7. Unexpected ⛅

32 9 4
                                    

•°you don't find true love, you build it together and live in it forever°•

-----------------------------------------

"Nggak mau pulang kalau kamu nggak mau cerita sama aku, Erva." ucap Navya tetap kekeh dengan keingintahuannya. Erva tahu kalau Navya sudah sangat kepo maka ia akan selalu kalah dan berakhir memberitahukan segalanya.

"Ya udah, gue kasih tau nih. Tadi pagi gue nggak sengaja diserempet sama cowok yang nggak gue kenal namanya Raynor, makanya gue jatuh dan itu juga kenapa dia dateng ke kelas waktu itu." ucap Erva menjelaskan. Navya mengangkat satu alisnya dan bertanya,

"Kamu suka sama Raynor Xaverius?"

*****

ERVA POV

Karena tidak berharap mendapatkan reaksi seperti itu dari Navya, aku sangat terkejut. "HAH?! LU PIKIR GUE UDAH GILA APA SUKA SAMA ORANG KAYAK BEGITU?!!" bentakku dengan menunjukkan raut muka tidak suka dan jijik ke arah Navya.

Sekarang aku menyesali perbuatanku barusan, mengapa aku harus membentak Navya, tetapi ternyata yang telah aku pikirkan meleset jauh dengan apa yang terjadi. Navya malah terkekeh melihat kelakuanku.

Aku yang merasa di tertawakan oleh Navya menatapnya bingung, meminta penjelasan kepada Navya.

"Nggak apa-apa, aku cuman mau ketawa aja liat reaksimu tadi," balas Navya di tengah-tengah tertawanya yang semakin menjadi-jadi.

Aku yang mulai merasa kesal menatap Navya datar lalu memalingkan wajah dan melangkah keluar kelas. Ingin sekali aku bersumpah serapah kepada Navya tetapi aku masih bisa menahan emosiku.

BRUKK

Aku merasa menabrak seseorang karena tidak melihat kemana aku berjalan, tapi aku tidak peduli, aku sedang sangat kesal."WOI KALAU JALAN ITU LIHAT PAKAI MATA!" bentakku walaupun sebenarnya aku yang salah.

"Hmm ..., yang nggak lihat jalan siapa ya? Kenapa malah gue yang lo bentak?"

Mendengar suara orang yang membalas bentakanku membuatku lebih muak lagi. Ingin sekali aku menendang tulang keringnya.

"Kalo diajak omong itu sahutin woy, masa gue merasa kayak ngomong sama patung buset," sahutnya sekali lagi.

Aku masih berusaha mengabaikannya dengan berdiam diri menatap matanya tajam. Raynor Xaverius.

"Daripada kita diem-dieman gini mending lo ikut gue ke kantin aja deh," ucap Raynor.

Lagi-lagi tanpa persetujuanku dia menarik tanganku dengan kasar menuju kantin, cowok macam apa yang kasar sama cewek ucapku dalam hati sambil memutar bola mataku malas.

Selama perjalanan ke kantin hampir seluruh murid sekolah hingga guru-guru dan karyawan juga melihat ke arah kami.

Aku merasa risih dengan tatapan-tatapan mereka, ada yang menunjukkan tatapan tidak suka, tatapan kagum, tatapan cemburu, dan tatapan- tatapan lainnya yang tidak bisa aku jelaskan.

Tapi sepertinya Raynor sudah biasa dengan tatapan-tatapan seperti itu, dia tidak mempedulikannya. Aku hanya bisa menunduk karena tidak merasa nyaman.

Akhirnya Raynor berhenti dan aku merasa kita sudah sampai di kantin. Tapi setelah aku mendongak, aku baru sadar ternyata dia membawaku ke kantin atas alias kantin yang biasanya dipakai oleh murid-murid kelas 10 dan 11.

Masih dengan pandangan bingung aku dipaksa untuk duduk di salah satu bangku kantin itu, Raynor tiba-tiba meninggalkanku sendirian dan aku diam saja di situ.

LacunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang