Maaf.
Untukmu yang takkan pernah menjadi bagian dari kisahku. Izinkan aku mendambamu dalam sepi. Melalui semuanya dalam mimpi. Mengukir setiap tawa bahkan luka lewat aksara di dasar atma.
Aku tak bisa memberikan mawar merah sebagai bukti cintaku. Namun, aku akan berusaha tetap memberikannya meski harus melukai diriku.
Apa ini cukup?
Jika belum, akan kugores sedikit lagi tanganku untuk memberikan warna merah pada kelopaknya.
Ini takkan sakit. Karena rasa sakitku hanya ada saat melihatmu tak bahagia saat di sisiku.
Maaf. Mungkin aku tak pernah pantas untukmu. Tak seharusnya rasa ini ada untukmu, karena aku juga sadar siapa diriku.
Baiklah, jika kau tak ingin menerima rasaku. Maka biarkan aku menyimpannya dalam kelam. Tenggelam hingga tak satu pun bisa menemukan.
Lupakan. Jangan pernah pedulikan rasaku meski harus hancur karena berharap padamu. Ini salahku. Salahku yang mencintaimu meski tahu bahwa ini bukan seharusnya kulalui.
Pergilah.
Katakan pada Bulan. Bahwa punuk sepertiku hanya akan mampu menatapnya dari kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Hati
Poetry"Ketika bibir bungkam seribu kata. Hanya jari yang mampu mengungkapkan semua rasa." Aku menuangkan semuanya. Tentang hati dan rasa yang pernah kau tinggal hingga ia mati secara perlahan. Goresan aksara membuatku berani mengungkapkan segalanya. Menua...