Chapter 18: Worried About You

601 64 14
                                    

DORR!

DORR!

Siwon menyeringai puas melihat dua laki-laki itu roboh. Tidak heran ia dijuluki dan diberi jabatan sniper. Tembakannya mantap dan akurat. Namun detik selanjutnya ia mengerjap bingung ketika tidak melihat tubuh kecil yang ditelan asap tersebut.

Baru saja Siwon melangkahkan kakinya untuk mencari, tiba-tiba –

DORR!

DORR!

DORR!

“ARGH!”

Siwon berteriak kencang saat dua buah peluru –entah darimana– menembak paha kirinya, sementara satu peluru menembak paha kanannya. Panas dan membakar. Menjalar hingga ke telapak kakinya. Bagian yang tidak terlindungi rompi anti peluru itu mulai mengeluarkan darah. Deras, seperti keran air yang dibuka. Siwon roboh ke tanah, dengan senapannya yang tergeletak di sampingnya.

Ia berusaha menyeret tubuhnya mati-matian ke tepi jalan untuk menghadapi tembakan-tembakan yang dilontarkan oleh semua pihak. Senapannya ia tinggal begitu saja. Sudahlah, toh sudah tidak ada peluru lagi di dalam selongsongnya. Siwon berhasil duduk bersandar di sebuah bangunan yang tinggal puing dengan terengah-engah.

Dengan tubuh gemetar karena tanpa ia sadari ia sudah kehilangan banyak darah, Siwon mengambil pisau kecil di pinggangnya dan merobek ujung bajunya. Dengan cepat, Siwon membalut kencang kedua pahanya untuk menghentikan kucuran darah. Namun sepertinya itu semua sia-sia.

DHUAR!

DHUAR!

“SHOT!”

“NOOO!”

Lontaran bom dan peluru masih berterbangan di langit. Saling bersilang seperti kembang api. Bedanya, ‘kembang api’ yang ini mematikan. Mengerikan. Siwon menatapnya seraya menggerutukkan gigi. Sungguh, ia geram sekali. Dengan nafas tersengal, Siwon memutar kepalanya dan melihat ke sekeliling. Ia tidak menemukan anak buahnya satu pun. Pasti mereka berpencar ke rumah-rumah yang belum hancur untuk menemukan beberapa penduduk yang selamat –persis seperti perintah Siwon tadi. Namja itu menyeringai. Anak buahnya memang bisa dipercaya.

“Ugh!” ringis Siwon kencang. Kakinya kejang dan berdenyut keras. Adrenalinnya terpompa kencang. Darah di seluruh tubuhnya berdesir sangat cepat. Jantungnya berdentum hebat seperti ledakan bom yang terjadi di hadapannya. Asap akibat mesiu dan akibat api mulai memenuhi paru-parunya. Dan ia mulai sulit bernafas. Nafasnya tersendat.

Uh, Siwon tidak mau pingsan! Tugasnya belum selesai! Masih banyak yang harus dilakukannya! Ia tidak bisa terima dengan pekerjaannya yang baru menolong satu nyawa dan langsung pingsan!

“Yoo… na…” sahut Siwon lemah. Tenggorokannya tercekat. Sekujur tubuhnya sakit sekali. Siwon lalu mengeluarkan sebuah liontin dari seragamnya yang bercorak sama dengan Angkatan Darat Amerika –untuk menyamarkan identitasnya dan agar ia mudah berbaur dengan teman-temannya– dan membuka penutupnya. Terpampang foto dirinya dan istrinya saat mereka berlibur. Meski berukuran kecil, Siwon dapat melihat dengan jelas –betapa cantiknya Yoona dalam balutan jaket tebal dengan latar belakang menara Eiffel.

“Yoong…” panggil Siwon lagi. Dan nama istrinya adalah yang terakhir ia bisik lirih sebelum kedua matanya tertutup dan membuat dunianya gelap. Sebelum tubuhnya lemah dan menggelosor tanpa daya ke tanah. Sebelum kepalanya menghantam bumi dengan cukup keras dengan ribuan tetes keringat dingin yang mengalir di pelipisnya karena menahan sakit.

The Military Wife ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang