Chapter 2

1.5K 118 5
                                    

       Aku sudah sampai di tempat biasa kak Pluem menunggu di Sebuah taman kecil dekat rumah. Mataku mulai terarah pada sebuah bangku yang telah diduduki seseorang yang memunggungiku. Aku berjalan berjinjit agar orang itu tidak menyadari kedatanganku. Sampai tepat berada di belakangnya, aku langsung menutup matanya dengan kedua tangan. Kak Pluem langsung berdiri dan berbalik kearahku.

      "Chimon, kau sudah disini?"

      "Iya kak. Kak Pluem sudah lama disini ya. Maaf Chimon baru sampai."

      " gak apa-apa kok mon. Kakak juga  gak begitu lama disini."

     "Eh ini kak Pluem mau ngajak Chimon kemana?"

     "Bagaimana kalau kita ke apartemen kakak. Lagian kakak malas ke tempat yang ramai. Kalau di apartemen kita bisa ngapain aja seperti main game atau apa gitu. Kakak kangen banget sama Chimmy."

      "Tapi kak Pluem gak bakalan macam-macam kan sama mon?" Lanjutku takut "mon gak mau kita sampai melanggar batas kak."

     "Chimon, memangnya kamu gak percaya sama kakak. Apa selama kita pacaran kakak pernah berbuat mesum padamu?" Tanya kak Pluem yang dari raut wajahnya mulai kesal. Dan memang selama kita berhubungan kak Pluem tidak pernah  berbuat tidak sopan padaku. Selebihnya hanya sebatas mencium pipi.

     "iyalah kak. Itukan kita ketemuannya di apartemen Nanon dan bertiga pula sama Nanon. Jadi jelas kakak gak bisa ngapa-ngapain mon. Lah sekarang kakak ngajak mon berduaan di apartemen kakak. jelas mon curiga lah kak." Kataku sembari menunduk tidak berani menatap kak Pluem.

      "Ya udah, ayo kita pergi. Lagian kakak gak akan berbuat macam-macam sama Chimon kecuali ketika kita udah nikah nanti."seketika itu juga rasanya seperti ada benda tajam yang menghujam jantungku.

      Kak Pluem menggandeng tanganku berjalan menuju mobilnya yang terparkir di luar taman. Dia membukakan pintu mobil dan tanpa perintah aku duduk di kursi samping kemudi. Sesaat kemudian kak Pluem masuk dan mulai mengemudikan mobilnya.

        Selama perjalanan aku hanya menatap kaca mobil. Fikiranku mulai terarah pada apa yang di ucapkan kak Pluem tadi. Bagaimana bisa kita akan menikah jika orang tuaku menjodohkan aku dengan orang lain. Rasanya semakin berat saja beban fikiranku saat ini.

🍁🍁🍁🍁🍁

      Sampai di Apartemen, aku langsung duduk di sofa depan TV sementara Kak Pluem pergi mengambil minum. Ekor mataku melihat sekeliling ruangan ini. Apartemen yang minimalis namun mewah. Terdapat foto kak Pluem di meja samping sofa.Ini baru pertama kalinya aku kesini karna sebelumnya kita hanya bertemu di Apartemen Nanon. Beberapa saat, kak Pluem menghampiriku dengan membawa nampan berisi dua gelas jus jeruk.

      "Kak Pluem..!"

      "Iya mon, kenapa?" Tanya kak Pluem sembari meletakkan jus jeruk tadi .

     "Kakak tinggal sendirian disini?"

     "Iya mon. Memangnya kenapa?" Kak Pluem balik bertanya.

      "Apa kakak nggak merasa kesepian sendirian disini. Kakak dan Nanon kan bersaudara. Kenapa gak tinggal bersama saja disini. Lagi pula kakak dan Nanon sebentar lagi satu universitas. Jadi kakak sama Nanon bisa berangkat kuliah bareng kan."

     "Nggak mon. Aku lebih suka tinggal sendiri. Nanon juga begitu. Dari awal kita pindah kesini, kita emang udah berencana tinggal di Apartemen berbeda Biar nggak mengganggu privasi masing-masing."

     "Kalo Chimon sih orangnya penakut kak. Jadi mon gak bisa kalau jauh dari Mae dan Ayah. Apalagi harus tinggal sendirian seperti kak Pluem."

       "Mon gak usah takut. Kalau kita udah nikah, kakak akan bawa mon tinggal disini. Dan kakak akan slalu jagain mon." Jawab kak Pluem dan lagi-lagi ucapannya itu seperti duri yang menusuk jantungku. Kata-kata yang manis namun sakit untuk ku dengar.

      Hari ini kita habiskan bersama dengan bermain game di kamar kak Pluem. Rasanya aku tak ingin beranjak dari hari ini. Andai bisa aku akan menghentikan waktu agar selalu berada disini bersama kak Pluem.

      Jarum jam sudah bergulir ke angka tiga. Waktu yang terasa cepat sekali berjalan bagiku. Aku beranjak bangun dari ranjang. Kulihat kak Pluem yang sedang asyik bermain ponsel sambil tiduran disampingku.

      "Kak Pluem.. sudah jam tiga. Mon harus pulang."

      "Oh sudah jam tiga sore ya?" Tanya kak Pluem. "Waktu kerasa berputar sangat cepat ya mon. Padahal kakak masih mau lama-lama bareng mon."

      "Kapan-kapan kan kita masih bisa ketemuan lagi kak." Jawabku sembari tersenyum kearah kak Pluem.

      "Iya mon. Tapi baru kali ini kita berdua seharian. Biasanya hanya sebentar saja itupun gak berdua tapi bertiga sama Nanon."

       "Emang kakak masih kangen sama mon. Kan kita udah seharian disini. Dan sekarang mon udah tau apartemen kakak. Jadi mon bisa kesini kapan saja mon mau."

       "Bagus itu, mon. Lagi pula suatu saat kamu pasti juga bakalan tinggal disini sama kakak. Tidur sama kakak, masak buat kakak dan jadi ibu buat anak-anak kakak." Lagi dan lagi kata-kata manis yang dilontarkan berhasil membuatku gelisah.

       "Ini kakak masih mau berhayal atau mau nganterin mon pulang?"

       "Oi iya. Ya udah kita turun sekarang Chimmyku sayang." Bersamaan sebuah kecupan mendarat di pipi yang seketika membuat rona kepiting rebus diwajah.


                    🍁🍁🍁🍁🍁🍁

      
       kak Pluem mengantarkanku sampai rumah. Begitu aku keluar dari mobilnya tampak kak Pluem juga ikut keluar.

      "Kakak ngapain ikut keluar segala. Emang kakak mau ikut chimon masuk."

      "Iya dong Chimmy. Kita udah lama pacaran tapi kamu gak pernah ngenalin kakak sama orang tua kamu."

        Deggg... lagi-lagi perkataannya sukses menghujam jantungku.
      
       "Mmm bukannya mon gak mau ngenalin kakak sama orang tua mon. Tapi orang tua mon jarang ada di rumah." Jawabku berbohong karna Maeku slalu ada dirumah.
   
         "Oh.. baiklah kalau gitu kakak pulang. Jaga diri mon baik-baik. Kalau ada apa-apa hubungin kakak."
   
        "Iya kak." Jawabku yang sudah hafal dengan kata-kata kak Pluem tiap mengantarkanku pulang. "Tapi kak. Bisakah kakak peluk mon sebentar saja."

       "Eh Chimon. Nggak ah kamu apa-apaan sih. Malu tau ini di tempat umum. Kalau banyak yang lihat gimana?"

       "Ya udah kalau kakak gak mau. Mon gak maksa. Mon masuk bye..!"

       Beberapa langkah menuju pintu gerbang tiba-tiba tangan kak Pluem meraih pergelangan tanganku. Dia menarik dan memelukku dengan erat. Aku hanya diam tak menolak apa yang dilakukannya. Bahkan aku sangat suka momen seperti ini.

       "Maaf Chimmy.. nih udah kakak peluk. Sekarang jangan ngambek dan cepat masuk kedalam."

       "Hmmm.. hati-hati dijalan kak."

      Kak Pluem mulai mengemudikan mobilnya menjauh. Dan lagi, rasa bahagia itu sirna seketika bersamaan dengan perginya kak Pluem dan mulai berganti dengan rasa gelisah kembali. Aku terdiam sejenak. Pandanganku tak lepas dari mobil kak Pluem yang mulai menjauh melalui arus lalu lintas. Air mata mulai jatuh membasahi pipi. Andai bisa ku putar waktu, aku tidak ingin mengenal kak Pluem kalau akhirnya aku harus memberikan rasa sakit untuknya.



AMBURADUL DAN TERIMAKASIH

Rasa Untuk PluemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang