Chapter 6 : Il Hwa's Special Moment

1.8K 195 53
                                    

Il Hwa menyesap pelan teh mint dinginnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Il Hwa menyesap pelan teh mint dinginnya.

Setelah merasa lebih baik, Il Hwa meletakkan cangkir berisi teh mint-nya yang tinggal setengah di atas meja kecil. Yeoja itu lalu turun dari tempat tidur dan berjalan mendekati sebuah ruangan kecil. Setelah memutar kenop bulatnya, Il Hwa mendorong pintu metal itu -dan terpampang ruangan seluas yang tidak lebih dari seperempat luas kamarnya.

Il Hwa tersenyum simpul.

Ini kantor kecil Jung Jae -suaminya.

Il Hwa mengedarkan pandangannya. Ruangan ini kecil -kalau tidak mau dibilang sempit-, namun barang-barang dikamar ini sangat high tech -memancarkan pesona dewasa dan kesan modern dari seorang namja yang memilikinya.

Yah.

Jung Jae memang seorang militer, pasukan pembela negara, yang gagah dan selalu berteman dengan senjata -tapi bukan berarti Jung Jae tidak seperti laki-laki pada umumnya. Bagaimana pun, walau kesederhanaan adalah sesuatu yang sangat disukai Jung Jae, namun suaminya itu tetap mempunyai gengsi yang tinggi. Kalau perempuan memamerkan anting, kalung, baju mahal, dan suami yang tegap nan tampan dengan dompet tebal, maka lelaki memamerkan jas dan kemeja merek mahal, jam tangan kulit dengan harga selangit, barang-barang elektronik terbaru, dan mobil sport jutaan dollar yang sudah dimodifikasi.

Mata Il Hwa tertumbuk pada sebuah meja yang tidak terlalu tinggi. Il Hwa tersenyum. Di meja itu tertumpuk gulungan kertas panjang -namun rapi. Di meja itu, biasanya Jung Jae mencorat-coret strategi perang, atau menggambar sketsa peralatan dan perangkat militer -entah untuk apa. Kalau sudah duduk di kursi 'bos' hitamnya dan menghadap ke meja yang terbuat dari jati putih itu, Jung Jae sama sekali -dan tidak boleh- diganggu. Ia akan marah dan menggerutu kalau ada yang mengusiknya.

Pernah suatu kali, Il Hwa masuk ke kamar. Dengan sebuah cangkir kopi di tangan, Il Hwa hanya berharap Jung Jae dapat beristirahat sejenak. Suaminya tidak keluar dari kamar sama sekali selama hampir tiga jam. Satu-satunya yang Il Hwa khawatirkan hanya kalau kesehatan suaminya memburuk.

(Il Hwa's flashback on)

Il Hwa masuk ke kamar. "Jae-ah..." panggilnya lembut.

Jung Jae sedang mengacak-acak rambutnya -penat dan stress. Ketika Il Hwa masuk dan memanggilnya, Jung Jae berdiri dan langsung memeluk Il Hwa -erat dan tiba-tiba. Untung saja Il Hwa sudah meletakkan cangkirnya di atas meja, kalau tidak, pasti kopi panas itu langsung membasahi kaos Jung Jae.

Jung Jae sedikit menunduk dan membenamkan wajahnya ke dada Il Hwa. Pinggang Il Hwa yang kecil ia rengkuh sekuat mungkin. Hhh. Ia capek.

"Kenapa sayang?" Tanya Il Hwa lembut sambil mengelus rambut Jung Jae. Dan suaminya itu hanya menggumam tidak jelas sebagai jawaban.

The Military Wife ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang