Sinting. Gue sekelas sama Doyoung lagi.
Sekarang waktunya pemilihan kelas. Biasanya kita mengadakan voting, tapi sekarang beda. Wali kelas gue gak tau kenapa beliau malah maunya asal nunjuk.
"Kamu yang daritadi mukanya kaya kanebo kering... Kamu jadi ketua kelas ya." Perintah wali kelas gue sambil nunjuk-nunjuk cowo itu.
Cowo itu gak ada niatan mau nolak perintah dari wali kelas, dia malah mengangguk sebagai respon.
"Nah sekarang kamu bebas milih wakil, sekretaris, dan bendaharanya."
"Sekarang banget bu?"
"Iya lah."
Waduh ngegas ya ibunya.
"Saya mau Taeyong jadi wakil, Alifah jadi sekretaris, dan Chenle jadi bendaharanya."
What the fa-fa... Gue jadi sekretaris?!
Gue mengacungkan tangan, "Maaf, saya keberatan Bu."
"Gimana ketua?" Wali kelas gue malah balik nanya ke ketua.
"Sudah fix bu."
Pengen banget gue ngatain itu cowo.. suka seenaknya sendiri.
Setelah wali kelas keluar, gue langsung menghampiri cowo itu.
"Doy, lo apa-apaan sih?"
Dia malah ngeliat gue dengan tatapan tanpa dosa, "Emang kenapa?"
"Doy, tulisan gue kan jelek.."
"Gue udah kenal lo lama dan tulisan lo gak jelek-jelek amat,"
"Tapi Doy—
"Berisik lo ah!"
•••
Sepulang sekolah, gue sama Doyoung mampir ke cafe depan sekolah. Kita— oh, lebih tepatnya gue, disuruh bantuin dia bikin denah tempat duduk dan jadwal piket.
Padahal gue bisa ngerjain di rumah sambil dengerin lagu dengan volume yang cukup keras.
Dan satu lagi, gue jadi batal ke toko buku sama calon pacar alias Taeyong. Gak, gue doang kok yang ngarep.
"Doy, gue kan bisa ngerjain di rumah?" Tanya gue yang masih gak paham sama jalan pikirannya.
"Yakin bakal dikerjain? Besok banyak tugas yang harus dikumpul sedangkan lo malah asik-asikan pacaran." Jawab Doyoung dengan nada sarkas.
"Yaelah, gue gak pacaran kali... Mana ada yang mau sama gue,"
"Ada,"
"Tau darimana? Sok tau banget sih!"
Doyoung gak merespon perkataan gue, dia malah asyik mainin ponselnya.
Gue membuka laptop lalu mulai mengetik. Tadi sebenernya sempet gue cicil dikit.
"Mau pesen apa?" Tanya Doyoung lalu memasukkan ponsel ke saku celananya.
"Terserah," jawab gue tanpa menoleh.
"Jangan terserah, nanti kalo gue beliin kopi, lo gak suka."
Gue memandang Doyoung heran, "Darimana lo tau gue gak suka kopi?"
"Cepetan mau pesen apa, mau dibayarin gak?!"
Gue berdecak, "Ck, milo dingin aja deh."
Saat Doyoung pergi memesan minuman, gue langsung buru-buru menyelesaikan pekerjaan ini biar gue bisa ke toko buku. Gue harus banget dapet novel itu, soalnya limited edition khusus buat hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoria [Taeyong • Doyoung NCT] ✔
Fanfiction[Bukan bxb ya gengs] Selama ini gue merasa hidup gue baik-baik saja. Tetapi setelah membaca buku yang dikarang oleh penulis favorit gue, gue merasa ada sesuatu yang hilang dari hidup gue.