Dua puluh dua

176 21 7
                                    

Sebelum tidur, gue dan Doyoung berantem. Doyoung gak mau gue tidur di sofa, katanya biar dia aja yang di sofa dan gue di kasur. Tentu saja gue gak setuju, Doyoung sedang sakit masa iya tidur di sofa?

"Gue biasa kali tidur di sofa," kata gue.

"Ya gue yang gak bisa liat lo tidur di sofa, ngerti?" kata Doyoung yang teguh dengan pendiriannya.

"Udah gak usah ribet, gue begadang aja sambil nonton film."

"Mau tau gak cara biar kita bisa tidur dengan adil?" tanya Doyoung.

"Gimana?" tanya gue penasaran.

Doyoung menepuk space yang tidak terlalu sempit di sampingnya, "Lo tidur sini."

"Gila ya lo?" tanya gue gak habis pikir sama otaknya Doyoung yang overdosis ilmu.

"Cuma tidur, gak usah macem-macem lo mikirnya. Lagian juga gue kan sakit gak bisa macem-macem."

Gue menghampiri Doyoung lalu menyubit tangannya, "Berarti kalo lo sehat bisa macem-macem gitu?! Big no!"

"Lo kan ada Sejeong, gak mikir ya lo?" kata gue kesel.

"Seje cuma temen gue doang, gak usah cemburu gitu." Doyoung terkekeh.

Gue mendelik, "Dih, s-siapa juga yang cemburu."

Doyoung makin keras ketawanya. "Udah ah capek ketawa." Doyoung memandang gue, "Sini cepetan, ngantuk kan lo?"

Dengan terpaksa gue menuruti saran bodohnya Doyoung. Gue berbaring di sebelah Doyoung dan jarak antara kita berdua bener-bener deket. Bahkan gue bisa merasakan hembusan napasnya.

Untung tadi pagi gue udah keramas, jadi rambut gue wangi.

"Wanginya masih sama, tapi kita udah nggak sama." kata Doyoung sambil mengusap rambut gue.

"Doy... Jantung lo berisik ya bunyinya," kata gue bermaksud meledek Doyoung.

Doyoung tertawa kecil, "Iya emang, cuma pas sama lo doang gini."

Gue mempunyai suatu kesimpulan dan akhirnya gue mengutarakan pada Doyoung.

"Doy, dulu kita pacaran ya?"

"Nggak, sok tau lo dih."

Doyoung tuh emang susah banget ditebak. Tadi soft banget, tapi sekarang judesnya balik.

"Lo bikin gue bingung Doy,"

"Gak ada yang nyuruh lo bingung. Jalanin aja hidup lo yang sekarang." Doyoung menghela napas, "Intinya, gue... Sayang lo. Jangan bilang Tayo,"

"Doy, gue gak tau ini perasaan apa, tapi gue suka deg-degan kalo lagi sama lo."

"Paraah lo, gue bilangin Tayo. Pacarnya suka sama gue." canda Doyoung.

Doyoung menepuk pucuk kepala gue pelan, "Tidur aja ya, setel alarm kalo besok gak mau ketauan kita tidur begini."

•••

"ASTAGA KALIAN NGAPAIN?!"

"Bangun heh bocah!"

"HEH AL!"

Gue mengucek mata gue, bersiap ingin mengomel. Siapa yang berani membangunkan gue di hari libur yang indah untuk tidur.

Gue gak jadi marah. Kenapa? Karena temen-temennya Doyoung dateng semua. Segeng, dan disitu ada Taeyong.

Repeat, Taeyong.

COWO GUE BUSET.

Ini tuh situasinya kaya ketauan selingkuh. Ya sebenernya gak gitu, tau dah ah.

Memoria [Taeyong • Doyoung NCT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang