Hancur sudah perasaan Chimon. Seminggu sudah dia tinggal di Apartemen Nanon. Pergi dari rumah setelah pertengkaran dengan ayahnya. Seminggu sudah Chimon hanya mendekam di Apartemen Nanon Dan seminggu pula sibuk menangisi masalahnya.
"Mon..!" Suara Nanon menginterupsinya."Sampai kapan kamu mau seperti ini. Duduk dan menangis nggak akan nyelesain masalah kamu."
"Entahlah Non. Aku bingung harus gimana. Kalau aku jujur sama kak Pluem pasti dia akan kecewa dan bakalan jaga jarak dari aku. Aku gak siap ditinggalin dia secepat ini."
"Kalau menurutku mon. Lebih baik kamu jujur dari sekarang daripada kamu ngasih tau dia saat hari pernikahanmu tiba. Itu lebih menyakitkan. Lebih baik kakak tau sekarang biar dia gak begitu terluka saat melihat kamu sama orang lain saat pernikahanmu nanti."
"Aku gak berharap pernikahan ini terjadi Non. Aku hanya ingin kak Pluem karna semua rasa yang aku miliki ini cuma untuk dia. Untuk apa aku nikahin orang yang jangankan tahu rupanya, bahkan namanya pun aku gak tau." Ucap chimon yang mulai meneteskan air mata.
"Aku ngerti memang ini gak mudah buat kamu. Tapi kamu juga harus bijak mon. Fikirkan orang tua kamu. Mereka ngelakuin perjodohan ini pasti karna ingin kamu bahagia. Dan kamu jangan egois. Kalau kamu lari seperti ini pasti mereka malah ngira kak Pluem gak baik buat kamu. Dan mungkin mereka juga akan nuduh kak Pluem udah racunin fikiran kamu. Padahal kakak nggak tahu apa-apa."
"Aku kecewa Non sama ayah. Ayah bilang kalau keluarga jodohku mau nunggu aku sampai selesai kuliah. Tapi kenyataannya sekarang, baru setahun aku kuliah mereka udah nentuin tanggal pernikahan." Chimon menangis sesenggukan. "Dan bisa kamu lihat cincin ini Non. Aku gak ngerti pertunangan macam apa ini. Memakai cincin pertunangan yang memakaikannya saja harus diwakilkan orang lain."
Flashback on
"Chimon, ayo turun nak. Semua sudah menunggumu. Kenapa kamu masih malas-malasan disini? Inikan hari pertunanganmu."
"Pertunangan macam apa ini Mae? Mon gak ngerti. Haruskah mon ngelakuin ini jika semua ini hanya didasari keterpaksaan."
"Mae tau kamu tidak menginginkan ini. Tapi setidaknya lakukanlah demi mae dan ayahmu Chimon." Bujuk Gun mengelus kepala Chimon. "Mae hanya ingin kamu bahagia nak."
"Bagaimana mae bisa berkata aku akan bahagia. Di hari pertunangan ini saja dia nggak datang. Hari yang penting untuknya saja dia tinggalkan apalagi untuk orang lain." Pekik Chimon
"Calonmu sedang sibuk mempersiapkan kelulusannya nak."
"Terserahlah mae. Biarkan saja mon gak perduli. Mon ngelakuin ini hanya demi ayah dan mae."
"Ayo kita turun. Ayah dan calon mertuamu pasti sudah menunggu." Ajak Gun
Di ruangan keluarga semuanya sudah berkumpul. Ayah,mae dan dua orang yang Chimon yakini sebagai calon mertuanya. Tidak ada orang lain termasuk tamu undangan. Mereka sepakat hanya dihadiri keluarga dua belah pihak saja. Chimon berjalan mendekat dan berdiri di samping ayahnya. Tak lupa memberikan wai pada calon mertuanya.
"Sawasdee krub."
"Chimon, ini om Tay dan ini Bibi New. Mereka adalah calon ayah dan Mae kamu." Ucap Off sembari menarik tangan Chimon untuk duduk didekatnya. Chimon hanya mengangguk dan duduk disamping Off.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Untuk Pluem
Short StoryHOMOPHOBIC HARAP MINGGIR!! Hanya cerita tentang dilema seorang Chimon. Tulisan pertama. Belajar. Amatir. Amburadul