimon tidak lupa tadi melepas cincin pertunangannya dan meninggalkannya dirumah. Pluem mulai memasangkan cincin itu ke jari manis Chimon.
"Sekarang gantian Chimon yang masangin ke jari kakak." Perintah Pluem. Chimon mengambil cincin dan memasangkan ke jari manis Pluem.
Pluem tersenyum dengan tatapan melemahkannya ke arah Chimon. Dada Chimon mulai terasa sesak. Tatapan yang sangat indah namun tidak lama lagi akan terluka melihatnya bersanding dengan orang lain. Senyuman yang hangat namun tak lama lagi mungkin akan menjadi dingin untuknya.
"Chimon..!" Teguran Pluem mengagetkan Chimon. "Kamu kenapa?"
"Eh eng.. enggak kok kak mon cuma ngelamun mikirin tugas-tugas kuliah mon."
"Mau ke apartemen kakak?. Kakak lihat akhir-akhir ini mon gak ceria seperti biasanya. Kalau ada apa-apa cerita aja ke kakak. Siapa tau kakak bisa bantu mon."
"Nggak kak. Gak ada apa-apa. Kakak jangan khawatir. Mon baik-baik aja kok. Seperti yang mon bilang tadi, mon cuma sedikit pusing sama tugas-tugas yang numpuk."
"Ya udah ayo kita ke apartemen." Ajak Pluem dan dibalas anggukan oleh Chimon.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Ayo masuk." Pluem membuka pintu dan menarik tangan Chimon masuk kedalam apartemennya. Chimon langsung berjalan menuju kamar Pluem. Di bukanya pintu kamar dan berjalan ke arah ranjang. Merebahkan dirinya di sisi kiri ranjang. Sementara Pluem menyusul dengan membawa dua buah minuman dingin. Diletakkannya minuman tersebut di nakas samping ranjangnya.
Pluem merebahkan dirinya disamping Chimon. Merengkuh tubuh Chimon dan meletakkan kepalanya ke ceruk leher Chimon.
"Kak Pluem. Apa yang kakak lakukan?" Tanya Chimon yang terkejut karna selama ini Pluem tidak pernah bertingkah seperti ini. Biasanya kalaupun tiduran di ranjang , mereka hanya sebatas tiduran. Tidak lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Untuk Pluem
Short StoryHOMOPHOBIC HARAP MINGGIR!! Hanya cerita tentang dilema seorang Chimon. Tulisan pertama. Belajar. Amatir. Amburadul